Klasifikasi Anak Tunanetra Anak Tunanetra

13 anak tunanetra kategori kurang lihat low vision dan anak tunanetra kategori buta total totally blind.

2. Klasifikasi Anak Tunanetra

Secara garis besar, berdasarkan ketajaman pengelihatan yang masih tersisa, tunanetra diklasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu kurang lihat low vision dan buta total atau totally blind. Menurut Sutjihati Somantri 2012: 66, seseorang anak dikatakan kurang lihat low vision bila anak tersebut masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajaman indera pengelihatannya lebih dari 621, atau bila anak tersebut hanya mampu membaca headline yang ada di koran. Berdasarkan pendapat tersebut, seorang anak dikatakan low vision bila anak tersebut hanya mampu membaca headline yang ada pada koran. Bila diukur ketajaman pengelihatannya, anakk low vision ketajaman pengelihatannya lebih dari 621, artinya anak tersebut hanya dapat melihatmembaca dengan jelas objek yang berjarak 6 meter, padahal objek tersebut dabat dilihat dengan jelas oleh orang yang memiliki pengelihatan normal dari jarak 21 meter. Pendapat lain mengemukakan bahwa seorang anak termasuk ke dalam kategori kurang lihat low vision bila anak tersebut masih memiliki pengelihatan yang buruk walaupun telah dikoreksi, tetapi fungsi pengelihatannya masih dapat 14 ditingkatkan melalui penggunaan alat-alat bantu optik dan modifikasi lingkungan Ardhi Widjaya, 2013: 21. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa walaupun telah dikoreksi, pengelihatan anak low vision masih buruk. Namun, fungsi pengelihatannya masih dapat ditambah atau ditingkatkan dengan bantuan alat-alat optik dan modifikasi lingkungan. Hallahan Kaufman 2009: 381 mengungkapkan bahwa berdasarkan definisi pendidikan, seorang anak tunanetra yang termasuk ke dalam kategori kurang lihat low vision membutuhkan beberapa adaptasi, seperti kaca pembesar atau buku yang dicetak besar. Dari pendapat tersebut, anak low vision memerlukan modifikasi dalam kegiatan pembelajaran, seperti penggunaan kaca pembesar untuk membaca dan buku-buku yang tulisannya sudah diperbesar. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa bila seorang anak masih bisa membaca headline atau setelah diukur ketajaman pengelihatannya lebih dari 621 hanya mampu melihat suatu objek dalam jarak 6 meter, sedangkan orang normal dapat melihatnya dalam jarak 21 meter dan masih dapat dioptimalkan dengan penggunaan alat-alat bantu optik, maka anak tersebut termasuk ke dalam anak tunanetra kategori kurang lihat low vision. Anak 15 tunanetra kategori kurang lihat low vision memerlukan adaptasi di dalam pembelajarannya, seperti membutuhkan kaca pembesar untuk membaca, memerlukan buku dengan tulisan yang sudah diperbesar, dan modifikasi lingkungan. Hal ini tentu saja berbeda dengan kebutuhan dari anak tunanetra kategori buta total totally blind. Ardhi Widjaya 2013: 21 menyatakan bahwa bila seorang anak tidak memiliki pengelihatan sama sekali atau hanya memiliki persepsi cahaya sehingga harus mengoptimalkan indera-indera non-pengelihatannya, maka anak tersebut termasuk ke dalam anak tunanetra kategori buta total atau totally blind. Pendapat tersebut menerangkan bahwa seorang anak tunanetra termasuk ke dalam kategori buta total totally blind bila anak tersebut tidak memiliki pengelihatan sama sekali atau hanya memiliki persepsi cahaya dan harus mengoptimalkan indera-indera selain pengelihatan dalam kehidupan sehari-hari. Hallahan Kaufman 2009: 381 berpendapat bahwa seorang anak yang termasuk ke dalam kategori anak buta atau totally blind harus belajar membaca Braille. Selain itu, dapat juga mengoptimalkan pembelajaran melalui audio dan rekaman. Pendapat tersebut nenjelaskan bahwa seorang anak tunanetra kategori buta total harus belajar Braille untuk 16 pembelajarannya. Selain itu, anak tunanetra kategori buta total dapat belajar melalui audio dan rekaman. Pendapat-pendapat tersebut memberikan penegasan bahwa seorang anak tunanetra termasuk ke dalam kategori buta atau totally blind bila anak tersebut sudah tidak memiliki persepsi pengelihatan atau hanya memiliki persepsi cahaya saja. Anak tunanetra kategori buta totally blind harus mengoptimalkan indera-indera selain pengelihatan untuk belajar. Selain itu, anak tunanetra juga dapat menggunakan buku-buku Braille, audio, dan berbagai suara dalam pembelajarannya.

3. Karakteristik Anak Tunanetra

Dokumen yang terkait

Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian A (Studi Kasus di SLB-A Karya Murni Medan Johor)

20 191 96

Pengaruh Pola Sosialisasi Terhadap Tingkat Penyesuaian Diri (Studi Kasus: Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Semester VI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 6 118

PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA Prestasi Diri Penyandang Tunanetra (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra/SLB A-YKAB Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013).

0 0 17

PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA Prestasi Diri Penyandang Tunanetra (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra/SLB A-YKAB Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013).

0 1 14

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) (Studi Kasus Pada Tingkat SMP YKAB di SLB-

3 11 16

PENDAHULUAN EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) (Studi Kasus Pada Tingkat SMP YKAB di SLB-A Jebres Surakarta).

0 0 16

KEGIATAN OUTBOUND SEBAGAI PENANAMAN RASA PERCAYA DIRI ANAK TUNANETRA USIA 5-6 TAHUN (STUDI KASUS DI SLB/A-YKAB Kegiatan Outbound Sebagai Penanaman Rasa Percaya Diri Anak Tunanetra Usia 5-6 Tahun (Studi Kasus Di SLB/A-YKAB Surakarta Kecamatan Jebres Kota

0 0 15

KEGIATAN OUTBOUND SEBAGAI PENANAMAN RASA PERCAYA DIRI ANAK TUNANETRA USIA 5-6 TAHUN (STUDI KASUS DI SLB/A-YKAB Kegiatan Outbound Sebagai Penanaman Rasa Percaya Diri Anak Tunanetra Usia 5-6 Tahun (Studi Kasus Di SLB/A-YKAB Surakarta Kecamatan Jebres Kota

0 4 15

MOTIVASI BERPRESTASI ANAK TUNANETRA(STUDI KASUS DI SEKOLAH INKLUSI MAN MAGUWOHARJO).

0 3 185

Penyesuaian Diri Anak Luar Biasa (Studi Kasus Ade Irawan, Juara Pianis Tunanetra Indonesia)

0 0 24