Jejaring makanan Interaksi Trofik
b. Kelompok II Troph
i
= 2,11–2,20, terdiri atas ikan teri, gargahing, peperek cina, biji nangka, dan peperek secutor.
c. Kelompok III Troph
i
= 2,21–2,30, terdiri atas ikan japuh, tembang, siro, kembung perempuan, dan kuweh.
d. Kelompok IV Troph
i
= 2,31–2,41, terdiri atas ikan kembung lelaki dan kurisi juwana. e. Kelompok V Troph
i
= 3,42, hanya terdiri atas ikan kurisi dewasa. Melalui jejaring makanan berdasarkan kebiasaan makanan dapat diketahui arah
aliran energi yang terjadi antar kelompok trofik dalam komunitas ikan di perairan Teluk Kendari Gambar 14. Gambar tersebut menunjukkan bahwa di perairan ini, tingkat trofik
terendah Troph
i
= 1 terdiri atas komponen fitoplankton dan detritus seperti yang juga ditemukan di perairan Gulf Thailand Christensen Walters, 2004, Brazil Selatan
Velasco Castello, 2005, dan Brazil bagian tenggara Rocha et al., 2007. Sebaliknya di perairan Raja Ampat Papua Pitcher et al., 2007, Brazil Timur Freire et al., 2008,
dan Srilangka Haputhantri et al., 2008, tingkat trofik terendah selain terdiri atas komponen fitoplankton dan detritus, juga terdiri atas fitobentos dan zooxanthella pada
karang. Di perairan Teluk Kendari, Gulf Thailand, Brazil Selatan dan Brazil bagian tenggara, fitoplankton sebagai komponen autotrof bersifat generalis sedangkan di
perairan Raja Ampat Papua, Brazil Timur, dan Srilangka, komponen autotrof-nya lebih spesialis yang berarti peranan atau fungsi di dalam komunitas telah terbagi-bagi menjadi
lebih sempit dan oleh karenanya spesies penyusun tersebut lebih terspesialisasi. Gambar 14 juga menunjukkan bahwa energi dalam bentuk aliran materimakanan
yang masuk dalam satu kelompok tanda panah merupakan hasil dari pemangsaan terhadap trofik di bawahnya. Energi tersebut digunakan untuk pemeliharaan tubuh,
memperbesar biomassa, untuk reproduksi, dan ada energi yang hilang karena digunakan untuk respirasi, mati karena pemangsaan, dan yang tidak terasimilasi akan masuk ke
dalam siklus detritus. Selain melalui rantai makanan perambanan, tingkat trofik ikan di perairan ini juga
didukung oleh rantai makanan detritus Gambar 14. Pada kelompok ikan dominan, terlihat bahwa rantai makanan perambanan lebih berperan dibandingkan rantai makanan
detritus. Kondisi tersebut di dasarkan pada kebiasaan makanan ikan dominan di perairan ini yang bersifat herbivora fitoplanktivora Tabel 8 dan 9. Sebaliknya untuk kelompok
makroavertebrata bentik, rantai makanan detritus yang lebih berperan dibandingkan rantai
Keterangan : = Pemangsaan
Fitoplanktivora =
sp., Planktivora
= +
Bentivora =
sp. 1 +
+ +
sp. ,
Karnivora =
+ Karnivora puncak
=
Gambar 14. Jejaring makanan populasi ikan dominan A dan komunitas ikan B di perairan Teluk Kendari
A
B
makanan perambanan, seperti yang dilaporkan oleh Kennish 2000, Byrén 2004, dan de Master et al. 2011.
Di perairan Teluk Kendari, biomassa total fitoplankton yang ditentukan berdasarkan klorofil a sebesar 15.870 kg th
-1
. Dari total biomassa tersebut hanya sebagian yang dapat mendukung tingkat trofik di atasnya. Jika efisiensi transfer energi antar
tingkatan trofik hanya sebesar 10 Odum, 1998; Jennings et al., 2003; Nontji, 2006, maka biomassa fitoplankton sebesar 15.870 kg th
-1
hanya dapat mendukung biomassa trofik kedua zooplankton, makroavertebrata bentik, dan ikan fitoplanktivora sebanyak
1.587 kg th
-1
, yang selanjutnya dapat mendukung biomassa trofik ketiga, ikan karnivora pemakan herbivora kurisi dewasa sebesar 159 kg th
-1
. Uraian di atas menunjukkan bahwa besarnya energi dalam bentuk makanan yang
diperoleh di setiap tingkatan trofik terlihat cukup rendah. Sementara energi dalam bentuk makanan tersebut dipindahkan dari satu jenjang ke jenjang berikutnya maka sebagian
besar energi tersebut akan hilang sebagai entropi dan dipakai dalam proses metabolisme oleh organisme seperti respirasi, berenang, makan, pertumbuhan, dan reproduksi.
Kecilnya ukuran ikan yang tercermin dari rataan panjang dan bobot di perairan ini Tabel 6 menunjukkan bahwa: 1 perairan Teluk Kendari hanya dimanfaatkan oleh
sebagian besar populasi ikan sebagai daerah pengasuhan dan saat dewasa bermigrasi ke perairan lain untuk melengkapi siklus hidupnya; 2 ketersediaan makanan di perairan
kecil 0,41-2,87 mg chl a m
-3
, sehingga juwana ikan yang menetap di kawasan tersebut tidak dapat tumbuh optimal dan berakibat pada ukuran dan bobot tubuh ikan yang rendah.
Sementara induk ikan akan cenderung mencari daerah lain untuk memijah yang mampu menyediakan makanan bagi keturunannya; dan 3 hanya sebagian kecil energi potensial
dari makanan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan ikan. Idealnya sumber daya makanan yang tersedia di perairan dapat digunakan oleh setiap populasi ikan untuk
tumbuh, memperbesar biomassa, dan bereproduksi, selain dimanfaatkan untuk respirasi atau kembali ke detritus. Namun kenyataannya kondisi tersebut tidak ditemukan di
perairan Teluk Kendari. Keadaan tersebut disebabkan oleh energi potensial makanan lebih banyak digunakan untuk pemeliharaan tubuh dalam menoleransi kondisi perairan
yang kurang menguntungkan kekeruhan dan padatan tersuspensi perairan tinggi. Irawati 2011 melaporkan bahwa padatan tersuspensi di perairan ini cukup tinggi yaitu berkisar
antara 255–418 mg L
-1
. Tingginya kekeruhan dan padatan tersuspensi tersebut menyebabkan populasi ikan mengalami gangguan pertumbuhan, seperti yang dilaporkan
oleh Birtwell 1999 pada ikan Arctic grayling, Thymallus arcticus arcticus. Jika
konsentrasi padatan tersuspensi lebih besar dari 100 mg L
-1
maka dapat menimbulkan gangguan pada ikan tersebut dalam aktivitas mencari makanan sehingga laju
pertumbuhannya menjadi terhambat. Walaupun ikan planktivora cukup dominan di perairan ini dan aktivitas mencari
makanannya tidak dibatasi oleh kekeruhan, namun kondisi tersebut menyebabkan sebagian besar energi yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi makanan dari tingkat
trofik di bawahnya digunakan terlebih dahulu untuk pemeliharaan tubuh dalam hal menoleransi kondisi perairan yang tidak menguntungkan. Semakin banyak energi yang
dibutuhkan untuk menyesuaikan kondisi tersebut maka energi untuk pertumbuhan semakin rendah dan akhirnya berdampak pada rendahnya bobot tubuh ikan di perairan
ini.