dipengaruhi oleh besarnya ukuran diameter pohon yang terdapat pada plot penelitian sehingga semakin besar ukuran diameter pohon maka akan semakin
besar pula luas bidang dasarnya. Semakin tinggi kerapatan pohon tidak selalu mengakibatkan semakin besar pula potensi volume nya, meskipun kerapatan
pohon paling tinggi berada pada plot E namun potensi volume yang paling besar justru berada pada plot I yang memiliki potensi volume sebesar 290,05 m
3
ha. Hal ini dapat diakibatkan oleh keadaan pohon-pohon pada plot I yang memiliki
diameter dan tinggi yang lebih besar dibandingkan pada plot E. Potensi volume terendah berada pada plot C yaitu 116,50 m
3
ha. 5.2 Kegiatan Pemanenan Kayu
5.2.1 Metode Pemanenan
Sistem pemanenan kayu yang dilaksanakan di IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber merupakan sistem pemanenan mekanis. Kegiatan pemanenan
kayu pada plot penelitian dilakukan secara tebang – tarik. Dalam kegiatan ini
dilakukan penebangan pohon terlebih dahulu pada plot penelitian, namun sebelum kegiatan penebangan pohon tersebut selesai seluruhnya, dilakukan juga kegiatan
penyaradan terhadap pohon-pohon yang telah ditebang pada plot penelitian tersebut. Ketika kegiatan penebangan pohon telah berpindah dari satu plot
penelitian ke plot penelitian yang lain maka kegiatan penyaradan pun dilakukan terhadap pohon-pohon pada plot penelitian yang telah selesai ditebang. Sehingga
kegiatan penyaradan dilakukan tidak menunggu hingga kegiatan penebangan tersebut telah selesai dilakukan pada seluruh arealpetak tebangan dan kemudian
kegiatan penyaradan dilaksanakan. Kegiatan penebangan dilakukan oleh regu chainsaw dengan sistem
borongan. Setiap regu chainsaw menebang pada petak tebangan yang telah ditentukan oleh pengawas tebangan yang biasanya dibatasi oleh bentang alam,
sungai maupun jalan. Seorang operator chainsaw dibantu oleh seorang helper, sebelum melakukan penebangan mula-mula operator chainsaw mempersiapkan
alat tebang seperti chainsaw, pengisian BBM, pelumas rantai dan mesin, serta mengkikir rantai. Sebelum proses penebangan biasanya operator melihat keadaan
pohon terlebih dahulu untuk menentukan boleh atau tidaknya pohon tersebut ditebang, ketentuan itu dilihat dari diameter, kondisi fisik serta kondisi kesehatan
pohon. Operator chainsaw tidak akan menebang pohon yang cacat dan pohon yang berdiameter dibawah 40 cm. Kemudian dilanjutkan dengan pembersihan
tumbuhan yang melilit pada pohon agar tidak menahan pohon yang akan ditebang serta mencegah pohon melintang dan menyandar, pembuatan jalur keselamatan
yang dilakukan untuk memudahkan operator chainsaw dan helper menghindari pohon tumbang, penentuan arah rebah dan terakhir adalah kegiatan penebangan
pohon. Kegiatan penyaradan dilakukan dengan menggunakan bulldozer Komatsu
D85ESS-2 dimana jenis ini memiliki mesin 4 silinder yang dapat menghasilkan tenaga sebesar 215 tenaga kuda, berat bulldozer ini adalah sekitar 21 ton. Ukuran
lebar blade dari bulldozer ini adalah 4 meter dan memiliki winch pada bagian belakangnya yang digunakan untuk menyarad kayu, panjang winch berkisar 20
meter. Sebelum melakukan kegiatan penyaradan, bulldozer terlebih dahulu membuat TPn kemudian dilanjutkan dengan bulldozer membuat jalan sarad.
Setelah dibuat jalan sarad, bulldozer kemudian masuk ke petak tebangan mencari kayu yang telah ditebang. Setelah menemukan kayu yang telah ditebang maka
seorang helper akan turun untuk mengaitkan choker pada kayu tersebut, kemudian bulldozer menyarad mengikuti jalan sarad yang telah dibuat, sesampainya di TPn
kayu lalu ditumpuk dan disusun.
5.2.2 Intensitas Pemanenan