30
menyesuaikan diri di sekolah inklusif dapat disebabkan oleh tidak siapnya mental anak tersebut untuk menghadapi situasi
sosial yang mungkin tidak nyaman atau menguntungkan bagi anak tunanetra.
2. Bentuk Penyesuaian Diri Anak Tunanetra
Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang tentu memiliki bentuk-bentuk tertentu. Secara umum, bentuk dari
penyesuaian diri dibagi menjadi dua, yaitu penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang negatif Enung
Fatimah, 2006: 195-198. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dijelaskan bahwa bila seseorang memiliki penyesuaian
diri yang positif, berarti orang tersebut berhasil dalam menyesuaikan diri. Sebaliknya, bila seseorang memiliki
penyesuaian diri yang negatif, berarti orang tersebut mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri. Dalam
kaitannya dengan penyesuaian diri pada anak tunanetra, ada dua kemungkinan bentuk penyesuaian diri juga yang dapat
terjadi. Pertama, anak tunanetra dapat melakukan bentuk penyesuaian diri yang positif. Kedua, anak tunanetra dapat
melakukan bentuk penyesuaian diri yang negatif. a.
Penyesuaian Diri anak tunanetra yang Positif Seorang anak tunanetra yang sedang menempuh
pendidikan di sekolah akan menunjukkan tanda-tanda
31
tertentu bila berhasil dalam menyesuaikan diri. M. Nur Ghufron Rini Risnawita S 2014: 52 menyatakan
bahwa seseorang dikatakan berhasil menyesuaikan diri bila orang tersebut dapat mencapai kepuasan dalam usahanya
memenuhi kebutuhan, mengatasi ketegangan, bebas dari berbagai psikologis, frustasi, dan konflik. Pendapat
tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang berhasil mengatasi ketegangan, frustasi, konflik, dan merasa puas
dengan usaha yang telah dilakukan, orang tersebut dapat dikatakan berhasil dalam menyesuaikan diri atau memiliki
penyesuaian diri yang positif. Bila seseorang bebas dari ketegangan, mekanisme
pertahanan dirinya tepat, bebas dari frustasi, mengarahkan diri berdasarkan pertimbangan yang rasional, mampu
belajar dari pengalaman, dan bersikap realistik dan objektif, maka orang tersebut dikatakan memiliki
penyesuaian diri yang positif Enung Fatimah, 2006: 195. Pendapat tersebut menerangkan bahwa seseorang yang
memiliki penyesuaian diri yang positif menunjukkan dirinya bebas dari ketegangan, memiliki mekanisme
pertahanan diri yang tepat, bebas dari frustasi, mampu belajar dari pengalaman, mengarahkan diri berdasarkan
32
pertimbangan yang rasional, dan bersikap realistik dan objektif.
Seseorang akan
melakukan berbagai
bentuk penyesuaian diri yang menunjukkan bahwa penyesuaian
dirinya positif. Menurut Enung Fatimah 2006: 196-197, bentuk penyesuaian diri yang positif adalah menghadapi
masalah secara
langsung, melakukan
eksplorasi, melakukan trial and error, melakukan substitusi mencari
penganti untuk memperoleh penyesuaian, penyesuaian diri dengan belajar, mengendalikan diri inhibisi, dan
melakukan perencanaan yang cermat. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki penyesuaian
diri yang positif akan berusaha menghadapi masalahnya secara langsung, melakukan eksplorasi penjelajahan
untuk mencari solusi yang tepat dari masalah yang sedang dihadapi, melakukan trial and error coba-coba untuk
menyelesaikan masalahnya,
melakukan substitusi
mencari penganti untuk memperoleh penyesuaian diri, belajar untuk memperoleh solusi atau cara yang tepat
dalam mengatasi
masalahnya, mengendalikan
diri inhibisi ketika menghadapi masalah atau konflik, dan
melakukan perencanaan yang cermat dan matang sewaktu menyelesaikan masalahnya.
33
Berbagai pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa seorang anak tunanetra yang mampu atau berhasil
menyesuaikan diri di sekolah akan menunjukkan tanda- tanda tertentu. Tanda-tanda yang ditunjukkan seorang anak
tunanetra ketika mampu menyesuaikan diri di sekolah adalah tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional
yang berlebihan, tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan yang salah, tidak menunjukkan adanya frustasi,
memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri, mampu belajar dari pengalaman, bersikap realistik dan
objektif, merasa puas dalam usaha yang dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya, dan bebas dari berbagai
konflik. Selain
itu
, berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat ditegaskan bahwa ada tujuh bentuk penyesuaian diri
anak tunanetra yang positif. Bentuk penyesuaian diri anak tunanetra yang positif adalah menghadapi masalah secara
langsung, melakukan eksplorasi penjelajahan untuk memecahkan masalah, melakukan trial and error,
melakukan substitusi mencari penganti, penyesuaian diri dengan belajar, melakukan pengendalian diri, dan
melakukan perencanaan yang cermat atau matang.
34
b. Penyesuaian Diri anak tunanetra yang Negatif
Penyesuaian diri anak tunanetra dapat menjadi negatif bila anak tunanetra tersebut mengalami kegagalan dalam
melakukan penyesuaian diri. Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus adalah penyesuaian diri anak tunanetra di
sekolah. M. Nur Ghufron Rini Risnawita S 2014: 52 mengemukakan pendapatnya bahwa seseorang dikatakan
tidak mampu menyesuaikan diri bila di dalam dirinya berkembang kesedihan, kekecewaan, atau keputusasaan
dan mempengaruhi fungsi fisiologis dan psikologisnya. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa rasa sedih, kecewa,
dan putus asa akan berkembang di dalam diri seseorang yang tidak mampu menyesuaikan diri. Perasaan-perasan
negatif tersebut bila dibiarkan akan mempengaruhi fungsi fisiologis dan psikologisnya.
Menurut Enung Fatimah 2006: 197, penyesuaian diri yang negatif ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang
serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, dan membabi buta. Berdasarkan pendapat
tersebut, bila anak tunanetra tidak mampu menyesuaikan diri atau memiliki penyesuaian diri yang negatif, anak
tersebut akan bersikap dan bertingkah laku yang serba
35
salah, tidak terarah, emosional, tidak realistik, dan membabi buta.
Secara garis besar, bentuk-bentuk reaksi dalam penyesuaian diri anak tunanetra yang negatif dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok. Enung Fatimah 2006: 197-198 menyatakan bahwa bentuk-bentuk reaksi
dalam penyesuaian diri anak tunanetra yang negatif di sekolah adalah reaksi bertahan, reaksi menyerang, dan
reaksi melarikan diri, lebih lanjut dibahas sebagai berikut: 1
reaksi bertahan Enung Fatimah 2006: 197-198 mengemukakan
bahwa reaksi bertahan Seseorang yang tidak mampu menyesuaikan diri ditunjukkan dengan sikap seolah-
olah tidak sedang mengalami kesulitan atau kegagalan. Bentuk-bentuk khusus dari reaksi bertahan adalah
mencari-cari alasan
yang masuk
akal untuk
membenarkan tindakan yang salah Rasionalisasi, menekan
perasaan pengalaman
yang kurang
menyenangkan atau menyakitkan ke alam tidak sadar Represi, mencari alasan yang dapat diterima dengan
menyalahkan pihak lain atas kegagalannya Proyeksi, dan
memutarbalikan fakta atau kenyataan “sour grapes
” atau anggur kecut. Pendapat tersebut
36
menerangkan bahwa bila seseorang tidak mampu menyesuaikan diri, salah satu reaksinya adalah reaksi
bertahan. Adapun bentuk-bentuk dari reaksi bertahan adalah mencari-cari alasan, menekan perasaannya ke
alam bawah sadar, mencari kambing hitam, dan memutarbalikan fakta.
2 Reaksi menyerang
Seseorang menunjukkan sikap dan perilaku yang bersifat menyerang konfrontasi untuk menutupi
kekurangan atau kegagalan yang dialaminya dalam menyesuaikan diri. Bentuk-bentuk khusus dari reaksi
menyerang adalah selalu membenarkan diri sendiri, selalu ingin berkuasa dalam setiap situasi, merasa
senang bila menganggu orang lain, suka menggertak, menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka,
bersikap menyerang dan merusak, keras kepala dalam sikap dan perbuatannya, suka bersikap balas dendam,
memerkosa hak orang lain, serta tindakannya suka serampangan Enung Fatimah, 2006: 198.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa reaksi menyerang dari seseorang yang tidak mampu
menyesuaikan diri ada beberapa bentuk. Bentuk-bentuk dari reaksi menyerang adalah membenarkan diri
37
sendiri, selalu ingin berkuasa, suka menganggu orang lain,
suka menggertak,
suka balas
dendam, menunjukkan permusuhan secara terbuka, bersikap
menyerang dan merusak, keras kepala, memerkosa hak orang lain, serta tindakannya suka serampangan.
3 Reaksi melarikan diri
Reaksi lain yang dapat ditunjukkan oleh seseorang yang mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri
adalah reaksi melarikan diri. Menurut Enung Fatimah 2006: 198, Dalam reaksi ini, individu akan melarikan
diri dari situasi yang menimbulkan konflik atau kegagalannya. Bentuk-bentuk dari reaksi melarikan diri
adalah suka berangan-angan atau berfantasi untuk memuaskan keinginan yang tidak tercapai seolah-olah
sudah tercapai, banyak tidur atau melakukan hal-hal negatif suka minum minuman keras, menjadi pecandu
narkoba, hingga bunuh diri, dan kembali pada tingkah laku kekanak-kanakan Regresi.
Pendapat tersebut menjelaskan bahwa dalam reaksi melarikan diri, seseorang dapat menunjukkan tindakan
suka berfantasi, melakukan hal-hal negatif, dan bertingkah
kekanak-kanakan. Tindakan-tindakan
tersebut merupakan cara bagi seseorang yang tidak
38
mampu menyesuaikan
diri untuk
melupakan kegagalannya.
Mengacu pada pendapat-pendapat tersebut, seorang anak tunanetra dikatakan memiliki penyesuaian diri yang negatif
bila: a menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan, seperti menunjukkan sikap dan tingkahlaku
yang serba salah; b menunjukkan adanya mekanisme pertahanan yang salah, seperti menunjukkan sikap yang
penuh emosional; c menunjukkan adanya frustasi, seperti berkembangnya kesedihan, kekecewaan, dan keputusasaan
di dalam dirinya; d tidak memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri, sehingga sikap dan
tingkahlakunya tidak terarah; € tidak mampu belajar dari pengalaman; f bersikap tidak realistik dan tidak objektif;
g tidak merasa puas dalam usaha yang dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya; h dan menghadapi
berbagai konflik. Sikap dan tingkah laku yang
menunjukkan penyesuaian diri yang negative tersebut dapat mempengaruhi fungsi fisiologis dan psikologis anak
tunanetra. Selain itu, penyesuaian diri anak tunanetra yang negatif memiliki tiga bentuk reaksi, yaitu reaksi bertahan,
reaksi menyerang, dan reaksi melarikan diri. Masing- masing reaksi memiliki bentuk-bentuk khususnya sendiri.
39
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Anak