Kesamaan Sumber Daya Makanan

populasi tersebut menggunakan dua atau lebih sumber daya makanan sehingga dapat mengurangi tingkat persaingan apabila ketersediaan Thalassiothrix terbatas. Delapan jenis ikan tembang, belanak, gargahing, peperek blochii, cina, secutor, biji nangka, dan peseng-peseng menyukai fitoplankton Leptocylindricus selain Thalassiothrix. Dua jenis kembung lelaki dan kuweh menyukai Coscinodiscus; dua jenis japuh dan kembung perempuan menyukai zooplankton dari genus Calanus; dan dua jenis ikan lainnya teri dan siro menggunakan detritus. Thalassiothrix juga menjadi makanan utama kurisi juwana Ii = 46,12 tetapi ketika berkembang dewasa makanannya berubah menjadi ikan khususnya teri Ii = 50,40. Ikan kurisi mengalami perubahan ontogenetik dalam makanan Gambar 14. Kurisi juwana, selain memanfaatkan Thalassiothrix sebagai makanan utama juga menggunakan makanan udang dan kepiting Gambar 12. Penggunaan dua atau lebih sumber daya makanan diduga merupakan salah satu strategi yang dikembangkan untuk menghindari terjadinya persaingan. Strategi yang berbeda juga ditemukan pada ikan Bluegill, Lepomis macrochirus dan redear sunfish, Lepomis microlophus. Untuk mendapatkan sumber daya yang sama, kedua jenis ikan tersebut melakukan pembagian sumber daya dengan mencari makan di lokasi yang berbeda. Kondisi demikian menyebabkan ikan tersebut mempunyai biomassa dan produksi yang tinggi di perairan Carey Wahl, 2011. Fitoplankton, zooplankton, dan makroavertebrata bentik yang terdapat di perairan Teluk Kendari tidak semua dimanfaatkan sebagai makanan oleh populasi ikan dominan. Fitoplankton kelas Dinophyceae Tabel 2, zooplankton kelas Rhizopoda Tabel 3, dan sebagian besar kelas makroavertebrata bentik Tabel 4 tidak dimanfaatkan oleh ikan sebagai makanan. Tidak dimanfaatkannya beberapa kelas tersebut disebabkan oleh Gambar 12. Alternatif pilihan makanan juwana ikan kurisi 46–110 mm dengan Ii 10,00 46.12 18.38 11.37 Thalassiothrix Udang kepiting Detritus Dinophyceae mempunyai dinding selulosa yang tebal dan kuat yang menyerupai perisai Nontji, 2006. Seperti halnya kelas Dinophyceae, zooplankton kelas Rhizopoda dan sebagian besar makroavertebrata bentik juga mempunyai cangkang terbuat dari bahan kapur karbonat. Kondisi tersebut diduga menjadi penyebab organisme tersebut kurang disukai oleh ikan karena sukar dicerna. Hal yang sama juga ditemukan pada ikan genera Dussumeiria, Leiognathus, Rastrelliger, Sardinella, Stolephorus , dan Upeneus di perairan Gulf Thailand Yamashita et al., 1991; Nemipterus di perairan Teluk Labuan, Banten Sjafei Robiyani, 2001; Ambassis, Leiognathus, Mugil, Sardinella, dan Upeneus di perairan Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur Anakotta, 2002, yang kurang mengkonsumsi jenis organisme tersebut. Kesamaan jenis makanan ikan dominan lebih nyata terlihat dalam nilai tumpang tindih relung makanan yang cukup besar yaitu 0,70–0,97 Lampiran 15. Nilai tumpang tindih tersebut menunjukkan besarnya tingkat pemanfaatan bersama dari populasi ikan terhadap sumber daya makanan di perairan dan hal ini terjadi diduga karena kesamaan tingkat kebutuhan dalam pemenuhan nutrisinya Gamito et al., 2003 dan Kahl Radke, 2006. Tingkat kesamaan yang tinggi dalam pemanfaatan makanan terjadi antara ikan japuh dan peperek secutor C ih = 0,97, terutama pada fitoplankton Thalassiothrix, dibandingkan populasi ikan lainnya sehingga apabila ketersediaan genera tersebut terbatas maka peluang terjadinya kompetisi cukup besar. Tumpang tindih sering meningkat dengan meningkatnya kelimpahan mangsa karena mangsa mudah ditangkap oleh semua ikan Fjøsne Gjøsæter, 1996. Selain itu, kehadiran pesaing dalam mendapatkan sumber daya makanan akan menyebabkan ikan mengurangi jumlah konsumsi mangsanya Nakayama Fuiman, 2010. Keadaan tersebut jika berlangsung dalam waktu lama akan berakibat pada terhambatnya pertumbuhan ikan. Dalam kondisi tumpang tindih yang meningkat, kelompok ikan biasanya melakukan pengalihan menu makanan ataupun berpindah tempat untuk menghindari terjadinya kompetisi. Hal ini dilaporkan oleh Szedlmayer Lee 2004 pada ikan kakap merah Lutjanus campechanus di Teluk Meksiko. Ikan tersebut melakukan perpindahan tempat dan mengganti komposisi makanannya untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dalam mendapatkan makanan dan berlindung dari predator. Pemanfaatan fitoplankton khususnya Thalassiothrix oleh seluruh populasi ikan dominan akan memengaruhi ketersediaan fitoplankton tersebut di perairan seperti yang tertera pada Gambar 13. Gambar tersebut menunjukkan bahwa kelimpahan relatif Gambar 13. Hubungan antara kelimpahan relatif fitoplankton, Thalassiothrix dan kelimpahan relatif 15 populasi ikan dominan Thalassiothrix dan kelimpahan relatif populasi ikan berfluktuasi setiap bulan. Saat Thalassiothrix melimpah di perairan, diikuti pula oleh peningkatan kelimpahan populasi ikan. Namun ketika populasi ikan meningkat bulan Mei tingkat perambanan terhadap Thalassiothrix akan sedemikian cepat sehingga fitoplankton tersebut tidak sempat membelah diri hingga kelimpahannya di perairan rendah. Fitoplankton akan berkembang cepat pada saat ikan menurun populasinya Desember dan Maret karena tingkat perambanan rendah. Rendahnya populasi ikan pada bulan April terlihat diikuti pula oleh rendahnya kelimpahan Thalassiothrix di perairan. Idealnya, rendahnya populasi ikan menyebabkan tingkat perambanan terhadap Thalassiothrix menjadi rendah sehingga fitoplankton tersebut dapat berkembang, namun kondisi tersebut tidak terjadi pada bulan April. Hal ini cukup rumit karena populasi fitoplankton Thalassiothrix tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat perambanan herbivora fitoplanktivora, tetapi juga dipengaruhi oleh perambanan zooplankton seperti terlihat pada Gambar 10. Bila populasi zooplankton di perairan meningkat maka perambanan fitoplankton akan sedemikian cepatnya sehingga fitoplankton tidak sempat membelah diri Karponai et al., 2003. Pemangsaan fitoplankton oleh ikan herbivora fitoplanktivora dan zooplankton secara bersamaan menyebabkan kelimpahan fitoplankton di perairan rendah. Rendahnya biomassa fitoplankton di perairan ini 0,41–2,87 mg chl a m -3 menyebabkan peluang kompetisi antar seluruh populasi ikan dominan cukup besar karena ketersediaan sumber daya tersebut terbatas. Walaupun kegiatan penangkapan telah dihentikan, namun populasi ikan sukar berkembang karena ketersediaan fitoplankton 4 8 12 16 20 A g u .0 9 S e p .0 9 O k t. 9 N o v .0 9 D e s .0 9 J a n .1 F e b .1 M a r. 1 A p r. 1 M e i1 J u n .1 J u l. 1 Bulan K e li m p a h a n r e la ti f ik a n 4 8 12 16 20 K e li m p a h a n r e la ti f T h a la s s io th ri x Ikan Thallasiothrix sebagai makanan utama rendah. Populasi ikan yang mampu memanfaatkan sumber daya makanan dengan baik akan memiliki jumlah populasi yang lebih besar dibandingkan populasi ikan lainnya. Dominasi populasi ikan tembang S. fimbriata dan siro S. longiceps di perairan diduga merupakan populasi yang lebih mampu memanfaatkan sumber daya makanan dengan baik dan mempunyai potensi yang lebih besar untuk tumbuh dan berkembang karena mempunyai luas relung makanan yang lebih besar Tabel 8 dibandingkan populasi ikan lainnya.

3. Tingkat trofik

Perairan Teluk Kendari sebagai perairan semi tertutup memiliki enam kelompok trofik, yaitu detritus, fitoplankton, zooplankton, makroavertebrata bentik, ikan herbivora fitoplanktivora, dan karnivora. Keenam kelompok tersebut menduduki tingkat trofik yang berbeda dalam ekosistem. Tingkat trofik ikan dominan di perairan Teluk Kendari tertera pada Tabel 10. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa sebagian besar ikan dominan adalah herbivora fitoplanktivora dengan nilai Troph i berkisar 2,06–2,34. Kisaran nilai tersebut menunjukkan bahwa ikan dominan di perairan ini berada pada tingkat trofik rendah. Semakin rendah nilai tersebut maka semakin kecil energi yang dibutuhkan oleh ikan dominan untuk memperoleh makanannya dan akan dapat tumbuh dengan jumlah yang lebih banyak Nontji, 2006. Tabel 10. Tingkat trofik ikan dominan di perairan Teluk Kendari No. Ikan Makanan Troph i Tingkat Trofik Utama Tambahan 1 Teri Fitoplankton Zooplankton 2,17 Herbivora 2 Japuh Fitoplankton Zooplankton 2,26 Herbivora 3 Tembang Fitoplankton Zooplankton 2,25 Herbivora 4 Siro Fitoplankton Zooplankton 2,28 Herbivora 5 Gargahing Fitoplankton Zooplankton 2,19 Herbivora 6 Peperek cina Fitoplankton Zooplankton 2,15 Herbivora 7 Biji nangka Fitoplankton Zooplankton 2,20 Herbivora 8 Kembung perempuan Fitoplankton Zooplankton 2,25 Herbivora 9 Kembung lelaki Fitoplankton Zooplankton 2,31 Herbivora 10 Peperek secutor Fitoplankton Zooplankton 2,12 Herbivora 11 Belanak Fitoplankton Detritus 2,09 Herbivora 12 Peperek blochii Fitoplankton Detritus 2,08 Herbivora 13 Peseng;peseng Fitoplankton Detritus 2,06 Herbivora 14 Kuweh Fitoplankton Makroavertebrata bentik 2,24 Herbivora 15 Kurisi juwana Fitoplankton Makroavertebrata bentik 2,34 Herbivora Kurisi besar Ikan Fitoplankton 3,42 Karnivora Keterangan : = Pelagis = Demersal Idealnya ikan peseng peseng, peperek blochii, dan belanak Troph i = 2,06–2,09 mempunyai jumlah populasi yang banyak di perairan karena hanya membutuhkan energi yang sedikit dalam memperoleh makanannya dan dapat tumbuh lebih banyak. Namun karena populasi tersebut kurang mampu memanfaatkan makanan yang bervariasi di perairan, ditunjukkan oleh rendahnya luas relung Tabel 8, maka jumlah populasi ikan tersebut lebih rendah dibandingkan populasi ikan tembang dan siro yang mempunyai luas relung lebih besar. Dominasi ikan fitoplanktivora di perairan ini berkaitan dengan kemampuan ikan tersebut dalam mengambil makanan di perairan. Ikan planktivora mengambil makanannya dengan cara penyaringan. Walaupun perairan keruh, namun kekeruhan 5–10 NTU tidak membatasi ikan tersebut dalam mencari makanannya, seperti yang dilaporkan pada ikan planktivora Oncorhynchus keta dan Theragra chalcogramma de Robertis et al ., 2003. Gerking 1994 menyatakan bahwa ikan planktivora umumnya mengambil makanannya dengan cara menyaring. Partikel makanan yang masuk akan terperangkap dalam tapis insang sedangkan partikel kecil yang tidak dimanfaatkan akan dikeluarkan melalui operkulum yang terbuka saat melakukan penyaringan. Engraulidae, Clupeidae, dan Scombridae merupakan contoh famili yang mengambil makanannya melalui cara penyaringan Vandewalle et al., 2000 dan Salman et al., 2005. Kondisi tersebut dapat menjelaskan penyebab dominasi ikan herbivora fitoplanktivora di perairan Teluk Kendari. Selain itu, dominasi ikan planktivora yang berada pada tingkat trofik rendah juga disebabkan oleh kurangnya populasi ikan pemangsa di perairan ini Tabel 10. Frank et al. 2005 dan Myers et al. 2007 melaporkan bahwa berkurangnya kelimpahan karnivora yang diindikasikan dengan penurunan rata-rata panjang dan bobot individu dalam populasi akan merubah struktur trofik dalam ekosistem. Rendahnya kelimpahan populasi tersebut akan menghasilkan peningkatan tingkat trofik rendah karena mangsa terhindar dari pemangsaan. Kondisi tersebut menyebabkan sumber daya ikan secara bertahap berubah dari spesies yang berada di tingkat trofik atas menjadi spesies yang berada pada tingkat trofik bawah dalam jejaring makanan Jaureguizar Milessi, 2008 dan Freire Pauly, 2010. Berbeda dengan ikan fitoplanktivora, jumlah populasi ikan karnivora, detritivora, bentivora, dan herbivora makrofita di perairan ini sangat rendah Lampiran 9. Hal ini berkaitan dengan tidak ditemukannya lagi daerah makanan seperti hamparan makroalga dan tumbuhan lamun akibat tingginya kekeruhan 0,42–10,25 NTU, total padatan