Keterbukaan Areal Kerusakan Tegakan Pasca Pemanenan .1 Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Penebangan

Jika dilihat dari nilai P sebesar 0,024 yang diperoleh dari kedua peubah terhadap kerusakan tegakan tinggal dimana nilainya lebih kecil dari alpha yang ditentukan 0,05 dan dari nilai F hitung yang lebih besar dibandingkan F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa kerusakan tegakan tinggal memiliki hubungan yang nyata dengan mininimal satu peubah penduga. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan tiap peubah penduga terhadap besarnya kerusakan tegakan tinggal maka dilakukan uji t yang dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Hubungan antar peubah dengan besarnya kerusakan tegakan tinggal Peubah Penduga t Hitung P Kerapatan tegakan - 2,193 tn 0,064 Intensitas pemanenan 3,620 0,009 tn tidak nyata sangat nyata t 7;0,025 = 2,365 t 7;0,005 = 3,499 Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa faktor yang sangat nyata mempengaruhi kerusakan tegakan tinggal adalah intensitas pemanenan yang dilakukan dimana nilai P nya lebih kecil dari nilai alpha yang ditentukan dan nilai t-hitung nya yang lebih besar dari pada nilai t-tabel. Kerapatan tegakan tidak lagi berpengaruh nyata terhadap besarnya kerusakan tegakan tinggal setelah dijelaskan oleh intensitas pemanenan P0,01. Kesimpulan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elias 2002 yang menyatakan kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan dan penyaradan per satuan luas sangat tergantung dari intensitas pemanenan. Makin tinggi intensitas pemanenan maka kerusakan tegakan tinggal akan makin meningkat, namun bukan berarti kerapatan tegakan tidak berpengaruh terhadap kerusakan tegakan tinggal yang terjadi.

5.3.4 Keterbukaan Areal

Keterbukaan areal adalah salah satu bentuk kerusakan lantai tanah hutan akibat pembuatan jalan sarad yang disebabkan oleh tanah yang terbuka karena dilewati oleh bulldozer atau lalu lintas bulldozer ketika melakukan penyaradan kayu ataupun untuk membuka jalan agar kayu mudah disarad. Keterbukaan areal akibat pembuatan jalan sarad dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Keterbukaan areal akibat pembuatan jalan sarad Plot Luas Keterbukaan m 2 ha A 949,69 0,09 9,50 B 1373,78 0,14 13,74 C 1135,31 0,11 11,35 D 1651,47 0,17 16,51 E 1338,02 0,13 13,38 F 486,10 0,05 4,86 G 1101,18 0,11 11,01 H 668,48 0,07 6,68 I 1178,45 0,12 11,78 J 306,44 0,03 3,06 Rata-rata 1018,89 0,10 10,19 Std. Error 133,03 0,04 1,33 Keterbukaan areal akibat pembuatan jalan sarad pada plot penelitian rata- rata adalah sebesar 1018,89 m 2 0,10 ha atau 10,19 dari luas plot penelitian. Keterbukaan areal paling tinggi berada pada plot D sebesar 1651,47 m 2 dan paling rendah berada pada plot J sebesar 306,44 m 2 . Besarnya keterbukaan areal yang terjadi pada plot penelitian menunjukkan hasil yang lebih besar bila dibandingkan penelitian Elias 2002 dengan rata-rata keterbukaan areal yang terjadi pada masing-masing plot sebesar 872,5 m 2 dan penelitian Indriyati 2010 dengan rata- rata keterbukaan real yang terjadi sebesar 905,77 m 2 . Besarnya keterbukaan areal pada masing-masing plot memiliki luasan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena berbagai faktor yaitu faktor kondisi lapangan, kerapatan tegakan, intensitas penebangan dan faktor lain seperti operator bulldozer yang memiliki pengetahuan yang terbatas dikarenakan tidak dibekali dengan peta pohon sehingga ketika ingin melakukan penyaradan harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan operator chainsaw untuk mendapatkan informasi lokasi dari pohon yang telah ditebang atau terkadang operator bulldozer langsung masuk kedalam petak tebangan untuk mencari sendiri lokasi pohon yang telah ditebang. 5.4 Emisi Karbon Potensial 5.4.1 Potensi Karbon Sebelum Pemanenan