13
2.3 REAKSI TRANSESTERIFIKASI
Biodiesel  diproduksi  dari  reaksi  transesterifikasi  trigliserida  dengan alkohol dan bantuan katalis. Transesterifikasi atau alkoholisis adalah suatu reaksi
dimana  minyak  atau  lemak  direaksikan  dengan  alkohol  menggunakan  katalis untuk membentuk ester dan gliserol. Alkohol yang dapat digunakan yaitu etanol,
metanol,  propanol,  dll [18,19,34]. Ketika  reaksi  transesterifikasi  dengan  alkohol, tahap  pertama  trigliserida  menjadi  digliserida  diikuti  oleh  pembentukan  gliserin
yang  tinggi  menjadi  gliserin  yang  rendah [19].  Keuntungan  dari  reaksi transesterifikasi  yaitu  menurunkan  viskositas  minyak  dan  memperbaiki
karakteristik bahan bakar, karena faktanya viskositas minyak lebih besar daripada diesel [34]. Reaksi transeseterifikasi dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 2.6 Reaksi Transesterifikasi dengan Alkohol [31,34]
Gambar 2.7 Tahapan Reaksi Transesterifikasi dari Trigliserida dengan Metanol [19]
Katalis  yang  biasa  digunakan  dalam  reaksi  transesterifikasi  yaitu  katalis homogen  basa  dan  katalis  heterogen  basa.  Katalis  homogen  basa  yang  biasa
digunakan  meliputi  KOH,  NaOH, CH
3
ONa,  dan  CH
3
OK.  Tetapi  jika dibandingkan  dengan  katalis  homogen basa,  katalis  heterogen  basa  memiliki
banyak keuntungan diantaranya mudah dipisahkan, konsumsi energi dan air yang lebih  sedikit,  serta lebih  ekonomis.  Pada  reaksi  transesterifikasi  harus  digunakan
bahan  baku  minyak  yang  memiliki  kandungan  air  dan  FFA  yang  rendah  dimana tidak  lebih  besar  dari  3  wt.  Jika  tidak  maka  akan  terbentuk  sabun  pada  reaksi,
dimana trigliserida akan membentuk free fatty acid dengan air dan free fatty acid
Universitas Sumatera Utara
14 akan membentuk sabun dan air yang bereaksi dengan katalisnya misalnya KOH,
seperti terlihat pada gambar berikut :
CH
2
-O-CO-R
1
CH
2
-OH O
CH-O-CO-R
2
+  H
2
O CH-O-CO-R
2
+   HO-C-R
1
CH
2
-O-CO-R
3
CH
2
-O-CO-R
3
Gambar 2.8 Hidrolisis Air dari Minyak menjadi Free Fatty Acid [24] O
R
1
-C-OH +   KOH
R
1
-COOK +   H
2
O
Gambar 2.9 Pembentukkan Sabun Pada Reaksi Transesterifikasi [24] Hal  ini  dapat  mengurangi  kualitas  biodiesel  yang  dihasilkan,  sehingga
dapat dilakukan pretreatment pada bahan baku agar tidak memiliki kandungan air dan  FFA  yang  tinggi  dengan  mereaksikannya  dengan  katalis  asam.  Maka  dapat
menghasilkan  biodiesel  dengan yield yang  tinggi [24]. Reaksi  transesterifikasi merupakan metode yang paling sering digunakan dalam mereduksi viskositas dan
memperbaiki  kualitas  dari  bahan bakar  nabati  yang  dihasilkan.  Tetapi,  reaksi transesterifikasi
sangat dipengaruhi
oleh beberapa
faktor diantaranya
perbandingan molar alkohol, katalis, adanya air, FFA pada minyak, waktu reaksi, dan  kecepatan  pengadukan. Beberapa  penjelasan  dari faktor – faktor  tersebut
yaitu: a Pengaruh Perbandingan Molar Alkohol
Perbandingan  molar  alkohol  yang  digunakan  berperan  penting  dalam menghasilkan yield biodiesel. Reaksi transesterifikasi normalnya memerlukan
3 mol alkohol untuk 1 mol trigliserida yang membentuk 3 mol ester dan 1 mol gliserol.  Penambahan  jumlah  metanol  akan  meningkatkan  konversi  minyak
menjadi ester dengan waktu yang singkat. Jadi, yield biodiesel akan meningkat dengan  peningkatan  konsentrasi  alkohol.  Tetapi  peningkatan  alkohol  yang
free fatty acid katalis
sabun air
trigliserida air
digliserida free fatty acid
Universitas Sumatera Utara
15 terus  menerus  tidak  akan  meningkatkan yield biodiesel,  hal  ini  akan
meningkatkan  biaya recovery dari  alkohol [35]. Reaksi  katalis  heterogen memerlukan rasio molar untuk minyak:alkohol lebih besar atau sama dengan
dari 6:1 seperti yang telah dirangkum oleh Islam, dkk [36]. Kusuma, Wu, dan Kay  pada  pengunaaan  katalis  zeolit  menggunakan  rasio  molar  7:1,  9:1  dan
20:1 dalam proses pembuatan biodiesel [7,37,38]. b Pengaruh Kandungan Air dan FFA
Kandungan  air  dan  FFA  merupakan  faktor  penting  dalam  reaksi transesterifikasi.  Katalis  basa  pada  reaksi  transesterifikasi  tidak  memerlukan
air  dan  hanya  diperbolehkan  memiliki  kandungan  FFA  yang  rendah  1 pada bahan baku minyak. Adanya  air akan memberikan efek negatif, dimana
air  akan  menyebabkan  terjadinya  pembentukan  sabun.  FFA  dan  air  selalu memberikan  dampak  negatif  pada  reaksi  transesterifikasi  yang  dapat  dilihat
juga  akan  mengurangi  konsentrasi  katalis.  Oleh  karena  itu,  adanya  air  dan FFA akan mengurangi pembentukan metil ester [35].
c Waktu Reaksi Menurut Freedman  et  al  1986  pembentukan  ester  akan  meningkat  ketika
adanya  penambahan  waktu  reaksi.  Reaksi  transesterifikasi  akan  berjalan lambat pada awal pencampuran dan pendispersian alkohol dan minyak, tetapi
setelah  itu  reaksi  akan  berjalan  cepat.  Peningkatan  waktu  reaksi  yang  terus menerus  akan  mereduksi  produk yield yang  dihasilkan.  Hal  ini  dikarenakan
reaksi  transesterifikasi  merupakan  reaksi reversible yang  mengakibatkan hilangnya  ester  dan  pembentukan  sabun [35]. Pada  dasarnya  reaksi
transesterifikasi  dengan  katalis  heterogen  dilangsungkan dalam  waktu  3-24 jam [39,40].
d Temperatur Reaksi Temperatur  reaksi  merupakan  faktor  penting  lainnya  yang  mempengaruhi
yield biodiesel.  Peningkatan  temperatur  reaksi  akan  meningkatkan  kecepatan reaksi  dan  mengurangi  waktu  reaksi  dalam  mereduksi  viskositas  minyak.
Peningkatan suhu reaksi di luar tingkat optimal menyebabkan penurunan yield biodiesel,  karena  suhu  reaksi  yang  lebih  tinggi  mempercepat  saponifikasi
Universitas Sumatera Utara
16 trigliserida.  Biasanya  suhu  reaksi  transesterifikasi  harus  di  bawah  titik  didih
alkohol untuk mencegah penguapan alkohol. Kisaran suhu reaksi yang optimal dapat  bervariasi  dari  50
o
C  sampai  60
o
C tergantung  pada  minyak  atau  lemak yang digunakan [35].
e Konsentrasi Katalis Pembentukan biodiesel juga dipengaruhi oleh konsentrasi katalis. Katalis yang
paling umum digunakan untuk produksi biodiesel adalah Natrium Hidroksida NaOH atau Kalium Hidroksida KOH. Ketika konsentrasi katalis meningkat
dengan  sampel  minyak, maka konversi  trigliserida  menjadi  biodiesel  juga meningkat. Penambahan katalis yang berlebih akan menurunkan yield produk
dengan  pembentukan  sabun  [35]. Reaksi  transesterifikasi  dengan  katalis heterogen  dapat  menghasilkan  konversi  yang  maksimum  dengan  jumlah
katalis 2-20 berat [39,41]. f Kecepatan Pengadukan
Kecepatan pengadukan memainkan peran penting dalam pembentukan produk akhir  mono  alkil  ester atau  biodiesel,  karena  pengadukan dari  campuran
minyak  dan  katalis akan
meningkatkan  reaksi.  Misalnya  intensitas pencampuran  yang  dipilih  adalah  200  rpm,  400  rpm,  600  rpm  dan  800  rpm
selama  60  menit  sementara  parameter  lainnya  tetap  konstan.  Pada  konversi 400  rpm  lebih  tinggi  dari  produk  akhir  yang  diperoleh.  Karena,  kecepatan
pengadukan yang lebih rendah menunjukkan pembentukan produk yang lebih rendah.  Di  sisi  lain  kecepatan  pengadukan  tinggi  akan  terjadi pembentukan
sabun. Hal ini disebabkan reaksi reversible dari reaksi transesterifikasi [35].
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG