3.4 Analisis Data 3.4.1 Perhitungan Volume Tegakan
Perhitungan volume tegakan dilakukan untuk mengetahui besarnya potensi volume tegakan yang terdapat pada plot penelitian serta untuk mengetahui
seberapa besar volume pemanenan yang dilakukan. Volume tegakan per hektar diperoleh dengan cara merata-ratakan volume tegakan yang terdapat pada seluruh
plot contoh dan volume tegakan tiap plot ditentukan melalui penjumlahan nilai volume pohon-pohon yang ditemukan pada plot tersebut. Untuk menentukan
besarnya volume dilakukan dengan menggunakan rumus : V = ¼.
π. D
2
. H
bc
. f Dimana :
V = Volume pohon m
3
D = Diameter pohon m H
bc
= Tinggi pohon bebas cabang m π = Phi 3,14
f = Faktor angka bentuk 0,7
3.4.2 Perhitungan Biomassa dan Karbon
Perhitungan biomassa yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan persamaan alometrik biomassa yang disusun oleh Brown 1997 yang diterapkan
pada zona iklim lembab yaitu : Y = exp [-2,134 + 2,530 x lnD]
Dimana : Y = Biomassa per pohon Kg
D = Diameter pohon setinggi dada cm Kandungan karbon di hutan alam dapat dihitung dengan menggunakan
pendugaan biomassa hutan. Brown 1997 menyatakan bahwa umumnya 50 dari biomassa hutan tersusun atas karbon sehingga dari hasil perhitungan biomassa
dapat diubah kedalam bentuk karbon ton Cha yaitu dengan mengalikan nilai biomassa dengan faktor konversi sebesar 0,5.
Karbon C = B x 0,5 Dimana :
C = Jumlah karbon ton Cha B = Biomassa tonha
Untuk memperhitungkan besarnya emisi karbon potensial akibat kegiatan pemanenan kayu maka dapat diduga dari besarnya karbon yang terdapat pada
pohon yang di panenditebang, karbon pada pohon yang rusak akibat penebangan
dan karbon pada pohon yang rusak akibat penyaradan. 3.4.3 Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal
Beberapa tingkat bentuk kerusakan yang terjadi pada individu pohon menurut Elias 1993 yaitu :
1. Tingkat kerusakan berat
a. Patah batang.
b. Pecah batang.
c. Roboh, tumbang atau miring sudut 45° dengan permukaan tanah.
d. Rusak tajuk 50 tajuk rusak, juga didasarkan atas banyaknya
cabang pembentuk tajuk patah. e.
Luka batangrusak kulit 12 keliling pohon atau 300-600 cm kulit mengalami kerusakan.
f. Rusak banirakar 12 banir atau perakaran rusakterpotong.
2. Tingkat kerusakan sedang
a. Rusak tajuk 30-50 tajuk rusak atau 16 bagian tajuk mengalami
kerusakan. b.
Luka batangrusak kulit 14-12 keliling pohon rusak atau 150-300 cm kulit rusak.
c. Rusak banirakar 13-12 banirakar rusak atau terpotong.
d. Condong atau miring pohon miring membentuk sudut 45° dengan
tanah. 3.
Tingkat kerusakan ringan a.
Rusak tajuk 30 tajuk rusak. b.
Luka batangrusak kulit 14-12 keliling dan panjang luka 1,5 m atau kerusakan sampai kambium dengan lebar lebih dari 5 cm, lebih
kurang sepanjang garis sejajar sumbu longitudinal dari batang. c.
Rusak banirakar 14 banir rusak atau perakaran terpotong.
Kerusakan tegakan tinggal dihitung berdasarkan persentase jumlah pohon yang rusak terhadap jumlah pohon yang seharusnya tinggal dan sehat. Untuk
menghitung tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan dan penyaradan kayu digunakan rumus :
K = R
P − Q
× 100 Dimana :
K = Tingkat kerusakan tegakan tinggal R = Jumlah pohon yang mengalami kerusakan pohonha
P = Jumlah pohon 20 cm up sebelum penebangan pohonha Q = Jumlah pohon yang ditebang pohonha
3.4.4 Perhitungan Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan