Ketidaksempurnaan Sosialisasi Nilai-nilai Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

135 Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial

2. Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

Ada empat faktor penyebab perilaku menyimpang, yaitu ke- tidaksempurnaan sosialisasi, menganut suatu kebudayaan menyimpang, kesalahan memahami informasi, dan ikatan sosial menyimpang.

a. Ketidaksempurnaan Sosialisasi Nilai-nilai

Perilaku manusia dikendalikan oleh nilai dan norma sosial. Nilai dan norma tersebut diterima seorang individu melalui proses sosialisasi. Sosialisasi dialami seseorang melalui berbagai media. Apabila di antara media-media itu tidak sejalan dalam menyosialisasikan nilai dan norma, maka terjadilah ketidaksem- purnaan sosialisasi. Salah satunya adalah ketidakselarasan antara sosialisasi di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Misalnya, sekolah menanamkan nilai kesehatan sehubungan dengan bahaya rokok. Siswa dilarang merokok karena tidak baik untuk kesehatan. Namun, di rumah ayahnya sendiri merokok, dan di masyarakat merokok menjadi perilaku umum. Akibatnya, nilai-nilai yang disosialisasikan di sekolah tentang bahaya merokok tidak berhasil. Berbagai anjuran guru yang didasari alasan ilmiah sekalipun tidak akan dipercaya siswa, apabila guru tersebut, atau guru-guru lain di sekolah itu juga tampak sering merokok. Ketidaksempurnaan sosialisasi banyak terjadi dalam berbagai persoalan. Nilai kejujuran yang selalu ditanamkan di sekolah berlawanan dengan praktik kecurangan di masyarakat. Di sekolah diajarkan bahwa negara kita adalah negara hukum, setiap orang sama kedudukannya dalam hukum. Akan tetapi, kenyataan di masyarakat menunjukkan hal yang berlawanan. Para pelanggar hukum dapat dibebaskan atau diperingan dari tuntutan jika membayar atau memiliki ke- kuasaan, sehingga orang lebih percaya bahwa orang kaya dan pejabat dapat menghindar dari hukum. Penyimpangan tingkah laku juga terjadi sebagai akibat tidak berfungsinya media sosialisasi secara baik. Misalnya, keluarga diharapkan berperan sebagai sumber kasih sayang bagi anak. Peran itu dapat saja tidak terpenuhi karena berbagai hal antara lain kehancuran keluarga broken home akibat perceraian, perselingkuhan, kematian salah satu atau kedua orang tuanya, sifat otoriter orang tua dalam mendidik anak, tekanan ekonomi yang menghimpit kehidupan sehari-hari keluarga, ataupun karena kemiskinan. Hal-hal tersebut di atas, men- jadikan keluarga tidak mampu menjadi media sosialisasi yang wajar. Akibatnya, anak-anak yang berasal dari keluarga demikian banyak yang berperilaku menyimpang.

b. Menganut Nilai-nilai Subkebudayaan Menyimpang