Jejaring Makanan TINJAUAN PUSTAKA

pemangsaan bagi mangsa Grecay Timothy, 1996; Abrahams Kattenfeld, 1997, dan densitas makanan Sirois Dodson, 2000 a . Konsentrasi makanan yang lebih tinggi pada daerah yang keruh banyak plankton meningkatkan laju pertemuan ikan dengan mangsanya. Hal tersebut merupakan faktor yang menentukan dalam kesuksesan mencari makanan untuk ikan yang mempunyai kemampuan renang dan ketajaman penglihatan yang terbatas, larva dan juvenil ikan Shoji et al., 2005 dan meningkatkan pertumbuhan larva ikan estuari rainbow smelt Osmerus mordax Sirois Dodson, 2000 b . Kelarutan oksigen di perairan sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan khususnya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut sekurang-kurangnya 3 mg L -1 masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan Pingguo, 1989. Kekurangan oksigen mengganggu fungsi ekosistem yang normal seperti memengaruhi siklus nutrien dan material lain dalam ekosistem Odum, 1998; Breitburg et al., 1997, menyebabkan stres dan kematian pada biota Breitburg et al., 1997; Smith Able, 2003; Boesch et al., 2007; ESA, 2009, perubahan habitat Smith Able, 2003 dan perubahan interaksi antara predator dan mangsanya Breitburg et al., 1997; Smith Able, 2003; França et al., 2008. Ikan-ikan mempunyai variasi adaptasi untuk bertahan hidup pada habitat yang kekurangan oksigen melalui perubahan tingkah laku meningkatkan laju respirasi, menghindari daerah yang kandungan oksigennya rendah dan mengurangi aktivitas dan fisiologi meningkatkan efisiensi respirasi di permukaan perairan.

C. Jejaring Makanan

Komunitas ikan sebagai satu kesatuan memiliki fungsi tertentu, struktur trofik, pola arus energi dan komposisi di dalam ekosistem Jackson et al., 2001. Faktor biotik yang memengaruhi struktur komunitas ikan adalah hubungan pemangsaan dan kompetisi Valiela, 1989; Odum, 1998; Winemiller Jepsen, 1998; Kennish, 2000; Jennings et al., 2003; Labropoulou Papaconstantinou, 2004. Kompetisi antar individu di dalam satu spesies atau antar spesies terjadi ketika organisme tersebut menggunakan suatu sumber daya yang sama dan terbatas ketersediaannya. Menurut Jaureguizar Milessi 2008, aktivitas manusia seperti penangkapan dan modifikasi lingkungan memberi dampak yang besar terhadap ekosistem. Dampak tersebut menyebabkan perubahan terhadap kelimpahan, produktivitas, dan struktur komunitas seperti perubahan dominansi spesies, spektra ukuran, dan hasil tangkapan. Sebagai akibatnya, hasil tangkapan perikanan secara bertahap berubah dari spesies yang berada di tingkat trofik atas menjadi spesies yang berada pada tingkat trofik bawah dalam jejaring makanan. Interaksi trofik memengaruhi hubungan antara keanekaragaman biologi dan stabilitas proses ekosistem. Keanekaragaman memengaruhi kekuatan interaksi spesies kompetisi. Meningkatnya keanekaragaman dapat meningkatkan kompetisi, efek konsumer terhadap perubahan biomassa produser, dan keanekaragaman mangsa Odum, 1998; Kennish, 2000; Bozec et al., 2005; Thĕbault Loreau, 2005. Jejaring makanan menggambarkan hubungan keterkaitan antar organisme mulai tingkatan trofik terendah sampai dengan tingkatan trofik tertinggi. Di dalam jejaring makanan terdapat mekanisme saling memengaruhi antara tingkatan trofik paling atas terhadap tingkatan trofik di bawahnya top down effect dan sebaliknya dari tingkatan trofik paling bawah ke tingkatan trofik di atasnya bottom up effect Chassot et al., 2005. Pemangsaan dapat memengaruhi kepadatan populasi pada tingkatan trofik berbeda Valiela, 1989; Odum, 1998; Winemiller Jepsen, 1998; Jennings et al., 2003, sedangkan ketersediaan makanan dapat memengaruhi tingkat trofik di atasnya Valiela, 1989; Chassot et al., 2005. Berdasarkan beberapa definisi mengenai tingkat trofik Gallopin, 1972; Odum, 1998; Kennish, 2000; Jennings et al., 2003; Widodo Suadi, 2006, dapat disimpulkan bahwa tingkat trofik merupakan tahapan transfer material atau energi dari setiap jenjang atau kelompok ke jenjang berikutnya, yang dimulai dari produser primer fitoplankton, jenjang berikutnya adalah konsumer primer herbivora, kemudian sekunder, tersier, dan seterusnya yang diakhiri dengan predator puncak. Keterkaitan tingkat trofik ikan dan produktivitas primer di perairan dapat dilihat dalam model jejaring makanan. Dalam jejaring makanan, informasi mengenai kebiasaan makan ikan sangat penting diketahui. Kebiasaan makan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran dan umur ikan dalam memanfaatkan makanan yang tersedia Rivera et al., 2000; Asriyana et al., 2004; habitat hidupnya Nicolas et al., 1999; Goncçalves et al., 2002, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu Livingston, 1980; Weatherley Gill, 1987; musim yang berkaitan dengan ketersediaan makanan di perairan Popova, 1978; Asriyana et al ., 2004; dan jenis kompetitor. Makanan merupakan kunci pokok bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Cowx, 1999. Produksi ikan merupakan hasil dari pertumbuhan. Untuk tumbuh, ikan harus mengambil makanan secara efektif dan mengkonversi makanan menjadi jaringan tubuh setelah dikurangi pembelanjaan energi untuk fekal, metabolisme, dan urin Jennings et al., 2003. Makanan merupakan faktor penentu bagi perkembangan populasi ikan Odum, 1998 sehingga memengaruhi distribusi dan kelimpahan populasi di perairan. Distribusi kelompok ikan pelagis dengan kelimpahan yang tinggi sering terkonsentrasi pada daerah-daerah dengan produktivitas primer yang cukup tinggi Nontji, 1993. Beberapa spesies tersebut khusus menggunakan makanan pada tingkat trofik yang paling rendah fitoplankton atau detritus Day et al., 1989.

D. Pengelolaan Sumber Daya Ikan