Spesies Dominan Trophic structure and population biology of fishes in Semak Daun Island, Kepulauan Seribu.

Penurunan yang tajam biomasa kelompok trofik level 2 2,51 – 3,00 kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penangkapan, perubahan lingkungan, dan tidak efisiennya transfer energi dalam bentuk makanan diantara komunitas ikan di trofik level tersebut. Penangkapan telah umum menjadi penyebab utama berkurangnya biomasa ikan, terutama terjadi di Kepulauan Seribu Suwandi et al. 2001 dan Estradivari et al. 2007. Jenis-jenis ikan pada kelompok trofik level 2 bukan merupakan jenis ikan bernilai ekonomis tinggi sehingga rendahnya biomasa kemungkinan juga disebabkan oleh perubahan sumberdaya makanan. Sebagaimana dikemukakan oleh Effendie 1997, bahwa ikan dapat merubah kebiasaan makanannya ketika terjadi berubahan lingkungan. Kemungkinan yang terjadi adalah, sebagian dari jenis-jenis ikan pada kelompok trofik level ini merubah kebiasaan makanannya menjadi herbivor sejati pemakan utama alga sehingga termasuk dalam kelompok trofik level 1 trofik level 2,00 – 2,50, karena penutupan alga bentik berpengaruh positif terhadap biomasa komunitas ikan herbivor Vincent et al. 2011. Hal ini merupakan suatu indikasi adanya perubahan lingkungan di perairan Pulau Semak Daun sehingga sumberdaya makanan berubah dan lebih jauh merubah kebiasaan makanan jenis- jenis ikan tertentu. Hal serupa pernah dilaporkan oleh Lopez et al. 2005 bahwa peningkatan spesies detritivor spesies gerreid di Terminos Lagoon merupakan respon hilangnya vegetasi air, sesuai dengan dugaan penyesuaian komunitas ikan dalam merespon tingginya tekanan penangkapan dan perubahan habitat. Sebaliknya peningkatan yang tajam biomasa ikan pada kelompok trofik level 3 3,01-3,50 menunjukkan bahwa jenis-jenis ikan pada kelompok trofik level ini mampu memanfaatkan sumberdaya makanan yang tersedia dengan sangat baik. Jenis-jenis ikan seperti ini pada umumnya memiliki luas relung makanan yang tinggi dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan sumberdaya makanan. Pernyataan in didukung dengan hasil analisis kebiasaan makanan yang memperlihatkan jenis makanan utama yang lebih beragam dibanding kelompok trofik di bawahnya maupun di atasnya. Ikan-ikan pada kelompok trofik level ini memanfaatkan alga, invertebrata bentik, krustase dan polip karang dalam porsi yang hampir seimbang. Penurunan biomasa pada kelompok trofik level 4 3,51-4,00 kemungkinan disebabkan oleh penangkapan, selain kemungkinan tidak efisiennya transfer energi dalam bentuk makanan dari kelompok trofik level di bawahnya kelompok trofik level 3,00 – 3,50. Jenis-jenis ikan pada kelompok trofik level 4 kelompok trofik level 3,51 – 4,00 merupakan jenis-jenis ikan ekonomis tinggi, diantaranya kerapu Epinephelus fuscoguttatus dan kakap Lutjanus lutjanus. Hal serupa telah dilaporkan oleh Jennings Polunin 1992 bahwa penurunan biomasa ikan piscivor kerapu dan kakap merupakan akibat dari tekanan penangkapan ikan multispesies karena ikan ini bernilai tinggi sebagai ikan konsumsi dan menyebabkan peningkatan produksi atau biomasa dari mangsanya. Pada terumbu karang yang tidak mengalami tekanan penangkapan, biomasa ikan pada trofik level tinggi mencapai lebih dari 50 biomasa total Singh et al. 2010. Sebagai spesies yang menempati posisi tertinggi dalam rantai makanan, peningkatan biomasa dari spesies mangsa dalam jangka panjang ternyata tidak cukup untuk menggantikan hilangnya ikan piscivor akibat penangkapan Jennins Polunin 1992. Dengan demikian pemulihan biomasa ikan pada trofik level tinggi membutuhkan waktu yang sangat panjang. Selain itu berdasarkan kebiasaan makanannya terlihat bahwa jenis-jenis ikan ini pada kelompok trofik level ini termasuk selektif dalam memanfaatkan sumber makanan di perairan, ditunjukkan dengan nilai Indeks Bagian Terbesar yang hanya terdiri dari krustase 100. Selain peka terhadap tekanan penangkapan, jenis ikan pada kelompok trofik level ini 3,51-4,00 juga tidak bisa beradaptasi dengan baik terhadap perubahan sumber makanan di perairan. Distribusi ikan per kelompok trofik level dianalisis menggunakan Sidik Ragam ANOVA dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan distribusi biomasa ikan antar kelompok trofik level Lampiran 8. Berdasarkan biomasanya, kelompok trofik level 1 2,00 – 2,50 berbeda nyata dengan kelompok trofik level 2 2,51 – 3,00, berbeda nyata dengan kelompok trofik level 3 3,00 – 3,50 dan berbeda nyata dengan kelompok trofik level 4 3,51 – 4,00, namun kelompok trofik level 2, 3, dan 4 tidak berbeda nyata Tabel 7. Jika melihat nilai rataannya, terlihat bahwa perbedaan terbesar adalah antara kelompok trofik level 1 dan 3. Tabel 7 Rerata biomasa ikan per kelompok trofik level Kelompok trofik level Rerata biomasa kg.m -3 4 1,8117 a 3 1,7142 a 2 2,7195 a 1 5,6770 b Keterangan: huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan perbedaan menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5 alpha = 0.05

4.6 Dinamika Populasi

Pada prinsipnya terdapat dua parameter yang mempengaruhi dinamika suatu populasi, yaitu parameter yang menyebabkan peningkatan populasi pertumbuhan dan rekrutmen dan parameter yang menyebabkan pengurangan populasi mortalitas. Selain itu terdapat parameter emigrasi dan imigrasi yang mempengarui besarnya suatu populasi, namun parameter ini sulit untuk disetimasi. Dalam suatu populasi yang tidak dieksploitasi, pengurangan stok hanya berasal dari mortalitas alami M, seperti predasi, penyakit, atau perubahan lingkungan secara drastis, sedangkan dalam populasi yang ditangkap, total angka pengurangan populasi berasal dari mortalitas alami ditambah dengan mortalitas penangkapan F. Analisis dinamika populasi dilakukan terhadap spesies yang mewakili setiap kelompok trofik level yaitu jumlah spesies yang memiliki biomasa atau densitas lebih dari 50 dari biomasa pada setiap kelompok trofik level.

1. Parameter Pertumbuhan

Pertumbuhan ikan di lokasi penelitian diasumsikan mengikuti pola pertumbuhan von Bertalanffy. Estimasi parameter pertumbuhan K dan L ∞ dianalisis berdasarkan data frekwensi panjang total bulanan Lampiran 9 dengan menggunakan program ELEFAN I yang ada pada paket program FISAT II dan umur teoritis ketika panjang ikan sama dengan nol t berdasarkan rumus empiris Pauly 1984. Hasil estimasi parameter pertumbuhan tertera pada Tabel 8. Tabel 8 Parameter pertumbuhan ikan dominan di Pulau Semak Daun No. Nama spesies K bln -1 L ∞ mm t bln 1 Epinephelus fuscoguttatus 0.16 259.35 -0.58 2 Choerodon anchorago 0.43 246.75 -0.21 3 Scolopsis monogramma 0.39 233.63 -0.31 4 Epibulus sp 0.47 225.75 -0.20 5 Scarus ghobban 0.08 349.13 -0.96 6 Chlorourus sordidus 0.64 190.05 -0.15 7 Scarus sp 0.09 344.40 -0.97 Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai koefisien pertumbuhan K ikan- ikan dominan di lokasi penelitian pada umumnya termasuk rendah, demikian pula panjang asimtotiknya. Di terumbu karang Fiji, nilai L ∞ Epinephelus fuscoguttatus adalah 89cm, Epibulus insidiator adalah 35cm, Cheilinus chlorourus adalah 33cm, Scarus ghobban 75cm dan L ∞ dari beberapa genus Scarus adalah 30cm-75cm Jennings Polunin 1997. Namun nilai-nilai tersebut tidak terlalu berbeda dibandingkan dengan beberapa jenis ikan di Great Barrier Reef. Nilai L ∞ Chlorourus sordidus adalah 19,261 cm, nilai L ∞ jenis-jenis Scarus antara 17,729 – 25, 543 cm Gust et al. 2002. King 1995 dan Spare Venema 1999 menyatakan bahwa K menunjukkan seberapa cepat ikan mencapai panjang asimptotiknya. Rendahnya nilai K menunjukkan bahwa ikan-ikan tersebut mengalami laju pertumbuhan yang lambat. Secara teoritis laju pertumbuhan setiap organisme sangat dipengaruhi oleh umur dan kondisi lingkungannya, termasuk di dalamnya adalah faktor makanan. Jika kebutuhan makanan tidak terpenuhi maka laju tumbuh organisme tersebut akan terhambat. Pertumbuhan setiap organisme termasuk ikan pada umumnya akan mulai lambat dengan bertambahnya umur. Rendahnya laju pertumbuhan ikan di lokasi penelitian kemungkinan karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung dengan baik bagi pertumbuhannya, disamping tertangkapnya ikan- ikan kecil karena penggunaan alat tangkap yang berukuran mata jaring relatif kecil. Berdasarkan nilai-nilai parameter pertumbuhan tersebut maka diperoleh persamaan pertumbuhan von Bertalanffy bagi ikan di lokasi penelitian sebagai berikut: