Lingkungan Perairan TINJAUAN PUSTAKA

Indikasi ini dapat dilihat dari penurunan luas Teluk Kendari dari 1.186,166 ha pada tahun 1987 menjadi 1.084,671 ha pada tahun 2000 Bappeda, 2000. Wilayah pantai Teluk Kendari mempunyai morfologi yang beragam yaitu per- mukiman penduduk di bagian utara, pertambakan di bagian selatan, dan ekosistem mangrove di bagian barat. Kerapatan mangrove pada wilayah ini relatif tipis 20 hingga 100 meter dan bahkan pada lokasi tertentu ada yang sudah hilang sama sekali sebagai akibat konversi menjadi tambak secara total. Kerapatan mangrove cukup maksimum banyak dijumpai di lokasi yang dilewati oleh aliran sungai di sekitar muara Sungai Wanggu, Kambu dan Kadia Bappeda PSL Unhalu, 1998. Komunitas ikan di perairan Teluk Kendari tahun 1994 dilaporkan terdiri atas 12 jenis ikan yaitu kembung Rastrelliger sp., layang Decapterus ruselli, selar Selaroides sp., ekor kuning Caesio erythrogaster, tembang Sardinella fimbriata, pisang pisang Caesio sp., teri Stolephorus sp., julung-julung Hemiramphus sp.; dan ikan perairan pantai dan muara sungai seperti; beronang Siganus virgatus, bandeng Chanos chanos, belanak Mugil sp., dan mujair Oreochromis sp. Pangerang 1994. Tahun 2004 dilaporkan tiga jenis yang ditemukan yaitu ikan layur Lepturacanthus savala, tembang, dan belanak Asriyana, 2004. Perbedaan komposisi jenis ikan tersebut berhubungan dengan penggunaan alat tangkap yang berbeda.

B. Lingkungan Perairan

Hubungan antara distribusi spesies dan variabel lingkungan dapat dipahami melalui identifikasi proses ekologi yang mengatur populasi dan komunitas. Perubahan kondisi lingkungan menyebabkan banyak spesies berubah habitatnya sesuai dengan perkembangan stadia hidupnya ontogeny atau ritme musiman. Hal ini berarti bahwa hubungan antar spesies dengan lingkungan atau habitatnya merupakan suatu dinamika spasial dan musiman Kennish, 2000; Morrison et al., 2002; Kanou et al., 2005. Keberadaan organisme perairan sangat dipengaruhi keadaan lingkungannya dalam skala ruang dan waktu. Parameter kualitas air utama yang berperan dalam menentukan distribusi ikan di perairan teluk dan estuari adalah salinitas Kennish, 2000; Girling et al., 2003; Pombo et al., 2005; Greenwood, 2007, suhu Wootton, 1992; 1994; Kennish, 2000; Pombo et al., 2005, kekeruhan Blaber Blaber, 1980; Blaber, 1997, pH dan oksigen terlarut Kennish, 2000; Smith Able, 2003; Boesch et al., 2007; França et al. , 2008. Karakteristik sedimen serta adanya vegetasi akan berpengaruh di dalam ketersediaan makanan bagi ikan dan untuk perlindungan terhadap predator Blaber, 1997. Perubahan salinitas akan memengaruhi keberadaan ikan dalam suatu perairan sehingga ikan akan melakukan penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dari sel- sel dalam tubuh ikan dengan salinitas lingkungan Blaber, 1997; Kennish, 2000; Girling et al ., 2003; Pombo et al., 2005; Greenwood, 2007. Organisme cenderung untuk mendiami daerah yang hampir dapat diprediksi gradien salinitasnya, karena toleransinya terhadap salinitas Kennish, 2000; Greenwood, 2007 atau karena kondisi habitat dan makanan yang menguntungkan Kennish, 2000; Pombo et al., 2005; Islam et al., 2006; Greenwood, 2007. Struktur komunitas ikan di Teluk Barnegat dan Tampa menunjukkan perubahan berdasarkan sebaran gradien salinitas Kennish, 2000; Cardona, 2006; Greenwood, 2007. Sebaran salinitas tersebut sangat menentukan komposisi spesies, kelimpahan dan distribusi ikan di perairan tersebut. Fluktuasi kelimpahan dan biomassa ikan di Caeté Estuary, Brazilia utara mengalami peningkatan di awal musim hujan dan menurun kembali setelah musim hujan berakhir Barletta et al., 2003. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya limpasan air runoff dari daratan ke dalam estuari yang kaya akan makanan dan adanya tempat perlindungan untuk berbagai jenis ikan. Sebagian besar ikan menggunakan perairan ini untuk mencari makanan dan tumbuh karena perairan ini memberikan perlindungan dan ketersediaan makanan yang cukup tinggi bagi spesies ikan laut dan juvenil ikan Kuo et al ., 2001. Suhu perairan memengaruhi laju metabolisme, aktivitas mencari makan Wootton, 1984; Kennish, 2000, pertumbuhan Effendie, 1997, reproduksi ikan Wootton, 1992 dan sangat penting dalam menentukan distribusi kelimpahan ikan di perairan Teluk Bengal Sri Lanka Blaber, 1997 dan Terminos Lagoon Kennish, 2000. Kekeruhan perairan merupakan faktor yang memengaruhi distribusi juvenil dan ikan dewasa di Teluk Moreton Blaber Blaber, 1980. Kekeruhan terutama dipengaruhi oleh bahan-bahan tersuspensi seperti: lumpur, pasir, bahan organik, plankton serta organisme mikroskopis lainnya. Kekeruhan memengaruhi kecepatan pengejaran ikan dalam mencari makanannya Barrett et al., 1992; Valdimarsson Metcalfe, 2001; Nurminen Horppila, 2006; komposisi spesies dan kelimpahan ikan Blaber, 1997; pembatas dari interaksi hubungan mangsa-pemangsa dengan mengurangi resiko pemangsaan bagi mangsa Grecay Timothy, 1996; Abrahams Kattenfeld, 1997, dan densitas makanan Sirois Dodson, 2000 a . Konsentrasi makanan yang lebih tinggi pada daerah yang keruh banyak plankton meningkatkan laju pertemuan ikan dengan mangsanya. Hal tersebut merupakan faktor yang menentukan dalam kesuksesan mencari makanan untuk ikan yang mempunyai kemampuan renang dan ketajaman penglihatan yang terbatas, larva dan juvenil ikan Shoji et al., 2005 dan meningkatkan pertumbuhan larva ikan estuari rainbow smelt Osmerus mordax Sirois Dodson, 2000 b . Kelarutan oksigen di perairan sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan khususnya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut sekurang-kurangnya 3 mg L -1 masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan Pingguo, 1989. Kekurangan oksigen mengganggu fungsi ekosistem yang normal seperti memengaruhi siklus nutrien dan material lain dalam ekosistem Odum, 1998; Breitburg et al., 1997, menyebabkan stres dan kematian pada biota Breitburg et al., 1997; Smith Able, 2003; Boesch et al., 2007; ESA, 2009, perubahan habitat Smith Able, 2003 dan perubahan interaksi antara predator dan mangsanya Breitburg et al., 1997; Smith Able, 2003; França et al., 2008. Ikan-ikan mempunyai variasi adaptasi untuk bertahan hidup pada habitat yang kekurangan oksigen melalui perubahan tingkah laku meningkatkan laju respirasi, menghindari daerah yang kandungan oksigennya rendah dan mengurangi aktivitas dan fisiologi meningkatkan efisiensi respirasi di permukaan perairan.

C. Jejaring Makanan