sistem ini proses penebangan, pemangkasan cabang dan ranting, pembagian batang, penyaradan dan pengangkutan dilakukan secara semi mekanis. Sistem
mekanis merupakan sistem pemanenan kayu dengan menggunakan mesin-mesin pemanenan kayu dengan teknologi yang lebih maju. Dalam sistem mekanis sejak
dari tahap penebangan, pemangkasan cabang dan ranting, pembagian batang, serta penyaradan dan pengangkutan dilakukan secara mekanis. Sistem ini pada umum
nya diterapkan pada pekerjaan yang berskala besar seperti pemanenan kayu di hutan alam. Dalam merekayasa sistem dan teknik pemanenan kayu selain aspek
teknis, aspek sosial, ekonomis dan lingkungan juga harus dipertimbangkan terutama aspek penciptaan lapangan kerja baru Elias 2002.
2.2 Hutan Alam Tropis
Ada beragam definisi mengenai hutan maupun hutan alam tropis. Budiharto 2009 merangkum beragam definisi yang telah digunakan oleh
berbagai negara dan institusi internasional. Dari beragam definisi yang dikemukakan, yang terkait dengan perubahan stok karbon adalah definisi pada
kelompok definisi hutan sebagai penutup lahan. Pada umumnya hutan dibatasi dengan persentase tutupan tajukkerapatan, tinggi pohon, dan luas minimum.
FAO 2006 mendefinisikan hutan adalah lahan dengan luas lebih dari 0,5 hektar, tinggi pohon lebih dari 5 meter dan tutupan tajuk lebih besar dari 10.
Menurut UNFCCC 2001, hutan didefinisikan sebagai areal dengan luas 0,05 sampai 1 hektar, tinggi pohon mencapai 2-5 meter dan tutupan tajuk pohon 10-
30. Indonesia melalui Peraturan Menteri Kehutanan No.14Menhut-II2004 menetapkan bahwa yang dimaksud hutan ialah lahan yang luasnya minimal 0,25
hektar dan ditumbuhi oleh pohon dengan persentase penutupan tajuk minimal 30 yang pada akhir pertumbuhan mencapai ketinggian minimal 5 meter.
Hutan alam tropis merupakan hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang hangat
dan curah hujan yang tinggi. Mabberley 1992 menyebutkan bahwa hutan alam tropis merupakan suatu komunitas tumbuhan yang bersifat selalu hijau, selalu
basah dengan tinggi tajuk sekurang-kurangnya 30 meter serta mengandung spesies-spesies efifit berkayu dan herba yang bersifat efifit.
Hutan alam tropis merupakan habitat yang paling kaya serta kompleks. Hutan ini terdapat di wilayah tropis dengan suhu relatif seragam berkisar antara
25-30 ⁰ C, serta curah hujan yang tinggi berkisar antara 2000 mm - 3000 mm per
tahunnya Ewusie 1990. Pada umumnya wilayah hutan tropis dicirikan oleh adanya 2 musim dengan perbedaan yang jelas, yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Ciri lainnya adalah suhu dan kelembapan udara yang tinggi, demikian juga dengan curah hujan, sedangkan hari hujan merata sepanjang tahun.
Berdasarkan luasannya hutan alam tropis di Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo di mana hutan-hutan ini
memiliki kekayaan yang unik. Forest Watch Indonesia 2001 mengemukakan bahwa tipe-tipe hutan utama di Indonesia berkisar dari hutan-hutan
dipterocarpaceae dataran rendah yang selalu hijau di Sumatera dan Kalimantan, sampai hutan-hutan monsun musiman dan padang savanna di Nusa Tenggara,
serta hutan-hutan non dipterocarpaceae dataran rendah dan kawasan alpin di Papua. Hutan alam tropis di Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman hayati
yang tinggi karena memiliki 11 spesies tumbuhan yang terdapat di dunia, 10 spesies mamalia dan 16 spesies burung Forest Watch Indonesia 2001.
Keberadaan hutan alam tropis merupakan bagian yang penting dalam menunjang kehidupan secara keseluruhan. Hutan tropis merupakan jalur hijau
sepanjang equator ± 10 ⁰ LULS atau kira-kira hanya 8 dari seluruh daratan di
bumi, tetapi merupakan habitat dari lebih 50 tumbuhan kayu yang ada. Selain itu hutan tropis merupakan ekosistem yang paling kompleks dan paling tinggi
keanekaragamannya Soerjani 1990. Hutan tropis membantu menstabilkan iklim dunia dengan cara menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Pembuangan karbon
dioksida ke atmosfer menyebabkan terjadinya perubahan iklim melalui pemanasan global. Karenanya hutan tropis mempunyai peran yang penting dalam
mengatasi pemanasan global. Saat ini keberadaan hutan alam tropis di Indonesia sudah sangat
mengkhawatirkan, laju deforestasi dan degradasi hutan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kerusakan hutan alam tropis ini dikarenakan para pengelola
hutan dalam melakukan pengelolaan hutan tidak menerapkan prinsip pengelolaan hutan yang berkesinambungan.
Deforestasi dan degradasi hutan di hutan tropis berpengaruh terhadap proses penyerapan CO
2
dari atmosfir yang dapat mempengaruhi kondisi iklim global, yaitu menimbulkan efek gas rumah kaca GRK. Pengurangan deforestasi
dan degradasi hutan merupakan langkah ke depan untuk stabilisasi konsentrasi GRK. Deforestasi dari hutan tropis diperkirakan menyumbang 15-35 dari
global emisi tahunan CO
2
. Diperkirakan sekitar 350-430 GtC Giga ton Carbon saat ini tersimpan di hutan tropis dan dapat diemisikan ke atmosfir melalui
peningkatan deforestasi dan degradasi hutan Laporte et al. 2008. Tabel 1 Emisi karbon akibat degradasi hutan dan deforestasi di hutan tropis
Sumber Republik Kongo
t CO
2
ha Indonesia
t CO
2
ha Bolivia
t CO
2
ha Degradasi Hutan
26 88
17 Deforestasi
1015 777
473
Sumber : GOFC-GOLD 2009
Tabel 1 memperlihatkan besarnya penurunan stok karbon dari pohon hidup yang diestimasikan dari biomassa di atas permukaan tanah akibat deforestasi dan
degradasi hutan melalui kegiatan pemanenan kayu dengan sistem tebang pilih pada tiga negara di hutan tropis yaitu Republik Kongo, Indonesia, dan Bolivia.
Perbedaan yang cukup besar diantara tiga negara tersebut terkait besarnya degradasi hutan disebabkan oleh perbedaan terhadap intensitas pemanenan kayu
sekitar 3 hingga 22 m
3
ha.
2.3 Dampak Pemanenan Kayu Tehadap Kerusakan Vegetasi dan Emisi Karbon di Hutan Alam Tropis