Keterbatasan Anak Tunanetra Anak Tunanetra

21 penyesuaian diri anak tunanetra, khususnya ketika berinteraksi dengan orang awas. Selain memiliki karakteristik yang khas, anak tunanetra juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Keterbatasan tersebut merupakan dampak dari ketunanetraan yang dialami oleh seseorang.

4. Keterbatasan Anak Tunanetra

Kondisi ketunanetraan yang dialami oleh seorang anak akan memberikan dampak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara umum, dampak dari kondisi ketunanetraan membawa keterbatasan-keterbatasan tertentu. Ardhi Widjaya 2013: 23-24, mengungkapkan bahwa anak tunanetra akan memiliki keterbatasan-keterbatasan, antara lain: a tingkat dan keanekaragaman pengalaman; b kemampuan untuk berpindah tempat; dan c interaksi dengan lingkungan. Pendapat tersebut menerangkan bahwa seorang anak tunanetra memiliki keterbatasan dalam interaksinya dengan lingkungan, kemampuan dalam orientasi dan mobilitas, serta memiliki pengalaman yang terbatas. Keterbatasan-keterbatasan ini tentu akan berpengaruh dalam interaksi anak tunanetra dengan orang lain, khususnya dengan orang awas. Sutjihati Somantri 2012: 67-84 menyatakan bahwa anak tunanetra memiliki pengertian terhadap suatu objek yang 22 tidak lengkap dan utuh, kesulitan memahami komunikasi non verbal, memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi secara emosional, kesulitan belajar sosial melalui proses identifikasi dan imitasi. Pendapat tersebut menerangkan bahwa anak tunanetra memiliki keterbatasan untuk memperoleh pengalaman yang utuh dan lengkap, mengembangkan komunikasi non verbal, mengembangkan komunikasi emosional dengan ekspresi wajah atau tubuh, serta melakukan identifikasi dan imitasi. Pendapat lain mengemukakan bahwa anak tunanetra kurang mampu meniru model-model secara langsung, kurang atau tidak dapat menangkap stimulasi visual, tidak dapat meniru dan melakukan identifikasi Tin Suharmini, 2009: 32- 80. Pendapat tersebut menegaskan keterbatasan anak tunanetra dalam tiga hal, yaitu keterbatasan dalam menangkap stimulasi visual, keterbatasan dalam mengidentifikasi, dan keterbatasan dalam meniru imitasi. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa anak tunanetra memiliki keterbatasan dalam menangkap stumulasi visual, keterbatasan dalam pengalaman, keterbatasan dalam orientasi dan mobilitas, keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan, keterbatasan dalam mengembangkan komunikasi non verbal dan komunikasi 23 emosional, serta keterbatasan dalam melakukan identifikasi dan imitasi. Keterbatasan-keterbatasan tersebut dapat dilihat sebagai hal yang aneh dan tidak wajar bila anak tunanetra berinteraksi dengan anak-anak awas. Akibatnya, proses penyesuaian diri anak tunanetra pun akan terpengaruh. Anak tunanetra dapat menunjukkan penyesuaian diri yang negatif atau positif ketika berinteraksi dengan anak-anak awas.

B. Sekolah Inklusif

Dokumen yang terkait

Perkembangan Kemandirian Anak Tunanetra di Sekolah Luar Biasa Bagian A (Studi Kasus di SLB-A Karya Murni Medan Johor)

20 191 96

Pengaruh Pola Sosialisasi Terhadap Tingkat Penyesuaian Diri (Studi Kasus: Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Semester VI FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 6 118

PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA Prestasi Diri Penyandang Tunanetra (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra/SLB A-YKAB Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013).

0 0 17

PRESTASI DIRI PENYANDANG TUNANETRA (STUDI KASUS SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN TUNANETRA Prestasi Diri Penyandang Tunanetra (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra/SLB A-YKAB Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013).

0 1 14

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMBAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) (Studi Kasus Pada Tingkat SMP YKAB di SLB-

3 11 16

PENDAHULUAN EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA A (SLB-A) (Studi Kasus Pada Tingkat SMP YKAB di SLB-A Jebres Surakarta).

0 0 16

KEGIATAN OUTBOUND SEBAGAI PENANAMAN RASA PERCAYA DIRI ANAK TUNANETRA USIA 5-6 TAHUN (STUDI KASUS DI SLB/A-YKAB Kegiatan Outbound Sebagai Penanaman Rasa Percaya Diri Anak Tunanetra Usia 5-6 Tahun (Studi Kasus Di SLB/A-YKAB Surakarta Kecamatan Jebres Kota

0 0 15

KEGIATAN OUTBOUND SEBAGAI PENANAMAN RASA PERCAYA DIRI ANAK TUNANETRA USIA 5-6 TAHUN (STUDI KASUS DI SLB/A-YKAB Kegiatan Outbound Sebagai Penanaman Rasa Percaya Diri Anak Tunanetra Usia 5-6 Tahun (Studi Kasus Di SLB/A-YKAB Surakarta Kecamatan Jebres Kota

0 4 15

MOTIVASI BERPRESTASI ANAK TUNANETRA(STUDI KASUS DI SEKOLAH INKLUSI MAN MAGUWOHARJO).

0 3 185

Penyesuaian Diri Anak Luar Biasa (Studi Kasus Ade Irawan, Juara Pianis Tunanetra Indonesia)

0 0 24