Tabel 6 Komposisi jenis ikan berdasarkan kebiasaan makanan pada masing- masing kondisi terumbu karang
Kondisi terumbu
karang Keterangan
Kebiasaan makan Total
Herbivor Karnivor
Omnivor Plankton
feeder belum
diketahui Sangat
baik Jumlah
individu 17
42 106
36 2
203 Kepadatan
ind.m
-2
0,034 0,084
0,212 0,072
0,004 0,406
Komposisi jumlah
8,37 20,69
52,22 17,73
0,99
Baik Jumlah ind.
45 68
374 178
9 674
Kepadatan ind.m
-2
0,090 0,136
0,748 0,356
0,018 1,348
Komposisi jumlah
6,68 10,09
55,49 26,41
1,34
Sedang Jumlah ind.
267 340
1066 94
64 1831
Kepadatan ind.m
-2
0,534 0,680
2,132 0,188
0,128 3,662
Komposisi jumlah
14,58 18,57
58,22 5,13
3,50 Sangat
buruk Jumlah ind.
25 57
174 30
1 287
Kepadatan ind.m
-2
0,050 0,114
0,348 0,060
0,002 0,574
Komposisi jumlah
8,71 19,86
60,63 10,45
0,35
Sumber: diolah dari Siregar et al. 2008
Pengolahan data terhadap hasil penelitian Siregar et al. 2008 memperlihatkan bahwa ikan herbivor yang mendominasi komunitas ikan pada
kondisi terumbu karang sangat baik, kondisi terumbu karang baik dan kondisi terumbu karang sedang adalah Pomacentrus moluccensis famili Pomacentridae,
sedangkan pada kondisi karang sangat buruk sebagai ikan herbivor dominan adalah Chlorourus sordidus famili Scaridae. Ikan omnivor dominan pada
kondisi terumbu karang sangat baik, kondisi terumbu karang baik dan kondisi terumbu karang sedang juga sama, yaitu Pomacentrus alexanderae famili
Pomacentridae. Pada kondisi terumbu karang sangat buruk, Amblyglyphidodon curacao dan Chromis atripectoralis famili Pomacentridae merupakan ikan
omnivor dominan pada habitat dengan kondisi karang tersebut. Hal ini mendukung hasil penelitian ini bahwa tingginya biomasa species Chlorourus
sordidus merupakan suatu indikasi bahwa pada ekosistem terumbu karang di Pulau Semak Daun telah terjadi pertumbuhan makroalga.
4.5 Struktur Trofik Komunitas Ikan
Sebagaimana disebutkan pada sub bab sebelumnya, terdapat 32 spesies dominan di lokasi penelitian, spesies dominan ini yang dianalisis lebih lanjut
untuk mengkaji struktur trofik pada komunitas ikan. Dalam menganalisis struktur trofik, trofik level dikelompokkan menjadi empat kelompok dengan lebar selang
masing-masing 0,5 dan densitas masing-masing spesies dalam setiap kelompok dijumlahkan Lopez et al. 2005. Pengelompokan trofik level ini dimaksudkan
untuk mengetahui komposisi relatif biomasa setiap kelompok trofik level dalam komunitas ikan. Dengan asumsi bahwa densitas ikan kg.m
-3
sebagai gambaran dari biomasanya, maka terdapat kesetaraan antara densitas dengan biomasa ikan di
perairan. Atas dasar ini maka komposisi relatif biomasa setiap kelompok trofik level dianalisis berdasarkan nilai densitas yang telah diperoleh. Jumlah biomasa
ikan pada setiap kelompok trofik level tersebut disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Struktur trofik komunitas ikan berdasarkan kategori trofik level
Keterangan: TL=trofik level.
Hasil pengelompokan trofik level menunjukkan bahwa jumlah biomasa ikan pada trofik level 2,00
– 2,50 paling tinggi diantara kelompok lainnya 5,979 kg.m
-3
atau 61,38 dari biomasa total, dan jumlah biomasa ikan pada kelompok -
- -
-
trofik level 2,51 – 3,00 paling rendah 0,242kg.m
-3
atau 2,42 dari biomasa total, terdapat penurunan yang tajam terhadap jumlah biomasa pada kelompok trofik
level ini. Biomasa ikan pada kelompok trofik level 2,00-2,50 didominasi oleh Chlorourus sordidus dan Scarus sp., pada kelompok trofik level 2,51
–3,00 oleh Scarus ghobban, pada kelompok trofik level 3,01-3,50 didominasi oleh
Choerodon anchorago, Scolopsis monogramma dan Epibulus sp. dan pada kelompok trofik level 3,51-4,00 didominasi oleh Epinephelus fuscoguttatus.
Biomasa ikan dominan dari masing-masing kelompok trofik level 2,00-3,00 memperlihatkan bahwa spesies pada kelompok trofik level ini merupakan anggota
dari famili Scaridae. Hal ini sesuai hasil penelitian Brawner et al. 2007 bahwa famili Scaridae memiliki keutamaan dalam hal tingginya daya adaptasi terhadap
sumberdaya makanan namun pada umumnya bersifat harbivor. Banyak penelitian menunjukkan peran penting Famili Scaridae terutama Chlorourus sordidus
dalam mengontrol pertumbuhan makroalga Mc.Wain Taylor 2009. Secara keseluruhan terlihat adanya penurunan biomasa dari kelompok
trofik level rendah 2,00 – 2,50 hingga kelompok trofik level tinggi 3,51 – 4,00.
Kondisi demikian sesuai dengan pendapat Nontji 2006 bahwa semakin rendah trofik level akan semakin kecil energi yang dibutuhkan untuk memperoleh
makanannya sehingga dapat tumbuh lebih banyak. Total seluruh biomasa pada trofik level semakin kecil dengan semakin meningkatnya trofik level. Hal yang
agak berbeda ditemui pada biomasa ikan di Pulau Semak Daun yaitu adanya variasi perubahan biomasa dari trofik rendah ke trofik level tinggi. Dari
kelompok trofik level 2,00 – 2,50 ke kelompok trofik level 2,51-3,00 terjadi
penurunan biomasa sebesar 95,95, dari kelompok trofik level 2,51-3,00 ke kelompok trofik level 3,01-3,50 meningkat sangat tajam 75,4 , dan dari
kelompok trofik level 3,01-3,50 ke kelompok trofik level 3,51-4,00 berkurang 29,92. Pada ekosistem yang seimbang, total seluruh biomasa pada trofik level
semakin kecil dengan semakin meningkatnya trofik level. Perubahan biomasa ikan di lokasi penelitian tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tersebut
karena terjadi peningkatan biomasa dari kelompok trofik level 2,51 – 3,00 ke
kelompok trofik level 3,01 – 3,500 .
Penurunan yang tajam biomasa kelompok trofik level 2 2,51 – 3,00
kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penangkapan, perubahan lingkungan, dan tidak efisiennya transfer energi dalam bentuk makanan diantara
komunitas ikan di trofik level tersebut. Penangkapan telah umum menjadi penyebab utama berkurangnya biomasa ikan, terutama terjadi di Kepulauan
Seribu Suwandi et al. 2001 dan Estradivari et al. 2007. Jenis-jenis ikan pada kelompok trofik level 2 bukan merupakan jenis ikan bernilai ekonomis tinggi
sehingga rendahnya biomasa kemungkinan juga disebabkan oleh perubahan sumberdaya makanan. Sebagaimana dikemukakan oleh Effendie 1997, bahwa
ikan dapat merubah kebiasaan makanannya ketika terjadi berubahan lingkungan. Kemungkinan yang terjadi adalah, sebagian dari jenis-jenis ikan pada kelompok
trofik level ini merubah kebiasaan makanannya menjadi herbivor sejati pemakan utama alga sehingga termasuk dalam kelompok trofik level 1 trofik level 2,00
– 2,50, karena penutupan alga bentik berpengaruh positif terhadap biomasa
komunitas ikan herbivor Vincent et al. 2011. Hal ini merupakan suatu indikasi adanya perubahan lingkungan di perairan Pulau Semak Daun sehingga
sumberdaya makanan berubah dan lebih jauh merubah kebiasaan makanan jenis- jenis ikan tertentu. Hal serupa pernah dilaporkan oleh Lopez et al. 2005 bahwa
peningkatan spesies detritivor spesies gerreid di Terminos Lagoon merupakan respon hilangnya vegetasi air, sesuai dengan dugaan penyesuaian komunitas ikan
dalam merespon tingginya tekanan penangkapan dan perubahan habitat. Sebaliknya peningkatan yang tajam biomasa ikan pada kelompok trofik
level 3 3,01-3,50 menunjukkan bahwa jenis-jenis ikan pada kelompok trofik level ini mampu memanfaatkan sumberdaya makanan yang tersedia dengan sangat
baik. Jenis-jenis ikan seperti ini pada umumnya memiliki luas relung makanan yang tinggi dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan sumberdaya
makanan. Pernyataan in didukung dengan hasil analisis kebiasaan makanan yang memperlihatkan jenis makanan utama yang lebih beragam dibanding kelompok
trofik di bawahnya maupun di atasnya. Ikan-ikan pada kelompok trofik level ini memanfaatkan alga, invertebrata bentik, krustase dan polip karang dalam porsi
yang hampir seimbang.