Perlindungan Habitat Ikan Pengelolaan Sumber Daya Ikan

menetap di kawasan tersebut tidak mampu tumbuh optimal dan akan berakibat pada penurunan ukuran dan bobot tubuh ikan Tabel 6. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka diperlukan upaya perlindungan terhadap habitat ikan di perairan Teluk Kendari. Kawasan mangrove yang masih baik terindikasi dari kerapatan mangrove yang besar Gambar 2 seperti banyak dijumpai di lokasi yang dilewati oleh aliran sungai di sekitar muara Sungai Wanggu, Kambu dan Kadia Bappeda PSL Unhalu, 1998. Kawasan ini perlu segera ditetapkan sebagai daerah lindungan bagi populasi ikan yang tumbuh dan berkembang di perairan ini. Upaya tersebut diharapkan dapat menjamin keberlanjutan sumber daya ikan, sekaligus dapat mendukung pengembangan perikanan rekreasi di perairan ini. Selain itu kawasan mangrove yang mempunyai kerapatan rendah terutama di bagian bagian barat dan selatan Teluk Kendari Bappeda PSL Unhalu, 1998 perlu direhabilitasi agar fungsi ekologis ekosistem mangrove tetap terjaga.

2. Pengendalian Kekeruhan

Salah satu beban limbah yang cukup mengkhawatirkan di perairan ini adalah beban antropogenik seperti pasir, tanah, dan lumpur yang merupakan hasil sampingan aktivitas penambangan pasir di beberapa hulu sungai yang bermuara ke Teluk Kendari. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa nilai padatan tersuspensi perairan Teluk Kendari mengalami peningkatan sejak tahun 1994 yaitu sekitar 40–62 mg L -1 Pangerang, 1994; tahun 2005 sekitar 183–250 mg L -1 Salnuddin, 2005; dan 2011 sekitar 255–418 mg L -1 Irawati, 2011. Demikian pula parameter kekeruhan mengalami peningkatan dari 6,55–8,43 NTU Asriyana, 2004 menjadi 0,42–10,25 NTU. Peningkatan padatan tersuspensi dan kekeruhan tersebut sangat memengaruhi lingkungan perairan terutama saat musim hujan tiba. Kekeruhan yang disebabkan oleh partikel lumpur dapat memengaruhi sumber daya ikan dalam suatu perairan yaitu memengaruhi ketersediaan sumber daya makanan berupa fitoplankton dan fitobentos. Fitoplankton sebagai makanan utama seluruh populasi ikan dominan mempunyai biomassa rata-rata yang rendah 0,41–2,87 mg m -3 , demikian pula dengan tumbuhan lamun dan makroalga yang juga tidak ditemukan lagi di perairan ini. Kondisi tersebut menyebabkan populasi ikan kehilangan makanannya. Makanan menentukan pertumbuhan ikan. Rendahnya sumber daya makanan menyebabkan juwana ikan yang menetap di perairan Teluk Kendari tidak dapat tumbuh optimal dan berakibat pada rendahnya ukuran dan bobot tubuh ikan Tabel 6. Selain memengaruhi ketersediaan makanan, kekeruhan juga mengurangi jangkauan penglihatan ikan dalam mencari makanannya seperti ukuran, bentuk, dan warna makanan terutama ikan yang mengandalkan visual dalam mencari makanannya. Kondisi ini terlihat dari sedikitnya populasi ikan karnivora sedangkan ikan detritivora, bentivora, dan herbivora makrofita tidak ditemukan di perairan Teluk Kendari Tabel 10. Kekeruhan yang tinggi di perairan ini juga menyebabkan ikan kehilangan habitat pemijahan yang cocok. Hilangnya habitat pemijahan dan didukung oleh sumber daya makanan yang rendah menyebabkan ikan dewasa atau calon induk ikan akan cenderung mencari daerah lain yang lebih sesuai. Hal ini terlihat dari rendahnya jenis ikan dewasa yang menempati perairan Teluk Kendari Gambar 13. Kekeruhan juga dapat memengaruhi kinerja fungsi organ seperti insang Bunt et al ., 2004. Adanya partikel pasir dan lumpur dapat menyebabkan penempelan atau penyumbatan pada lamela insang atau saluran pernapasan sehingga proses pertukaran gas untuk respirasi tidak optimal. Terganggunya kehidupan ikan akan memengaruhi keragaman dan kelimpahan relatif setiap individu jenis, yang akhirnya memengaruhi struktur komunitas dan selanjutnya ekosistem secara keseluruhan. Kondisi di atas semakin diperparah oleh tingginya sedimentasi dalam Teluk Kendari baik akibat penggalian pasir di daerah hulu, penebangan pohon di sekitar daerah aliran sungai dan Taman Hutan Rakyat Tahura Murhum, konversi hutan mangrove, maupun buangan limbah rumah tangga ke dalam perairan Teluk Kendari. Apabila kondisi tersebut terjadi secara terus menerus, bukan saja akan memengaruhi komunitas ikan yang hidup di dalamnya bahkan kemungkinan perairan ini akan menjadi daratan di tahun mendatang. Indikasi ini sudah terlihat dari luas Teluk Kendari yang mengalami penurunan dari 1.186,166 ha tahun 1987 menjadi 1.084,671 ha pada tahun 2000 Bappeda, 2000. Dalam kurun waktu 13 tahun, perairan ini telah kehilangan keluasan sebesar 101,495 ha. Dengan kondisi demikian maka sumber daya ikan yang mendiami perairan ini akan kehilangan ruang dan tempat mencari makanan sehingga menyebabkan populasi ikan tersebut akan mencari perairan lain yang mempunyai kondisi lingkungan yang lebih menguntungkan. Berdasarkan kondisi di atas maka upaya yang perlu segera dilakukan adalah penataan aktivitas masyarakat di sekitar hulu maupun daerah aliran sungai, upaya reboisasi untuk mengantisipasi erosi, pelarangan kegiatan reklamasi di sekitar Teluk Kendari dan pembuatan dam pengendali sedimen pada sungai-sungai yang bermuara ke