60
anak tunanetra di sekolah. Oleh karena itu, peneliti mengambil fokus penelitian pada penyesuaian diri anak tunanetra di
sekolah yanng
meliputi bentuk,
faktor-faktor yang
mempengaruhi, dan hambatan penyesuaian diri anak tunanetra di sekolah.
E. Kerangka Pikir
Anak tunanetra adalah seseorang anak yang kehilangan daya pengelihatan sehingga harus mengoptimalkan indera-indera
selain pengelihatan yang dimilikinya. Hal tersebut membuat anak tunanetra memiliki keterbatasan-keterbatasan, terutama terkait
dengan modalitas dalam penyesuaian diri. Penyesuaian diri anak tunanetra adalah sebuah proses mencari titik temu antara tuntutan
yang muncul dari dalam diri anak tunanetra dengan tuntutan yang muncul dari lingkungan di sekitarnya. Penyesuaian diri yang
dilakukan oleh anak tunanetra akan melibatkan respon mental dan perilaku anak tunanetra dalam usaha mengatasi dorongan-
dorongan dari dalam dirinya agar diperoleh kesesuaian antara tuntutan dari dalam diri dan dari lingkungan tempat anak tunanetra
tersebut berada. Keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki anak tunanetra terkait dengan penyesuaian diri adalah keterbatasan
dalam menangkap
stumulasi visual,
keterbatasan dalam
pengalaman, keterbatasan dalam orientasi dan mobilitas, keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan, keterbatasan
61
dalam mengembangkan komunikasi non verbal dan komunikasi emosional, serta keterbatasan dalam melakukan identifikasi dan
imitasi. Sebuah kasus muncul di salah satu sekolah inklusif di
Kabupaten Gunungkidul, yaitu SMP Ekakapti Karangmojo. DWS yang masuk ke SMP Ekakapti pada tahun ajaran 20142015 hanya
mampu bertahan selama satu minggu. DWS merasa tidak nyaman bersekolah di SMP Ekakapti Karangmojo dan memutuskan
kembali bersekolah di SLB Bakti Putra Ngawis. Berbedda dengan DWS, HI yang merupakan kakak kelas DWS bertahan di SMP
Ekakapti Karangmojo hingga kelas IX sembilan. Keberhasilan anak tunanetra untuk dapat menyesuaikan
diri di sekolah dipengaruhi oleh beberapa hal. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri anak tunanetra di sekolah adalah
faktor internal dan faktor eksternal. Kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, serta psikologis merupakan faktor internal yang
mempengaruhi penyesuaian diri anak tunanetra di sekolah. Sedangkan
lingkungan dan
budaya merupakan
faktor eksternalnya. Selain itu, perilaku stereotype atau blindism, isyarat-
isyarat samar yang digunakan orang awas ketika berinteraksi, dan ketidaknyamanan orang awas ketika berinteraksi dengan anak
tunanetra merupakan hambatan-hambatan dalam penyesuaian diri anak tunanetra di sekolah. Penelitian ini bermaksud untuk
62
mengetahui dan mendeskripsikan penyesuaian diri anak tunanetra di SMP Ekakapti Karangmojo dan SLB Bakti Putra Ngawis. Alur
pikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Alur Pikir Penelitian
Penyesuaian Diri Anak Tuna Netra
Idealita Dapat menyesuaikan diri
di Sekolah Inklusif
Realita Ada Anak Tunanetra
yang memilih sekolah di SLB dari padadi Sekolah
Faktor Internal Faktor Eksternal
Hambatan
63
F. Pertanyaan Penelitian