Struktur Trofik Komunitas Ikan
mempertahakan keseimbangan komunitas agar tidak terjadi penurunan rantai makanan.
Trofik Level
3 4
2
1
Jarang gigi C.anhorago, Serak S. monogramma,
Nori Epibulus sp.
Invertebrata Bentik Mogong
Chlorourus sordidus, Scarus sp.
Alga Bentik Detritus
Fitoplankton Zooplankton
Lape Scarus ghobban
Hewan Karang Kerapu E.fuscoguttatus,
Kakap Lutjanus lutjanus
Gambar 15 Perkiraan inter-relasi trofik komunitas ikan di lokasi penelitian. Keterangan:
Berdasarkan hasil penelitian Mc. Conell 1987 dan penelusuran dalam Fish Base
Berdasarkan inter-relasi trofik yang telah dibangun tersebut, dilakukan penyusunan model berdasarkan pada nilai-nilai yang telah dianalisis. Komponen
utama dalam penyusunan model ini adalah kelompok trofik level yaitu kelompok trofik level 2,00
– 2,50, kelompok trofik level 2,51 – 3,00, kelompok trofik level 3,01
– 3,50 dan kelompok trofik level 3,51 – 4,00. Setiap kelompok trofik level berfungsi sebagai satu kelompok kompartemen sehingga memiliki sub model
tersendiri. Setiap sub model tersebut dirangkaikan berdasarkan hubungan makan memakan dari dan antar komponen dalam model.
Setiap komponen memiliki variabel, variabel tersebut merupakan variabel penting yang mempengaruhi struktur trofik, yaitu kebiasaan makanan dan
parameter populasi setiap komponen K, M dan F. Hubungan keterkaitan antara sub model berdasarkan pada analisis regresi dan korelasi menggunakan perangkat
SPSS 16 dan hasilnya disajikan pada Gambar 16 dan Lampiran 10 dan Lampiran 11.
Gambar 16 Aliran materi berdasarkan kebiasaan makanan dan parameter
populasi, komunitas ikan di Pulau Semak Daun. Keterangan:
menunjukkan hubungan regresi tidak terdeteksi
menunjukkan hubungan korelasi Korelasi antar kelompok trofik level menunjukkan bahwa ikan pada
kelompok trofik level 4 berkorelasi kuat dengan kelompok trofik level 2 dan 1,
0.017 -0.365
-0.111 -0.225
0.369
0.404 -0.415
-0.244
-0.585 -0.373
-0.442 -0.071
KELOMPOK 2
Trofik level 2,50
– 3.00
KELOMPOK 1 Trofik level
2,00 – 2.50
Zooplankton Hewan karang
Invertebrata bentik
Fitoplankton Alga bentik
Detritus
K 0.499
M
-0.867 F
-0.967 K
0.297
M
-0.998 F
-0.554 KELOMPOK 3
Trofik level 3.01
– 3,50 KELOMPOK 4
Trofik level 3,51
– 4,00
K 0.589
M
-0.695 F
-0.578
K 0.997
M
0.990 F
-0.509
0.584
0.645 - 0.241
0.693 -0.168
0.168
dan kelompok trofik level 2 berkorelasi kuat dengan kelompok trofik level 1. Korelasi paling kuat adalah antara kelompok trofik level 2 dan 1. Hal penting dari
korelasi ini adalah, apabila terjadi perubahan biomasa pada salah satu trofik level tersebut maka akan mempengaruhi biomasa trofik level lainnya. Sebagai contoh,
pengurangan biomasa ikan di kelompok trofik level 4 karena penangkapan, karena jenis-jenis ikan di kelompok ini bernilai ekonomis tinggi, berakibat terjadinya
perubahan biomasa pada kelompok trofik 2 dan 1 akibat korelasi tersebut, dan perubahan tersebut sebesar 0,645 terhadap biomasa kelompok trofik level 2 dan
0,584 terhadap kelompok trofik level 1. Pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan, bahwa berdasarkan kebiasaan makanannya, kelompok trofik level 1
berperan penting dalam menyokong trofik level atasnya. Oleh karenanya, pengurangan biomasa pada trofik level atas tidak hanya menyebabkan
berkurangnya biomasa trofik level itu sendiri, tetapi berakibat pengurangan biomasa di kelompok trofik level 1 dan hal ini membahayakan bagi keseimbangan
ekosistem. Biomasa ikan juga detentukan oleh sumber makanan yang tersedia,
sehingga dapat dilihat hubungan biomasa dengan kebiasaan makanannya. Angka- angka yang ada pada tanda panah menunjukkan koefisien yang menghubungkan
antara kelompok trofik level atau sub model. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa perubahan kebiasaan makanan salah satu kelompok ikan pada trofik level
tertentu tidak hanya mempengaruhi biomasa total dari ikan pada kelompok trofik tersebut, tetapi juga mempengaruhi biomasa total kelompok ikan pada trofik level
lainnya, tergantung pada nilai korelasi dari kelompok tersebut. Sebagai contoh, apabila ikan pemakan invertebata bentik merubah kebiasaan makanannya
terhadap invertebrata bentik, maka akan mempengaruhi biomasa ikan pemakan krustase karena invertebrata bentik juga berperan besar dalam biomasa kelompok
ikan pemakan krustase. Perubahan biomasa ikan pemakan krustase berbanding terbalik dengan perubahan biomasa kebiasaan makanan ikan pemakan
invertebrata bentik dengan koefisien 0,365. Tidak hanya itu, karena adanya korelasi invertebrata bentik dengan zooplankton, maka perubahan berikutnya
adalah terhadap biomasa ikan pemakan zooplankton, dan perubahan ini juga berbanding terbalik dengan perubahan kebiasaan makanan ikan pemakan
invertebrata bentik dengan koefisien 0,415. Berikutnya adalah pengaruhnya terhadap biomasa ikan pemakan alga, karena adanya korelasi antara invertebrata
bentik dan alga. Dari hubungan keterkaitan tersebut menunjukkan bahwa perubahan kebiasaan makanan pada salah satu kelompok ikan dapat berpengaruh
secara berantai terhadap kelompok ikan lainnya. Kebiasaan makanan ikan, selain dipengaruhi oleh faktor keturunan juga
dipengaruhi oleh ketersediaan sumber makanan di perairan. Jika terjadi perubahan lingkungan, akan terjadi perubahan sumber makanan di perairan, dan sebagai
konsekwensinya jenis-jenis ikan yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap sumber makanan yang tersedia akan merubah kebiasaan makanannya, dan
selanjutnya mempengaruhi biomasa kelompok ikan lainnya. Dari hubungan keterkaitan ini dapat dinyatakan bahwa perubahan faktor lingkungan tidak hanya
berpengaruh langsung terhadap kelangsungan populasi, namun secara tidak langsung mempengaruhi keseimbangan didalam komunitas karena adanya
keterkaitan tersebut. Disamping sumber makanan yang tersedia, struktur trofik komunitas ikan
juga dipengaruhi oleh parameter populasi penyusunnya. Parameter yang dianalisis untuk melihat keterkaitan ini adalah koefisien K sebagai koefisien yang
mempengaruhi pertumbuhan populasi atau stok, dan parameter mortalitas M dan F yang mempengaruhi pengurangan stok. Dengan memasukkan nilai-nilai
parameter dalam masing-masing sub model, didapat bahwa ikan pada kelompok trofik level 1 trofik level 2,00
– 2,50 mendapatkan dampak paling besar dari perubahan parameter populasi dan dari kelompok trofik level lainnya.
Berdasarkan hasil analisis ini dapat dinyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada parameter populasi ikan di trofik level 2,00
– 2,50 sangat berpengaruh terhadap biomasanya. Mengingat peran trofik level 2,00
– 2,50 dalam mendukung trofik level diatasnya sebagaimana tergambar dalam aliran trofik pada Gambar 15,
semakin terlihat pentingnya jenis-jenis ikan kelompok trofik level ini dalam menyokong komunitas ikan di lokasi penelitian.
Kajian dalam penelitian ini hanya didasarkan pada biomasa ikan sehingga memiliki keterbatasan. Oleh karena itu hasil kajian ini berlaku dengan asumsi-
asumsi yang berguna untuk mengatasi keterbatasan tersebut, yaitu:
- Proses fisik terjadi dalam kondisi normal, tidak terjadi perubahan ekstrim pada salah satu atau beberapa parameter lingkungan.
- Tidak terjadi perubahan biomasa yang besar akibat emigrasi dan imigrasi sehingga merubah aliran materirantai makanan.
- Jumlah ikan yang tertangkap proporsional dengan kelimpahan ikan.