Densitas Ikan Trophic structure and population biology of fishes in Semak Daun Island, Kepulauan Seribu.

Tabel 8 Parameter pertumbuhan ikan dominan di Pulau Semak Daun No. Nama spesies K bln -1 L ∞ mm t bln 1 Epinephelus fuscoguttatus 0.16 259.35 -0.58 2 Choerodon anchorago 0.43 246.75 -0.21 3 Scolopsis monogramma 0.39 233.63 -0.31 4 Epibulus sp 0.47 225.75 -0.20 5 Scarus ghobban 0.08 349.13 -0.96 6 Chlorourus sordidus 0.64 190.05 -0.15 7 Scarus sp 0.09 344.40 -0.97 Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien pertumbuhan K ikan- ikan dominan di lokasi penelitian pada umumnya termasuk rendah, demikian pula panjang asimtotiknya. Di terumbu karang Fiji, nilai L ∞ Epinephelus fuscoguttatus adalah 89cm, Epibulus insidiator adalah 35cm, Cheilinus chlorourus adalah 33cm, Scarus ghobban 75cm dan L ∞ dari beberapa genus Scarus adalah 30cm-75cm Jennings Polunin 1997. Namun nilai-nilai tersebut tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan beberapa jenis ikan di Great Barrier Reef. Nilai L ∞ Chlorourus sordidus adalah 19,261 cm, nilai L ∞ jenis-jenis Scarus antara 17,729 – 25, 543 cm Gust et al. 2002. King 1995 dan Spare Venema 1999 menyatakan bahwa K menunjukkan seberapa cepat ikan mencapai panjang asimptotiknya. Rendahnya nilai K menunjukkan bahwa ikan-ikan tersebut mengalami laju pertumbuhan yang lambat. Secara teoritis laju pertumbuhan setiap organisme sangat dipengaruhi oleh umur dan kondisi lingkungannya, termasuk di dalamnya adalah faktor makanan. Jika kebutuhan makanan tidak terpenuhi maka laju tumbuh organisme tersebut akan terhambat. Pertumbuhan setiap organisme termasuk ikan pada umumnya akan mulai lambat dengan bertambahnya umur. Rendahnya laju pertumbuhan ikan di lokasi penelitian kemungkinan karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung dengan baik bagi pertumbuhannya, disamping tertangkapnya ikan- ikan kecil karena penggunaan alat tangkap yang berukuran mata jaring relatif kecil. Berdasarkan nilai-nilai parameter pertumbuhan tersebut maka diperoleh persamaan pertumbuhan von Bertalanffy bagi ikan di lokasi penelitian sebagai berikut: Epinephelus fuscoguttatus: Lt=259,351-e -0,16t+0,58 Choerodon anchorago: Lt = 246,75 1 - e -0.43 t + 0,21 Scolopsis monogramma: Lt = 228,90 1 - e -0,39 t + 0,24 Epibulus sp.: Lt = 225,75 1 - e -0,47 t + 0,20 Scarus ghobban : Lt = 349,13 1 - e -0,08 t + 0,96 Chlorourus sordidus: Lt = 190,05 1 - e -0,64 t +0,15 Scarus sp. : Lt = 344,40 1 - e -0,09 t +0,97 Jika membandingkan persamaan pertumbuhan antar ikan tersebut, terlihat bahwa spesies Chlorourus sordidus memiliki koefisien pertumbuhan yang paling tinggi, yang berarti bahwa ikan ini mencapai panjang maksimum lebih cepat dibanding spesies lainnya. Kondisi ini didukung dengan nilai L ∞ ikan tersebut 190,05 mm, merupakan nilai terkecil dibanding spesies lainnya. Sebaliknya, nilai K terendah terlihat pada Scarus ghobban dan Scarus sp, yang menunjukkan bahwa kedua species ini mencapai panjang asimtotik L ∞ yang lebih lama. Nilai L ∞ kedua species ini juga paling tinggi diantara tujuh spesies dominan tersebut sebagai konsekwensi rendahnya nilai K. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh sifat biologi ikan tersebut, selain umur dan faktor lingkungan. Pada ikan berumur pendek biasanya memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan berumur panjang. Hasil estimasi parameter pertumbuhan didapatkan nilai K terendah dan tertinggi merupakan spesies dari famili Scaridae Scarus ghobban, Scarus sp dan Chlorourus sordidus, demikian pula nilai L ∞ terendah dan tertinggi juga terlihat pada ketiga spesies tersebut. Scaridae atau ikan kakak tua merupakan ikan karang tropis utama di terumbu karang dangkal di seluruh dunia Brawner et al. 2007. Jenis ikan ini memiliki ukuran yang beragam, mulai berukuran kecil 20cm hingga sangat besar 150cm. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dan dengan membandingkan nilai L ∞ jenis-jenis kakak tua di Pulau Semak Daun, terlihat bahwa ikan kakak tua di lokasi tersebut memiliki ukuran maksimum yang kecil. Nilai K dan L ∞ dipengaruhi oleh faktor lingkungan, keturunan, dan faktor intensitas penangkapan Gulland 1983. Semakin tinggi intensitas penangkapan maka semakin besar nilai K dan semakin kecil nilai L ∞ . Hal ini karena ikan tidak diberi kesempatan untuk tumbuh sampai ukuran yang baik, sehingga ikan yang tertangkap berukuran muda dan sedang mengalami fase percepatan pertumbuhan. Berdasarkan pernyataan tersebut maka kecilnya nilai L ∞ ikan di Pulau Semak Daun kemungkinan disebabkan oleh tingginya intensitas penangkapan.

2. Mortalitas dan Rasio Eksploitasi

Estimasi mortalitas berdasarkan kurva hasil tangkapan yang dikonversi ke panjang length-converted catch curve, dengan masukan parameter pertumbuhan K,L ∞ dan t yang telah diperoleh. Nilai hasil estimasi tersebut tertera pada Tabel 9. Tabel 9 Mortalitas dan rasio eksploitasi ikan dominan di Pulau Semak Daun No. Nama spesies Z bln -1 M bln -1 F bln -1 E 1 Epinephelus fuscoguttatus 0.81 0.26 0.55 0.68 2 Choerodon anchorago 1.08 0.51 0.56 0.52 3 Scolopsis monogramma 1.46 0.56 0.90 0.62 4 Epibulus sp 1.61 0.56 1.05 0.65 5 Scarus ghobban 2.36 0.17 2.18 0.92 6 Chlorourus sordidus 0.95 0.71 0.23 0.25 7 Scarus sp 0.17 0.14 0.03 0.18 Laju mortalitas total jenis-jenis ikan dominan berkisar antara 0,17 per bulan sampai dengan 1,61 per bulan, dengan nilai mortalitas alami berkisar antara 0,14 per bulan sampai dengan 0,71 per bulan. Laju mortalitas total tertinggi terjadi pada ikan Scarus ghobban, sedangkan yang terendah pada ikan Scarus sp. Mengacu pada pendapat Pauly 1983, nilai mortalitas alami ikan-ikan di lokasi penelitian termasuk rendah. Rendahnya nilai mortalitas ini menunjukkan bahwa jenis-jenis ikan tersebut mampu beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan. Selain itu kemungkinan lokasi penelitian merupakan habitat yang baik bagi ikan-ikan tersebut. Pengukuran langsung nilai mortalitas alami M sulit diperoleh, maka digunakan kuantitas yang dianggap proporsional dengan M dan telah diduga sebelumnya, yaitu kurvatur pertumbuhan von Bertalanffy K dan L ∞ Beverton Holt 1957 in Sparre Venema 1999, hal ini karena adanya keterkaitan antara K