dalam stok, dan biomasa suatu stok akan meningkat karena adanya pertumbuhan. Sebaliknya suatu stok akan berkurang baik jumlah maupun biomasanya karena
adanya kematian baik alami maupun karena penangkapan. Dalam stok yang tidak ada eksploitasi atau laju eksploitasi rendah, pengurangan populasi akibat kematian
sebanding dengan rekrutmen sehingga fluktuasi kelimpahan stok tidak nyata. Sedangkan pada spesies yang mengalami laju eksploitasi tinggi maka jumlah
dewasa yang mati akibat eksploitasi tidak terganti oleh reproduksinya sehingga rekrutmen berkurang dan jumlah stok menurun Piska Naik 2007.
A. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan peningkatan biomasa suatu populasi yang dihasilkan oleh akumulasi bahan-bahan yang ada dalam lingkungannya.
Pertumbuhan ditunjukkan dengan perubahan panjang atau berat ikan selama waktu tertentu sehingga untuk menghitung pertumbuhan diperlukan data panjang
L atau berat W dan umur t atau waktu. Tingkat pertumbuhan ikan sangat bervariasi dan tergantung pada faktor
lingkungan seperti suhu, jumlah oksigen terlarut, amonia, salinitas, tingkat persaingan, kualitas makanan yang diambil, umur dan tingkat kematangan gonad.
Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang penting, dan bersama dengan faktor lain, berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan Piska Naik 2007.
Tingkat pertumbuhan juga tergantung pada kepadatan populasi. Kepadatan yang lebih tinggi memperlambat pertumbuhan dan kepadatan rendah cenderung untuk
meningkatkan pertumbuhan. Hal ini terjadi karena terjadinya kompetisi terhadap sumberdaya makanan yang tersedia, baik interspesifik maupun intraspesifik
Piska Naik 2007. Studi pertumbuhan merupakan penentuan ukuran tubuh sebagai fungsi dari
umur sehingga semua studi pertumbuhan bekerja dengan data komposisi umur Piska Naik 2007. Di daerah beriklim sedang, data komposisi umur dapat
diperoleh dari penghitungan lingkaran tahunan sedangkan di daerah tropis, tidak mungkin menggunakan lingkaran tahunan untuk penentuan umur sehingga
digunakan metode numerik yaitu konversi dari frekuensi panjang ke dalam komposisi umur Sparre Venema 1999. Tujuan analisis pertumbuhan dalam
dinamika populasi adalah 1 mengetahui pengaruh pertumbuhan terhadap waktu atau kapan pertama kali bertelur; 2 mengetahui pengaruh laju pertumbuhan
terhadap stok; 3 mengetahui pengaruh laju pertumbuhan terhadap potensi hasil suatu stok. Dalam manajemen perikanan tujuan analisis pertumbuhan adalah
memprediksi ukuran ikan rata-rata pada beberapa titik waktu King 1995. Pertumbuhan ikan sering digambarkan dengan bentuk perubahan panjang
atau berat berdasarkan waktu yang dinyatakan dengan matematika. Von Bertalanffy in Stefanson 2002 menyatakan pertumbuhan panjang dan berat
terhadap waktu adalah berbeda. Jika panjang diplotkan terhadap waktu akan terbentuk kurva dengan sudut yang semakin kecil dengan bertambahnya umur dan
garis kurva tersebut mendekati asymptote atas yang sejajar dengan sumbu-x. Jika berat diplotkan dengan umur maka kurva berbentuk sigmoid dan peningkatan atau
perubahan berat pada tahap awal rendah atau lambat, kemudian cepat dan menurun setelah mencapai titik infleksi.
Model pertumbuhan didesain untuk menerangkan dan menduga perubahan-perubahan yang terjadi di dalam suatu populasi ikan dari waktu ke
waktu sehingga berguna untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan sumber daya perikanan. Tedapat 2 macam model pertumbuhan yaitu model yang
berhubungan dengan berat dan model yang berhubungan dengan panjang. Model pertumbuhan yang sering digunakan adalah model von Bertalanffy. Model ini
merupakan dasar dalam studi biologi perikanan, digunakan sebagai suatu submodel dalam sejumlah model yang lebih rumit dalam menjelaskan berbagai
dinamika dari populasi ikan. Terdapat hubungan linier antara kecepatan pertumbuhan dan panjang ikan Gulland 1969.
B. Mortalitas
Salah satu karakteristik perubahan populasi adalah mortalitas Piska Naik 2007. Estimasi mortalitas total dalam suatu perikanan yang tereksploitasi
sangat penting untuk menganalisis dinamika suatu populasi Widodo 1991; Piska Naik 2007. Terdapat dua penyebab mortalitas, yaitu mortalitas alami M dan
mortalitas akibat penangkapan F. Pendugaan mortalitas alami diperlukan dalam
model analitik untuk menganalisis hasil tangkapan, untuk menduga ukuran populasi yang dieksploitasi Ricker 1975.
Mortalitas alami terjadi karena berbagai sebab, misalnya penyakit, predasi, karena tua, pencemaran dan persaingan. Selain itu, mortalitas alami berkaitan
dengan koefisisen pertumbuhannya K, semakin tinggi K maka mortalitas alami akan semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Rasio MK sama dengan 1,5
sampai dengan 2,5 Beverton Holt, 1959 in Sparre Venema 1999. Mortalitas alami juga berkaitan dengan panjang asimtotik L
∞
dan berat asimtotik W
∞
, karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dibanding ikan kecil. Selain itu mortalitas alami juga berkaitan dengan suhu Pauly 1983.
2.5 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Pendekatan Ekosistem
Pengelolaan sumberdaya perikanan sesuai dengan Petunjuk Teknis yang disusun oleh FAO Cochrane 2002 merupakan proses yang terintegrasi atas
pengumpulan informasi,
analisa, perencanaan,
konsultasi, pengambilan
keputusan, alokasi sumberdaya serta perumusan dan implementasi, dengan penegakan peraturan yang diperlukan untuk memastikan produktivitas
berkelanjutan dari suatu sumberdaya dan penyelesaian sasaran lain dalam perikanan. Dalam Code of Conduct, Paragraph 7.2.1 disebutkan bahwa tujuan
utama dari manajemen perikanan adalah penggunaan sumberdaya perikanan yang tepat dalam jangka panjang. Pada garis besarnya, tujuan manajemen perikanan ini
dapat dibagi dalam 4 tujuan: biologi, ekologis, ekonomis, dan sosial, dimana sosial termasuk politik dan tujuan budaya Cochrane 2002. Contoh dari setiap
tujuan tersebut adalah sebagai berikut: -
Sasaran biologi, yaitu untuk memelihara spesies target sama dengan atau diatas tingkatan yang diperlukan untuk memastikan kelangsungan
produktivitasnya. -
Sasaran ekologi, untuk meminimumkan dampak penangkapan terhadap lingkungan fisik dan pada spesies tangkapan non target by catch, dan jenis
lain yang berhubungan. -
Sasaran ekonomi, untuk memaksimalkan pendapatan bersih dari nelayan yang berpartisipasi.
- Untuk memaksimalkan peluang ketenagakerjaan bagi mereka yang hidupnya
tergantung pada perikanan, merupakan sasaran sosial. Untuk mencapai semua tujuan tersebut sekaligus tidak mudah. Sebagai
contoh untuk mengurangi dampak perikanan terhadap ekosistem sekaligus memaksimalkan pendapatan bersih adalah sulit. Meningkatkan peluang
ketenagakerjaan berarti membiarkan sebanyak mungkin kegiatan perikanan yang mungkin secara ekonomis tidak efisein Cochrane 2002. Oleh karena itu perlu
menetapkan sasaran operasional, misalnya menjaga jumlah stok terus menerus diatas 50 tidak dieksploitasi sasaran biologi.
Sasaran operasional ini dapat digunakan sebagai titik acuan reference point bagi pengelola perikanan yang selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
membuat strategi pengelolaan. Pendekatan hasil maksimum lestari Maximum Sustainable Yield, MSY sebagai tujuan pengelolaan perikanan berarti meletakkan
target pengelolaan yang secara bersama mempertahankan keberlanjutan biologi dan memaksimumkan hasil. Katsuwaka 2004 menyatakan bahwa manajemen
perikanan demikian merupakan manajemen perikanan tradisional dengan target titik acuan tunggal spesies tunggal.
Pengelolaan perikanan dengan spesies tunggal berkaitan dengan pernyataan Gulland 1974 bahwa semua stok ikan terbatas besarnya, hanya dapat diambil
terbatas banyaknya, walaupun dalam keadaan optimum sekalipun. Oleh karena itu perlu diketahui informasi mengenai stok yang bersangkutan. Berkaitan dengan
pengelolaan variabel tunggal tersebut dinyatakan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya perikanan terdapat tiga pertanyaan mendasar berkaitan dengan
masalah-masalah pengelolaan yang harus dicari jawabannya yaitu: 1. Berapa besarnya stok dan berapa banyak dapat diambil setiap tahun supaya
stok lestari? 2. Jika potensinya diketahui, bagaimana cara memanfaatkannya agar negara
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya? 3. Tindakan-tindakan apa yang perlu diambil untuk mencapai tujuan seperti
tertera pada poin 2? Uraian tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan perikanan dengan variabel
tunggal lebih banyak didasarkan pada pertimbangan biologi. Sebagaimana
dikemukakan dalam aksioma Russel yang dirujuk oleh Cochrane 2002 bahwa dalam keseimbangan populasi, rata-rata pertambahan angka pertumbuhan dan
reproduksi adalah sama dengan kerugian akibat angka total kematian. Dalam suatu populasi yang tidak dieksploitasi, total kematian hanya berasal dari angka
kematian alami, seperti predasi, penyakit, atau perubahan drastis dari lingkungan. Dalam populasi yang ditangkap, total angka kematian berasal dari kematian alami
ditambah dengan kematian tangkapan. Pengelolaan perikanan dalam hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa angka kematian akibat penangkapan tidak
melebihi jumlah dimana populasi dapat bertahan, sebagai tambahan terhadap angka kematian alami, tanpa perusakan terhadap produktivitas populasi tersebut.
Oleh karena itu tidak hanya total populasi yang harus dijaga kelimpahannya atau biomasasnya, tetapi struktur umur populasi juga harus dipertahankan pada status
dimana populasi tersebut bisa mempertahankan tingkatan reproduksi, sehingga terjadi rekrutmen untuk mengganti kematian.
Dua pendekatan yang umum digunakan dalam studi penelolaan sumberdaya perikanan adalah:
1. Pendekatan Struktural, yaitu pendekatan dengan cara mencoba menjelaskan sistem sumberdaya perikanan melalui komponen-
komponen yang membentuk sistem tersebut. Komponen-komponen tersebut adalah penambahan, pertumbuhan dan mortalitas. Pendekatan
ini adalah yang paling ideal sampai saat ini, tetapi juga adalah yang paling mahal dan membutuhkan waktu yang cukup lama, karena untuk
dapat memahami setiap komponen tersebut diperlukan penelitian- penelitian khusus yang sangat banyak macam ragamnya, mulai dari
aspek-aspek biologinya secara kualitatif sampai dengan berbagai aplikasi model-model kuantitatif sebagai alat bantu studi. Bagi negara-
negara maju seperti Eropa Barat, pendekatan ini merupakan pilihan yang tepat melalui kerjasama penelitian antar negara yang sama-sama
memanfaatkan sumberdaya perikanan di perairan yang sama disamping pendekatan lain sebagai pembanding.
2. Pendekatan Global, yang mencoba menjelaskan sistem sumberdaya perikanan,
tanpa memperhatikan
komponen-komponen yang
membentuknya, melainkan berdasarkan data dan informasi yang paling mudah dikumpulkan, seperti data tangkapan, upaya tangkap, produksi
dan nilai produksi serta data dan informasi lain yang dapat diperoleh melalui sistem pelaporan setiap kegiatan armada perikanan di
perlabuhan-pelabuhan lapor khusus atau Tempat Pelelangan Ikan atau tempat-tempat lain yang telah ditentukan oleh negara yang
bersangkutan. Kelemahan pendekatan ini adalah pada mekanisme pelaporan itu sendiri, karena manipulasi angka dapat sangat mungkin
terjadi dan permasalahan ini bagi negara berkembang seperti Indonesia adalah masalah klasik yang semakin dicoba memahaminya bahkan
semakin rumit. Cochrane 2002 menyatakan adanya pergeseran perhatian beberapa tahun
terakhir ini dari pengelolaan perikanan dimana terpusat yang utama pada variabel tunggal atau perikanan tunggal ke pengelolaan dengan orientasi ekosistem
Ecosystem Based Fisheries Management, EBFM. Hal ini didasari adanya dampak dari usaha perikanan penangkapan terhadap ekosistem, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung penangkapan berpengaruh, baik terhadap ikan target maupun non target. Dampak langsung penangkapan
terhadap ikan non target, secara tidak langsung akan mempengaruhi organisme lainnya melalui rantai makanan yang dapat berakibat adanya perubahan jumlah
mangsa, pemangsa maupun pesaing dan selanjutnya berakibat ketidakseimbangan dalam ekosistem. Pemahaman tentang pengaruh tidak langsung dari penangkapan
terhadap hubungan mangsa-pemangsa diperlukan untuk pengembangan model multispesies yang valid dan untuk menentukan faktor-faktor yang mengatur
struktur komunitas ikan pada skala yang lebih besar Jennings Polunin 1997. Tugas utama pengelola adalah menyusun strategi yang memastikan keberlanjutan
sumber daya perikanan jangka panjang, dan mencegah overfishing biologi dan ekonomi termasuk meminimalkan gangguan terhadap ekosistem King 1995.
Oleh sebab itu pengelolaan perikanan dengan berorientasi pada ekosisitem merupakan prinsip yang tidak bisa dipisahkan dalam manajemen perikanan.
Pengaruh penangkapan terhadap suatu populasi akan mempengaruhi populasi yang lain dan dalam skala ruang dan waktu yang luas akan mempunyai pengaruh
terhadap lingkungan. Orientasi ekosistem dalam pengelolaan perikanan dapat digunakan untuk menguji ekosistem sebagai suatu keseluruhan dan dapat
diterapkan pada berbagai kondisi yang bersifat tidak dalam keseimbangan no- steady-state, atau bisa disebut sebagai model dengan orientasi modern.
Pendekatan ekosistem merupakan pendekatan yang mengikut sertakan keseluruhan komponen utama ekosistem dan berbagai jasa yang diberikannya
dalam perhitungan untuk memperoleh suatu upaya pengelolaan perikanan secara berkelanjutan Jennings et al. 2003; Widodo dan Suadi 2006, serta dapat
diterapkan pada perikanan multi jenis. Pendekatan tersebut memadukan berbagai informasi yang tersedia seperti produktivitas primer, sumberdaya ikan, dan
berbagai pola hubungan makan memakan atau rantai dan jaring makanan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dari proses dinamis yang terjadi pada
ekosistem perairan. Pengelolaan dengan pendekatan ekosistem membutuhkan informasi mengenai struktur sistem jaringan makanan untuk menentukan
keterkaitannya dengan produktivitas perairan dan perikanan. Menurut Garcia et al. 2003, suatu pendekatan ekosistem mempertimbangkan interaksi antara
komponen fisik, biologis dan manusia yang dapat menjamin kesehatan setiap komponen termasuk di dalamnya keberlanjutan spesies yang dikelola.
Untuk mengeksplorasi dan mengevaluasi kesehatan dan kondisi ekosistem, Badan
Penelitian dan
Manajemen Perikanan
berdasarkan Ekosistem
menganjurkan dan mendukung penggunaan model ekologi NRC 1999; ICES 2000 in Robinson Frid 2003. Terdapat beberapa alat yang bertujuan
memberikan penjelasan tingkatan ekosistem dan memberikan gambaran yang baik dan mewakili semua komponen ekosistem,yang dipengaruhi oleh kegiatan
penangkapan ikan baik langsung ataupun tidak langsung. Penggunaan model ekosistem dinamik dinamika ekosistem berpotensi untuk membuat pengukuran
dan prediksi yang benar tentang pengaruh kegiatan penangkapan ikan pada ekosistem dengan perkiraan yang menyeluruh Robinson Frid 2003.
Pendekatan ekosistem dapat juga dilakukan dengan menduga perubahan spektrum trofik level fitoplankton melalui perubahan nutrien. Berdasarkan hasil kajian
benthos melalui perubahan predasi dan persaingan, atau ikan sebagai hasil langsung mortalitas penangkapan dan secara tidak langsung oleh buangan hasil
samping by cacth dan perubahan predator-prey. Berdasarkan predator tingkat tinggi melalui persediaan dan mortalitas langsung dari burung laut dan melalui
mortalitas langsung dan perubahan sumberdaya makanan dari mamalia laut ataupun ikan.
Model-model dinamika akosistem menyediakan suatu peluang untuk dapat mengevaluasi status suatu ekosistem dan juga membuat penaksiran tentang
ekosistem dibawah berbagai skenario penangkapan. Model ini juga memungkinkankan suatu pengujian dari tingkah laku matriks ekosistem seperti
perubahan aliran energi atau rata-rata trofik level, agar dapat dengan mudah diterjemahkan ke dalam reference point poin-poin acuan yang mudah dipahami.
Melalui pemodelan sistem memungkinkan untuk memperoleh suatu pemahaman menyangkut efek tidak langsung dan untuk mengembangkan matriks ekosistem
sebagai dasar dari poin-poin acuan yang diperlukan dalam pengelolaan. Berdasarkan berbagai literatur, terdapat 33 model terapan multispesies
ekosistem laut. ICES Working Group in Robinson Frid 2003 mengkategorikan model berdasarkan pengaruh penangkapan terhadap ekosistem
menjadi tujuh kategori model seperti berikut: 1. Model berdasarkan habitat, meliputi penjelasan bagaimana kegiatan
penangkapan merubah total ukuran habitat. Model berdasarkan pada matrik komunitas. Model ini menggambarkan bagaimana matriks tingkat komunitas
berubah sebagai respon terhadap penangkapan. 2. Model single-species dengan variabel mangsa-pemangsa, yaitu reaksi umpan
balik trofik searah pada model single-species dinamis akibat suatu gangguan perikanan.
3. Model produksi multispesies, yang menunjukkan bagaimana penangkapan terhadap predator atau prey akan berpengaruh pada kelimpahan masing-
masing. 4. Model multispesies dinamik, dapat menggabungkan dinamika spasial atau
struktur umurukuran populasi ke dalam perubahan dalam interaksi predator- prey oleh gangguan penangkapan.