Perhitungan Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan

Kerusakan tegakan tinggal dihitung berdasarkan persentase jumlah pohon yang rusak terhadap jumlah pohon yang seharusnya tinggal dan sehat. Untuk menghitung tingkat kerusakan tegakan tinggal akibat kegiatan penebangan dan penyaradan kayu digunakan rumus : K = R P − Q × 100 Dimana : K = Tingkat kerusakan tegakan tinggal R = Jumlah pohon yang mengalami kerusakan pohonha P = Jumlah pohon 20 cm up sebelum penebangan pohonha Q = Jumlah pohon yang ditebang pohonha

3.4.4 Perhitungan Keterbukaan Areal Akibat Penyaradan

Perhitungan keterbukaan areal berasal dari pembuatan jalan sarad pada petak tebangan. Keterbukaan lahan akibat penyaradan adalah luas tanah yang terbuka akibat kegiatan penyaradan pohon yang dilewati oleh bulldozer atau lalu lintas bulldozer menuju lokasi penyaradan. Keterbukaan lahan akibat penyaradan ditentukan dengan mengukur panjang dan lebar jalan sarad pada petak tebangan kemudian dihitung luas jalan sarad tersebut. Penelusuran jalur sarad dilakukan dengan menggunakan GPS dan meteran. Persentase keterbukaan areal akibat penyaradan dihitung dengan rumus : K = L 10.000 × 100 Dimana : K = Persentase keterbukaan areal L = Luas areal yang terbuka m 2 3.4.5 Analisis Hubungan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Tegakan Tinggal dan Emisi Karbon Potensial Untuk mengetahui pengaruh kegiatan pemanenan kayu terhadap terjadinya kerusakan tegakan tinggal dan emisi karbon potensial, maka dilakukan analisis regresi. Faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap kerusakan tegakan tinggal yaitu kerapatan tegakan dan intensitas pemanenan yang dilakukan. Semakin tinggi kerapatan tegakan dan intensitas pemanenan maka akan semakin besar nilai kerusakannya. Persamaan regresi linier hubungan antara kerapatan tegakan dan intensitas pemanenan terhadap besarnya kerusakan tegakan tinggal dinyatakan dalam persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 Dimana : Ŷ = Kerusakan tegakan tinggal X 1 = Kerapatan tegakan pohonha X 2 = Intensitas pemanenan pohonha b , b 1 ,b 2 merupakan koefisien regresi Faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap besarnya emisi karbon potensial adalah potensi awal tegakan sebelum pemanenan dan intensitas pemanenan yang dilakukan. Semakin besar intensitas pemanenan yang dilakukan maka akan semakin besar pula emisi karbon potensial yang ditimbulkan. Persamaan regresi linier hubungan antara potensi awal tegakan sebelum pemanenan dan intensitas pemanenan terhadap besarnya emisi karbon potensial dinyatakan dalam persamaan regresi sebagai berikut : Ŷ = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 Dimana : Ŷ = Emisi karbon potensial ton Cha X 1 = Potensi awal tegakan sebelum pemanenan m 3 ha X 2 = Intensitas pemanenan m 3 ha b , b 1 ,b 2 merupakan koefisien regresi Analisis data dilakukan dengan menggunakan paket statistik SPSS. Untuk mengetahui pengaruh peubah X 1 dan X 2 terhadap persamaan regresi yang dihasilkan, maka dilakukan analisis ragam dan pengujian hipotesis.

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas

Dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam hutan produksi, IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber mempunyai luas areal 170.000 Ha sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 219KptsUm573 tanggal 11 Mei 1973. Pada tahun 1994, izin pemanfaatan IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber diperpanjang sesuai dengan Izin Prinsip nomor 1277Menhut-IV94 dengan luas areal kerja 305.535 Ha. Kemudian dengan adanya konversi lahan ke perkebunan kelapa sawit, areal kerja IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber menjadi 204.200 Ha. IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber memperoleh perpanjangan IUPHHK definitif seluas 216.580 ha untuk jangka waktu 45 tahun periode tahun 1992 sd 2037 sesuai Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.266Menhut- II2004 tanggal 21 Juli 2004. IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber melaksanakan pengusahaan hutan sejak tahun 1973 dan menerapkan sistem silvikultur Tebang Pilih IndonesiaTebang Pilih Tanam Indonesia TPITPTI. IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber telah melaksanakan pengusahaan hutan selama jangka pengusahaan hutan I 1973-1992, sebagian jangka pengusahaan II 1992-2037 dan akhir rotasi I 35 tahun pada RKT 2007. Tahun 2005 IUPHHK PT. Sarmiento Parakantja Timber ditunjuk sebagai salah satu pelaksana model sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII sesuai Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan nomor SK.77VI-BPHA2005 tanggal 3 Mei 2005 tentang penunjukan pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam IUPHHK-HA sebagai model sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII. Pengusahaan hutan untuk rotasi II sampai akhir jangka pengusahaan pada tahun 2037 dengan berbagai faktor pertimbangan teknis akan menerapkan sistem silvikultur TPTI hingga tahun 2007 dan menerapkan sistem silvikultur TPTII hingga tahun 2037.