Lingkungan Fisik Kimiawi Lingkungan Perairan

tingkat hidup ikan-ikan muda yang berlindung di wilayah tersebut sehingga memperluas daerah pembesaran ikan Kneib, 1987 dan Blaber et al., 1995. Tingkat kekeruhan di perairan menurun ke arah laut yang berturut-turut Zona I 0,9–10,25, Zona II 0,9– 05,48, dan Zona III 0,42–2,73. Sebagaimana yang telah diuraikan di depan, tingginya kekeruhan di Zona I disebabkan oleh letak zona di sekitar muara sungai yang merupakan tempat terakumulasinya berbagai hasil buangan yang bermuara di daerah tersebut. Suhu di perairan Teluk Kendari berkisar antara 28,0–32,0 ºC dan relatif tidak berbeda antar zona. Kisaran tersebut termasuk kategori normal untuk perairan Indonesia yang merupakan daerah tropik dengan kisaran suhu antara 24–32 ºC Tomascik et al., 1997. Kondisi tersebut memungkinkan biota perairan plankton, makroavertebrata bentik, dan ikan hidup di perairan ini. Kecepatan temporal arus berkisar 0,03–0,34 m det. -1 . Kecepatan arus tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2009 yang merupakan musim peralihan II, ketika arus barat dari Laut Seram dan Banda cukup dominan terutama dengan kecepatan tinggi antara 3–20 mil jam -1 Bappeda, 2000. Secara spasial, kecepatan arus di Zona III sebesar 0,04–0,97 m det. -1 lebih tinggi dibandingkan kedua zona lainnya. Hal ini berkaitan dengan letak Zona III yang berada di sekitar mulut teluk yang berhadapan langsung dengan laut, sehingga lebih dipengaruhi oleh arus laut. Kisaran pH selama penelitian antara 6,3–7,5 masih dapat ditoleransi oleh organisme perairan. Demikian pula kadar oksigen terlarut yang selama penelitian berkisar antara 4,76–10,86 mg L -1 . Rendahnya pH 6,85–6,90 dan oksigen terlarut 4,76–5,90 mg L -1 di Zona I pada bulan Desember disebabkan oleh proses dekomposisi bahan organik yang banyak membutuhkan oksigen terlarut di perairan. Zona I berada di sekitar muara sungai yang merupakan daerah perangkap nutrien atau tempat terakumulasinya bahan organik dari berbagai hasil buangan yang bermuara di daerah tersebut. Serasah yang berasal dari hutan mangrove juga menambah akumulasi bahan organik di daerah tersebut. Bahan organik tersebut akan mengalami proses penguraian oleh mikroorganisme aerobikanerobik dan umumnya membentuk senyawa akhir berupa fosfat dan nitrogen. Rendahnya nilai pH berkaitan dengan terbentuknya produk CO 2 hasil oksidasi bahan organik yang kemudian membentuk senyawa hidrogen karbonat HCO 3 - yang berdisosiasi membebaskan ion H + dan CO 2 - . Terbebasnya ion H + akan menurunkan pH air Azwar et al., 1999. Berdasarkan kondisi salinitas, suhu, pH, dan oksigen terlarut pada tiga kedalaman berbeda 0,5; 2,5; dan 4 m, perairan Teluk Kendari tidak mengalami stratifikasi massa air. Hal ini berkaitan dengan kedalaman perairan yang dangkal dengan kedalaman maksimum 20 meter sehingga penetrasi cahaya matahari relatif mencapai dasar perairan terutama pada Zona I. Selain itu adanya pasang surut menyebabkan sirkulasi air terjadi secara teratur dan terjadi percampuran massa air sehingga perubahan suhu, salinitas, pH, dan oksigen relatif konstan pada kedalaman tersebut. Konsentrasi nitrit selama penelitian cukup rendah sekitar 0,00–0,072 mg L -1 . Umumnya konsentrasi nitrit di alam sangat kecil berkisar antara 0,0–0,01 mg L -1 dan nitrit bersifat sangat toksik bagi hewan perairan jika kandungannya lebih besar dari 0,5 mg L -1 Boyd, 1990. Meningkatnya konsentrasi nitrit pada bulan April 0,044–0,072 mg L -1 diduga disebabkan oleh penumpukan konsentrasi amoniak dari bulan Oktober sampai Februari 0,110–0,730 mg L -1 yang belum teroksidasi secara optimal dalam proses nitrifikasi, akibat konsentrasi oksigen terlarut rendah. Meningkatnya kandungan oksigen terlarut pada bulan Februari 6,34–10,86 mg L -1 menyebabkan amoniak tersebut mengalami proses nitrifikasi secara optimal sehingga nitrit dan nitrat di perairan meningkat pada bulan April. Walaupun konsentrasi nitrit meningkat, namun belum bersifat toksik bagi organisme perairan. Berdasarkan hal tersebut maka perairan Teluk Kendari masih dapat menunjang kehidupan biota perairan. Konsentrasi nitrat berkisar antara 0,030–1,502 mg L -1 dan distribusinya di perairan semakin rendah ke arah laut, berturut-turut Zona I 0,339 mg L -1 , II 0,078 mg L -1 dan III 0,068 mg L -1 . Secara temporal terjadi peningkatan konsentrasi nitrat pada bulan April dibandingkan bulan lainnya. Hal ini disebabkan oleh proses oksidasi seperti yang terjadi pada oksidasi nitrit. Ketersediaan amoniak yang belum teroksidasi secara optimal mengalami oksidasi secara optimal saat kandungan oksigen terlarut di perairan meningkat, sehingga kandungan nitrat dalam perairan meningkat. Konsentrasi amoniak terlihat cukup tinggi dibandingkan unsur N lainnya yaitu berkisar antara 0,110–0,7340 mg L -1 . Di perairan Teluk Kendari, amoniak berasal dari perombakan limbah feses, limbah rumah tangga, industri, dan bahan organik secara mikrobiologis dalam proses amonifikasi. Meningkatnya konsentrasi amoniak pada bulan Desember yang merupakan awal musim hujan disebabkan oleh hasil buangan di sekitar daerah aliran sungai dan di beberapa sungai kecil yang kering saat musim kemarau terbawa masuk ke dalam teluk pada saat musim hujan. Kondisi ini menyebabkan kandungan amoniak dalam perairan meningkat. Ikan mulai terganggu pertumbuhannya pada perairan dengan konsentrasi amoniak mencapai 1,2 ppm Chen Kou, 1993 atau setara 1,2 mg L -1 . Berdasarkan kondisi tersebut, maka perairan ini menunjang kehidupan biota di dalamnya. Distribusi ortofosfat di perairan menunjukkan semakin tinggi ke arah laut yang berturut-turut Zona I 0,019 mg L -1 , II 0,020 mg L -1 , dan Zona III 0,163 mg L -1 . Secara temporal terlihat bahwa pada bulan Agustus rata-rata konsentrasi ortofosfat lebih tinggi dibanding bulan lainnya 0,238 mg L -1 . Tingginya konsentrasi tersebut disebabkan adanya aliran unsur hara yang berasal dari Laut Banda yang merupakan daerah upwelling. Edward Tarigan 2003 melaporkan bahwa di perairan Laut Banda Bagian Utara pada bulan Agustus musim timur yang bertepatan saat terjadinya upwelling terjadi peningkatan kadar fosfat dari bulan-bulan lainnya yaitu bulan Agustus 1,492 µg.at L -1 setara 0,0463 mg L -1 ; Mei 1,025 µg.at L -1 0,0318 mg L -1 ; November 0,878 µg.at L -1 0,0272 mg L -1 ; dan Februari 0,766 µg.at L -1 0,0237 mg L -1 . Adanya arus pasang menyebabkan aliran unsur hara tersebut masuk ke dalam teluk sehingga konsentrasi ortofosfat pada bulan Agustus meningkat. Dengan konsentrasi tersebut, semua jenis fitoplankton mendapatkan pasokan nutrien yang optimal untuk berkembang.

2. Fitoplankton

a. Genera Fitoplankton

Fitoplankton yang ditemukan di perairan Teluk Kendari selama pengamatan terdiri atas 47 genera yang termasuk kedalam empat kelas yaitu kelas Bacillariophyceae 25 genera, Dinophyceae 7 genera, Cyanophyceae 8 genera, dan Chlorophyceae 7 genera Tabel 2. Jumlah kelas fitoplankton ini lebih sedikit dibanding yang ditemukan pada tahun 2004 Asriyana, 2004 sebanyak tujuh kelas, namun jumlah generanya jauh lebih banyak, terutama dari kelas Bacillariophyceae. Keadaan ini berkaitan erat dengan meningkatnya kesuburan perairan Teluk Kendari terutama konsentrasi nitrat yang meningkat dari 0,02– 0,28 mg L -1 Asriyana, 2004; Irawati Asriyana, 2007 menjadi 0,03–1,50 mg L -1 dan ortofosfat dari 0,01–0,54 Pangerang Taena, 1994 menjadi 0,02–0,80 Lampiran 1. Peningkatan kesuburan perairan selain meningkatkan kelimpahan dan biomassa fitoplankton , juga akan memengaruhi komposisi jenisnya di perairan. Reynolds 2006 dan Zebek 2007 melaporkan bahwa peningkatan unsur hara ortofosfat dapat meningkatkan indeks keanekaragaman populasi fitoplankton di perairan. Tabel 2. Genera fitoplankton yang ditemukan di perairan Teluk Kendari pada Agustus 2009–Juli 2010 Keberadaan kelas Bacillariophyceae dari hasil pengamatan cukup dominan baik dari genus, kelimpahan maupun biomassanya Gambar 3 dan 4. Hal ini disebabkan oleh Bacillariophyceae lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sehingga penyebarannya di perairan cukup luas. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Arinardi et al. 1997 di perairan Kawasan Timur Indonesia, Nontji 1984 di perairan Teluk Jakarta 93 jenis, Sediadi Wenno 1994 di Teluk Bintuni Irian Jaya, dan Umar 2002 di Teluk Siddo 27 genera, Sulawesi Selatan.

b. Kelimpahan dan Biomassa Fitoplankton Secara Spasial