145
Perilaku Menyimpang dan Pengendalian Sosial
an mencegah terjadinya penyimpangan. Misalnya, guru menasihati agar para siswa tidak terlibat perkelahian. Pengendalian bersifat represif pemaksaan
bertujuan untuk memulihkan keadaan setelah terjadi penyimpangan. Oleh karena itu, dilakukan dengan menciptakan situasi yang memaksa seseorang taat pada
nilai dan norma sosial. Misalnya, seorang ayah menegur anaknya karena tidak belajar.
Kedua cara itu tidak dapat diterapkan secara terpisah. Menyosialisasikan norma-norma lewat berbagai ceramah dan nasihat pervasi tidak akan efektif
bila tidak dibarengi dengan penegakan aturan yang telah ditetapkan kompulsi.
2. Berbagai Cara Pengendalian Sosial
Berdasarkan sifatnya, ada dua macam kelompok masyarakat, yaitu kelom- pok primer yang bersifat akrab dan informal, misalnya keluarga atau teman
sepermainan, dan kelompok sekunder yang bersifat formal berupa organisasi formal OSIS, Korpri, PGRI. Cara pengendalian disesuaikan dengan sifat ma-
syarakat yang menjadi sasaran pengendalian. Untuk kelompok masyarakat pri- mer digunakan cara informal, spontan, dan tidak direncanakan, sedangkan
kelompok sekunder digunakan cara-cara formal. Berikut ini dijelaskan bebe- rapa cara dan alat pengendalian sosial, baik secara informal maupun formal.
a. Gosip atau Gunjingan
Gosip adalah membicarakan seseorang tanpa sepengetahuan orang tersebut. Pada umumnya, gosip berisi hal-hal yang dinilai kurang pantas menurut
kaca mata umum. Pada situasi tertentu, koreksi terhadap perilaku orang lain tidak dapat disampaikan secara langsung, sehingga beredarlah gosip dari mulut
ke mulut. Pada dasarnya, gosip merupakan upaya orang lain memperhatikan perilaku kita, apakah sudah sesuai dengan harapan masyarakat atau belum.
Tidak semua gosip merupakan bentuk pengendalian sosial, hanya gosip yang membicarakan penyimpangan saja yang berfungsi sebagai pengendalian
sosial. Gosip yang berisi desas-desus tanpa dasar atau fitnah bukan bentuk pengendalian sosial. Oleh karena itu, gosip dapat bersifat positif dan juga dapat
bersifat negatif. Gosip positif dapat membangun terciptanya kondisi masyarakat menjadi lebih tertib. Akan tetapi, apabila gosip justru memecah belah keutuhan
masyarakat, maka gosip tersebut justru merugikan. Desas-desus adu domba adalah contoh gosip yang berbahaya, sedangkan gosip yang bertujuan mengritik
perilaku seseorang tanpa unsur agitasi dapat membuat seseorang mawas diri.
Reaksi orang yang dilanda gosip untuk menghentikan gosip adalah dengan mengoreksi perilakunya. Misalnya, seorang gadis digosipkan sebagai perempuan
nakal karena sering pulang larut malam. Setelah dia mengetahui dirinya menjadi bahan gosip, maka dia berusaha menghentikan kebiasaan buruknya. Tentu
tidak semua orang demikian, sebab ada orang yang kurang peka terhadap gosip.
Di unduh dari : Bukupaket.com
146
Sosiologi SMAMA Kelas X Gambar 5.6 Peringatan bagi orang lain agar tidak
berbuat menyimpang.
Foto: Narapidana digiring masuk penjara.
Sumber: Solopos, 26 September 2006
b. Teguran
Teguran adalah kritik yang diberikan seseorang kepada orang lain sehu- bungan dengan perilakunya. Kritik tersebut bersifat membangun karena ber-
tujuan agar seseorang memperbaiki perilaku. Teguran digunakan untuk mengen- dalikan pelanggaran-pelanggaran ringan. Berbeda dengan gosip, teguran disam-
paikan secara langsung dan terbuka.
Teguran lebih efektif dalam mengendalikan situasi yang tidak tertib. Namun, kadang-kadang teguran diabaikan, terutama jika orang yang menegur memiliki
legitimasi kurang di mata orang yang ditegur. Dalam kondisi formal, apabila te- guran diabaikan, cara pengendalian sosial dapat ditingkatkan menjadi hukuman.
Bentuk pengendalian sosial ini banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari. Di rumah, orang tua menegur anak-anaknya apabila tidak tertib. Di sekolah,
guru menegur siswa yang mengganggu temannya. Bahkan, sebagai lembaga formal, sekolah dapat membuat teguran tertulis terhadap siswa yang melakukan
pelanggaran melampaui batas tertentu. Teguran atau peringatan tertulis itu dikirimkan kepada orang tua. Apabila teguran mencapai tahap seperti ini, pada
umumnya pelanggaran yang dilakukan sudah sangat serius. Tidak jarang siswa dikeluarkan apabila tidak dapat mengubah sikap dan perilakunya.
c. Pemberian Penghargaan dan Hukuman