Tingkat trofik Interaksi Trofik

Idealnya ikan peseng peseng, peperek blochii, dan belanak Troph i = 2,06–2,09 mempunyai jumlah populasi yang banyak di perairan karena hanya membutuhkan energi yang sedikit dalam memperoleh makanannya dan dapat tumbuh lebih banyak. Namun karena populasi tersebut kurang mampu memanfaatkan makanan yang bervariasi di perairan, ditunjukkan oleh rendahnya luas relung Tabel 8, maka jumlah populasi ikan tersebut lebih rendah dibandingkan populasi ikan tembang dan siro yang mempunyai luas relung lebih besar. Dominasi ikan fitoplanktivora di perairan ini berkaitan dengan kemampuan ikan tersebut dalam mengambil makanan di perairan. Ikan planktivora mengambil makanannya dengan cara penyaringan. Walaupun perairan keruh, namun kekeruhan 5–10 NTU tidak membatasi ikan tersebut dalam mencari makanannya, seperti yang dilaporkan pada ikan planktivora Oncorhynchus keta dan Theragra chalcogramma de Robertis et al ., 2003. Gerking 1994 menyatakan bahwa ikan planktivora umumnya mengambil makanannya dengan cara menyaring. Partikel makanan yang masuk akan terperangkap dalam tapis insang sedangkan partikel kecil yang tidak dimanfaatkan akan dikeluarkan melalui operkulum yang terbuka saat melakukan penyaringan. Engraulidae, Clupeidae, dan Scombridae merupakan contoh famili yang mengambil makanannya melalui cara penyaringan Vandewalle et al., 2000 dan Salman et al., 2005. Kondisi tersebut dapat menjelaskan penyebab dominasi ikan herbivora fitoplanktivora di perairan Teluk Kendari. Selain itu, dominasi ikan planktivora yang berada pada tingkat trofik rendah juga disebabkan oleh kurangnya populasi ikan pemangsa di perairan ini Tabel 10. Frank et al. 2005 dan Myers et al. 2007 melaporkan bahwa berkurangnya kelimpahan karnivora yang diindikasikan dengan penurunan rata-rata panjang dan bobot individu dalam populasi akan merubah struktur trofik dalam ekosistem. Rendahnya kelimpahan populasi tersebut akan menghasilkan peningkatan tingkat trofik rendah karena mangsa terhindar dari pemangsaan. Kondisi tersebut menyebabkan sumber daya ikan secara bertahap berubah dari spesies yang berada di tingkat trofik atas menjadi spesies yang berada pada tingkat trofik bawah dalam jejaring makanan Jaureguizar Milessi, 2008 dan Freire Pauly, 2010. Berbeda dengan ikan fitoplanktivora, jumlah populasi ikan karnivora, detritivora, bentivora, dan herbivora makrofita di perairan ini sangat rendah Lampiran 9. Hal ini berkaitan dengan tidak ditemukannya lagi daerah makanan seperti hamparan makroalga dan tumbuhan lamun akibat tingginya kekeruhan 0,42–10,25 NTU, total padatan tersuspensi 255–418 mg L -1 Irawati, 2011, dan tekanan sedimentasi Bappeda, 2000. Kondisi tersebut diduga membatasi keberadaan populasi ikan tersebut di perairan. Tingginya kekeruhan dapat mengurangi jangkauan penglihatan pada ikan karnivora piscivora dalam mencari makanannya seperti ukuran, bentuk, dan warna makanan sehingga membatasi keberadaan ikan tersebut di perairan ini Kneib, 1987; Barrett et al., 1992; Blaber et al., 1995; dan Carter et al., 2010. Di perairan lain, tingkat pemangsaan ikan piscivora, Anoplopoma fimbria, lebih rendah tiga kali lipat pada kekeruhan 5 NTU daripada di air yang jernih, dan mangsa tidak ada yang dikonsumsi pada kekeruhan 10 NTU de Robertis et al., 2003. Pada ikan cod Atlantik, Godus morhua , walaupun peredaman cahaya pada 28 m -1 tidak banyak berpengaruh terhadap aktivitas mencari makanan karena adanya chemoreceptor, namun kekeruhan yang tinggi peredaman cahaya sampai 17 m -1 menyebabkan ikan tersebut membutuhkan energi yang lebih besar dalam mencari makanannya di perairan Meager Batty, 2007. Tingginya kekeruhan dan padatan tersuspensi juga menyebabkan ikan bentivora membutuhkan energi yang lebih besar dalam mencari makanannya dalam perairan. Kondisi tersebut kurang menguntungkan dalam pembelanjaan energi karena kekeruhan menghambat visual lokasi mangsa seperti yang dilaporkan oleh Staudinger Juanes 2010 pada ikan flounder, Paralichthys dentatus. Konsekuensinya, jarak untuk mendeteksi mangsa yang dekat akan berkurang, aktivitas pengejaran akan lebih tinggi dan peluang gagal cukup besar. Torres-Navarro Lyons 1999 juga melaporkan bahwa ikan detritivora, Agonostomus monticola Pisces: Mugilidae, di perairan Mexico berkurang jumlah konsumsinya terhadap alga saat kekeruhan tinggi di musim hujan dibandingkan saat musim kemarau. Selain membatasi dalam hal makanan, kekeruhan dan sedimentasi juga menyebabkan tertutupnya habitat dan daerah pemijahan yang cocok bagi ikan di perairan Teluk Kendari, seperti yang juga terjadi di perairan lain Henley et al., 2000 dan Bunt et al., 2004.

4. Jejaring makanan

Dalam menggambarkan jejaring makanan, ikan dominan di perairan ini dikelompokkan ke dalam lima kelompok berdasarkan nilai Troph i Tabel 10, sebagai berikut : a. Kelompok I Troph i = 2,0–2,10, terdiri atas ikan belanak, peperek blochii, dan peseng- peseng. b. Kelompok II Troph i = 2,11–2,20, terdiri atas ikan teri, gargahing, peperek cina, biji nangka, dan peperek secutor. c. Kelompok III Troph i = 2,21–2,30, terdiri atas ikan japuh, tembang, siro, kembung perempuan, dan kuweh. d. Kelompok IV Troph i = 2,31–2,41, terdiri atas ikan kembung lelaki dan kurisi juwana. e. Kelompok V Troph i = 3,42, hanya terdiri atas ikan kurisi dewasa. Melalui jejaring makanan berdasarkan kebiasaan makanan dapat diketahui arah aliran energi yang terjadi antar kelompok trofik dalam komunitas ikan di perairan Teluk Kendari Gambar 14. Gambar tersebut menunjukkan bahwa di perairan ini, tingkat trofik terendah Troph i = 1 terdiri atas komponen fitoplankton dan detritus seperti yang juga ditemukan di perairan Gulf Thailand Christensen Walters, 2004, Brazil Selatan Velasco Castello, 2005, dan Brazil bagian tenggara Rocha et al., 2007. Sebaliknya di perairan Raja Ampat Papua Pitcher et al., 2007, Brazil Timur Freire et al., 2008, dan Srilangka Haputhantri et al., 2008, tingkat trofik terendah selain terdiri atas komponen fitoplankton dan detritus, juga terdiri atas fitobentos dan zooxanthella pada karang. Di perairan Teluk Kendari, Gulf Thailand, Brazil Selatan dan Brazil bagian tenggara, fitoplankton sebagai komponen autotrof bersifat generalis sedangkan di perairan Raja Ampat Papua, Brazil Timur, dan Srilangka, komponen autotrof-nya lebih spesialis yang berarti peranan atau fungsi di dalam komunitas telah terbagi-bagi menjadi lebih sempit dan oleh karenanya spesies penyusun tersebut lebih terspesialisasi. Gambar 14 juga menunjukkan bahwa energi dalam bentuk aliran materimakanan yang masuk dalam satu kelompok tanda panah merupakan hasil dari pemangsaan terhadap trofik di bawahnya. Energi tersebut digunakan untuk pemeliharaan tubuh, memperbesar biomassa, untuk reproduksi, dan ada energi yang hilang karena digunakan untuk respirasi, mati karena pemangsaan, dan yang tidak terasimilasi akan masuk ke dalam siklus detritus. Selain melalui rantai makanan perambanan, tingkat trofik ikan di perairan ini juga didukung oleh rantai makanan detritus Gambar 14. Pada kelompok ikan dominan, terlihat bahwa rantai makanan perambanan lebih berperan dibandingkan rantai makanan detritus. Kondisi tersebut di dasarkan pada kebiasaan makanan ikan dominan di perairan ini yang bersifat herbivora fitoplanktivora Tabel 8 dan 9. Sebaliknya untuk kelompok makroavertebrata bentik, rantai makanan detritus yang lebih berperan dibandingkan rantai