Pengendalian Kekeruhan Pengelolaan Sumber Daya Ikan

dan bobot tubuh ikan Tabel 6. Selain memengaruhi ketersediaan makanan, kekeruhan juga mengurangi jangkauan penglihatan ikan dalam mencari makanannya seperti ukuran, bentuk, dan warna makanan terutama ikan yang mengandalkan visual dalam mencari makanannya. Kondisi ini terlihat dari sedikitnya populasi ikan karnivora sedangkan ikan detritivora, bentivora, dan herbivora makrofita tidak ditemukan di perairan Teluk Kendari Tabel 10. Kekeruhan yang tinggi di perairan ini juga menyebabkan ikan kehilangan habitat pemijahan yang cocok. Hilangnya habitat pemijahan dan didukung oleh sumber daya makanan yang rendah menyebabkan ikan dewasa atau calon induk ikan akan cenderung mencari daerah lain yang lebih sesuai. Hal ini terlihat dari rendahnya jenis ikan dewasa yang menempati perairan Teluk Kendari Gambar 13. Kekeruhan juga dapat memengaruhi kinerja fungsi organ seperti insang Bunt et al ., 2004. Adanya partikel pasir dan lumpur dapat menyebabkan penempelan atau penyumbatan pada lamela insang atau saluran pernapasan sehingga proses pertukaran gas untuk respirasi tidak optimal. Terganggunya kehidupan ikan akan memengaruhi keragaman dan kelimpahan relatif setiap individu jenis, yang akhirnya memengaruhi struktur komunitas dan selanjutnya ekosistem secara keseluruhan. Kondisi di atas semakin diperparah oleh tingginya sedimentasi dalam Teluk Kendari baik akibat penggalian pasir di daerah hulu, penebangan pohon di sekitar daerah aliran sungai dan Taman Hutan Rakyat Tahura Murhum, konversi hutan mangrove, maupun buangan limbah rumah tangga ke dalam perairan Teluk Kendari. Apabila kondisi tersebut terjadi secara terus menerus, bukan saja akan memengaruhi komunitas ikan yang hidup di dalamnya bahkan kemungkinan perairan ini akan menjadi daratan di tahun mendatang. Indikasi ini sudah terlihat dari luas Teluk Kendari yang mengalami penurunan dari 1.186,166 ha tahun 1987 menjadi 1.084,671 ha pada tahun 2000 Bappeda, 2000. Dalam kurun waktu 13 tahun, perairan ini telah kehilangan keluasan sebesar 101,495 ha. Dengan kondisi demikian maka sumber daya ikan yang mendiami perairan ini akan kehilangan ruang dan tempat mencari makanan sehingga menyebabkan populasi ikan tersebut akan mencari perairan lain yang mempunyai kondisi lingkungan yang lebih menguntungkan. Berdasarkan kondisi di atas maka upaya yang perlu segera dilakukan adalah penataan aktivitas masyarakat di sekitar hulu maupun daerah aliran sungai, upaya reboisasi untuk mengantisipasi erosi, pelarangan kegiatan reklamasi di sekitar Teluk Kendari dan pembuatan dam pengendali sedimen pada sungai-sungai yang bermuara ke dalam teluk untuk mengendalikan beban limbah penyebab kekeruhan. Dengan upaya tersebut diharapkan kekeruhan perairan dapat berkurang sehingga populasi ikan yang menghuni perairan ini dapat tumbuh dengan optimal dan sekaligus dapat menunjang pengembangan perikanan rekreasi di perairan Teluk Kendari.

3. Pengembangan Perikanan Rekreasi

Pelarangan kegiatan penangkapan dengan alat tangkap seperti bagan, sero, jaring, bahan peledak, dan beracun, menyebabkan nelayan setempat kehilangan mata pencahariannya. Namun di sisi lain, aturan tersebut membuka peluang pengembangan perikanan rekreasi yaitu dimanfaatkannya ikan melalui kegiatan penangkapan dengan alat tangkap pancing. Perikanan rekreasi merupakan semua aktivitas penangkapan yang dilakukan bukan untuk tujuan komersial. Perikanan rekreasi tersebut meliputi pemancingan amatir amateur fishing, olahraga memancing sport fishing, dan wisata memancing tourism fishing Gaudin de Young, 2007 dan Pawson et al., 2008 : a. Pemancingan amatir diartikan sebagai hobi memancing yang tidak terorganisasitidak teratur, tidak dikaitkan dengan peristiwa tertentu atau kompetisi dan hasil tangkapan dari memancing amatir dapat dilepaskan kembali atau disimpan untuk konsumsi sendiri. b. Olahraga memancing digambarkan sebagai aktivitas terorganisasi yang melibatkan persaingan bebas antara nelayan untuk menangkap ikan terbesar dari spesies tertentu dan total berat tangkapan terbesar tergantung pada aturan tertentu. Olahraga memancing umumnya dikembangkan pada perairan yang mempunyai populasi ikan karnivora yang besar seperti di perairan Mediterania Gaudin de Young, 2007; Thailand Anonim, 2009; Australia Bagian Barat Metcalf et al., 2010. c. Wisata memancing diartikan sebagai kegiatan perikanan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang menyelenggarakan ekspedisi memancing bagi wisatawan. Berdasarkan pembagian perikanan rekreasi tersebut di atas, perikanan rekreasi yang dapat dikembangkan di perairan Teluk Kendari hanya berupa pemancingan amatir dan wisata memancing. Untuk saat ini, olahraga pertandingan memancing tidak dapat dikembangkan di perairan ini. Hal tersebut disebabkan oleh populasi ikan dominan adalah herbivora fitoplanktivora Tabel 10 dan populasi ikan karnivora baik jenis, jumlah maupun ukuran individu relatif kecil Gambar 17 dan Lampiran 9. Pengembangan perikanan rekreasi di perairan ini bertujuan untuk menghindari hilangnya mata pencaharian nelayan setempat jasa nelayan dapat digunakan sebagai pemandu. Selain itu juga diharapkan sumber daya ikan dapat produktif dan berkelanjutan, dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemerintah setempat. Dalam mengembangkan perikanan rekreasi perlu memerhatikan kesesuaian dan daya dukung kawasan sehingga kegiatan tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap masyarakat lokal dan sumber daya ikan. Hal ini disebabkan kegiatan tersebut dapat memberikan dampak terhadap komunitas ikan. Lewin et al. 2006 menyatakan bahwa perikanan rekreasi mungkin mempunyai dampak yang sama dengan perikanan komersial terhadap sediaan ikan dan ekosistem, dan dalam wilayah tertentu dapat membentuk proporsi total tangkapan yang lebih besar dari pada perikanan komersial. Oleh karena itu, dalam menerapkan hal tersebut perlu memerhatikan jenis ikan target, sebaran jumlah dan ukuran ikan, tingkat kematangan gonad, dan lokasi perikanan rekreasi. Jenis ikan yang menjadi target dalam perikanan rekreasi di perairan ini berasal dari kelompok karnivora. Jika memerhatikan kesamaan makanan antar populasi ikan atau nilai tumpang tindih makanan, maka populasi ikan target sebaiknya mempunyai nilai kesamaan makanan atau tumpang tindih makanan yang kecil dibandingkan populasi ikan lainnya, sehingga penangkapan terhadap jenis tersebut akan memberikan pengaruh yang lebih kecil dalam jejaring makanan. Berdasarkan hal tersebut maka ikan kurisi dewasa C ih = 0,74 – 0,89 dapat menjadi ikan target dalam rekreasi memancing. Rendahnya tingkat kesamaan makanan ikan kurisi dewasa dengan populasi ikan lainnya memungkinkan ikan tersebut untuk dikembangkan sebagai target pemancingan. Selain itu, penangkapan terhadap populasi ikan kurisi dapat memberikan peluang yang besar pada populasi ikan karnivora lain Gambar 18 dan Lampiran 9 untuk berkembang lebih optimal karena berkurangnya pesaing kurisi akibat penangkapan. Berkembangnya populasi ikan karnivora lain tentunya dapat mendukung pengembangan perikanan rekreasi di masa mendatang. Besarnya kuota penangkapan populasi kurisi perlu diperhatikan untuk menghindari kelebihan tangkap dan ikan yang ditangkap jumlahnya seimbang dengan penambahannya secara alami. Besarnya jumlah ikan yang boleh ditangkap dan waktu penangkapan harus didasarkan pada sebaran jumlah dan ukuran ikan di perairan Lampiran 10. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya wisata pemancingan dilakukan saat musim peralihan II September–November dan musim barat Desember–Februari, sedangkan pada musim lainnya sebaiknya tidak dilakukan penangkapan guna memberi