Buah Terolah Minimal Penyimpanan jambu biji crystal terolah minimal dan berlapis edibel dalam kemasan atmosfer termodifikasi

8 Tabel 4. Klasifikasi komoditi holtikultura berdasarkan laju respirasinya Kelas Kisaran pada 5 o C 41 o F mg CO 2 kg-jam Komoditi Sangat rendah 5 Kurma, kacang-kacangan, buah kering Rendah 5-10 Apel, jeruk, anggur, jambu biji Sedang 10-20 Apricot, pisang Tinggi 20-40 Strawberry, alpukat Sangat tinggi 40-60 Artichoke, bunga potong Sangat-sangat tinggi 60 Asparagus, brokoli, jamur, bayam, jagung manis Sumber: Mitra, 1997

C. Buah Terolah Minimal

Pengolahan minimal adalah serangkaian perlakuan terhadap bahan pangan segar yang pada dasarnya dimaksudkan untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak dapat dikonsumsi dan memperkecil ukuran produk untuk mempercepat penyajian Schilmme, 1995. Pengolahan minimum yang dilakukan terhadap buah-buahan pada umumnya meliputi perlakuan pencucian, sortasi, trimming, pengupasan, pengirisan, dan coring pembuangan biji yang cenderung tidak mempengaruhi kualitas produk dari keadaan segarnya Shewelt, 1987. Perlakuan pemotongan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan bentuk yang spesifik dimaksudkan agar produk lebih praktis untuk dikonsumsi. Menurut Burn 1995, buah segar yang terolah minimal lebih menawarkan jaminan mutu yang baik dibandingkan dengan kondisi utuh tertutup kulit, karena konsumen dapat langsung melihat kondisi daging buah. Produk olahan minimal lebih mudah mengalami kerusakan dibandingkan dengan produk utuh Krochta, 1992. Konsekuensi dari perlakuan pengolahan minimum terhadap buah segar adalah terjadinya perubahan fisiologi akibat kehilangan kulit sebagai lapisan pelindung. Keadaan tersebut akan menyebabkan terjadinya induksi sintesis etilen, degradasi membran lipid, reaksi pencoklatan, pembentukan metabolit sekunder, kehilangan air dan terjadinya peningkatan laju respirasi. Induksi sintesis etilen adalah pembentukan etilen karena bereaksinya enzim pembentuk etilen dengan O 2 yang perlu dihindari karena dapat mempercepat penuaan. Perubahan-perubahan fisiologi tersebut akan menyebabkan buah segar terolah minimal semakin pendek masa simpannya. Pernyataan ini dibuktikan oleh hasil penelitian Kim et al. 1993 terhadap buah apel segar yang telah dikupas dan dipotong kemudian disimpan pada suhu 2 o C dan RH 90 selama 12 hari, dimana hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa laju respirasinya produksi CO 2 meningkat menjadi 3.5-7.6 mlkg.jam dibandingkan buah apel utuh yang hanya 1 mlkg.jam. Penelitian terhadap penyimpanan buah dan sayuran yang terolah minimal telah banyak dilakukan diantaranya Sudiari 1997, merekomendasikan penyimpanan buah nangka terolah minimal dengan komposisi gas 10 untuk O 2 dan 2 untuk CO 2 pada suhu 15 o C selama 27 hari. Andrianis 2001, merekomendasikan penyimpanan buah durian terolah minimal dengan komposisi 3-5 O 2 dan 10-15 CO 2 dengan suhu penyimpanan sebesar 5 o C selama 16 hari. 9

D. Buah Terolah Minimal dengan Lapisan Edibel