Latar Belakang Apa harapan BapakIbu terhadap pelaksanaan Raskin kedepannya?

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Problematika pembangunan yang sedang dihadapi Negara Indonesia semakin kompleks dan mencakup berbagai bidang, baik politik, sosial, ekonomi, budaya, stabilitas nasional, maupun pertahanan, dan keamanan. Dalam kegiatan pemerintahan, banyak permasalahan dan urusan yang harus diselesaikan berkaitan dengan semakin berkembangnya pembangunan yang dilaksanakan. Agar dapat melancarkan jalannya roda sistem pemerintahan, wilayah Indonesia dibagi dalam wilayah yang lebih kecil sebagaimana ditegaskan dalam pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi “Pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan Negara, dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”. Dengan adanya pemberian otonomi kepada daerah KabupatenKota, maka memungkinkan daerah yang diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Salah satunya adalah upaya penanggulangan kemiskinan. Masalah kemiskinan menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara tepat dan terpadu yang melibatkan berbagai sektor, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Upaya-upaya tersebut telah dicantumkan menjadi salah satu program prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah RKP tahun 2008. Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen tertentu, serta Gubernur dan BupatiWalikota seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum Bulog Universitas Sumatera Utara diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan, yang penyediaannya mengutamakan pengadaan beras dari gabah petani dalam negeri. Dasar hukum dari pelaksanaan program Raskin adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 2. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 3. Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. 4. Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN Tahun anggaran 2015. 5. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. 6. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG. 7. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 8. Peraturan pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota. 9. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah SPIP. 10. Peraturan Presiden RI No. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 11. Peraturan Presiden RI tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015. 12. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan GabahBeras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah. 13. Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.. 14. Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi, KabupatenKota. 15. Permenkeu tentang Penunjukan Kementerian Sosial sebagai Kuasa Pengguna Anggaran KPA program Raskin. 16. Permensos No. 24 Tahun 2013 tentang Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan. 17. Kepmenko Kesra No. 29 Tahun 2014 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat. 18. Instruksi Mendagri No: 5413150SJ Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembagian Kartu Perlindungan Sosial KPS dan Penanganan Pengaduan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara 19. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No: 9002634SJ Tahun 2013 tentang pengalokasian biaya penyaluran raskin dari Titik Distribusi ke Titik Bagi. Pemerintah berupaya mengajak partisipasi aktif masyarakat dengan mengacu pada teori Bottom-Up. Dalam hal ini, pemerintah berharap masyarakat dapat terpacu untuk bisa menembus perangkap kemiskinan sehingga dapat mengurangi jumlah masyarakat miskin. Salah satu programnya adalah Program Beras Miskin Raskin. Program Raskin Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin adalah sebuah program dari pemerintah. Program ini dilaksanakan di bawah tanggungjawab Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan Surat Keputusan Bersama SKB Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 dan Nomor : PKK- 12072003, yang melibatkan instansi terkait, pemerintah daerah, dan masyarakat. Program Raskin merupakan subsidi pangan sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan terhadap keluarga miskin melalui pendistribusian beras yang diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin berdasarkan PAGU Plafon Gubernur. Program Raskin pada dasarnya merupakan kelanjutan dari Program Operasi Pasar Khusus OPK yang dilaksanakan pada Juli 1998 dibawah Program Jaring Pengaman Sosial JPS. Beberapa penyesuaian yang telah dilakukan antara lain meliputi perubahan nama, jumlah beras per rumah tangga, frekuensi distribusi, sumber dan jenis data sasaran penerima manfaat, dan penyediaan lembaga pendamping. Pada tahun 2002, pemerintah mengganti nama Operasi Pasar Khusus OPK menjadi Program Raskin agar lebih mencerminkan sifat program, yakni sebagai bagian dari program perlindungan sosial bagi Rumah Tangga Miskin RTM, tidak lagi sebagai program darurat penanggulangan krisis ekonomi. Penetapan jumlah beras per bulan per RTM yang awalnya 10 kg, dan beberapa tahun berikutnya bervariasi dari 10 kg hingga 20 kg, dan pada tahun 2009 menjadi 15 kg. Frekuensi distribusi awalnya sebanyak 12 kali, pada tahun 2006 berkurang menjadi 10 kali, dan pada tahun 2007 sampai saat ini kembali menjadi 12 kali per tahun. Sasaran penerima manfaat yang sebelumnya menggunakan data keluarga prasejahtera KPS dan keluarga sejahtera 1KS-1 Universitas Sumatera Utara alasan ekonomi hasil pendataan BKKBN Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Sejak 2006 berubah menggunakan data RTM hasil pendataan BPS Badan Pusat Statistik. Program ini dilaksanakan sebagai konsekuensi dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM yang subsidinya ditarik oleh pemerintah pusat. Kenaikan harga BBM tersebut jelas berdampak pada naiknya harga sembilang bahan pangan pokok, salah satunya beras. Program Raskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah bagi masyarakat dengan harga Rp. 1.600,00kgNetto di Titik Distribusi. Sasaran Program Raskin ini adalah meningkatkan akses pangan kepada keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam rangka menguatkan ketahanan pangan rumah tangga dan mencegah penurunan konsumsi energi dan protein. Program Raskin perlu dilaksanakan agar masyarakat miskin benar-benar bisa merasakan manfaatnya, yakni dapat membeli beras berkualitas dengan harga yang terjangkau. Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggungjawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke Titik Distribusi dipegang oleh Perum Bulog www.digilib.itb.ac.id . Pemberian bantuan kepada keluarga miskin sudah sangat baik dilakukan pemerintah, tetapi dalam pelaksanaannya terjadi banyak penyimpangan. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa masalah yang dihadapi dalam penyaluran Beras Raskin. Jika diamati berdasarkan Indikator Ketepatan program ini, maka ada 6 indikator yang harus dipenuhi yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat kualitas. Implementasi Raskin tidak jarang rentan terhadap penyimpangan. Menurut Lembaga Penelitian SMERU mengatakan bahwa Raskin menjangkau 52,6 rumah tangga miskin, namun rumah tangga tidak miskin yang terjangkau juga relatif tinggi, yakni 36,9. Berdasarkan 6 indikator Raskin, ada beberapa indikator yang bermasalah dalam pengimplementasiannya di Desa Lingga Raja I, permasalahan ini diketahui dari pernyataan langsung masyarakat Desa Lingga Raja I, diantaranya yaitu pertama masalah tepat sasaran, masalah tepat sasaran sering tidak sesuai dalam Universitas Sumatera Utara pengimplementasiannya akibat kelemahan koordinasi dalam pelaksanaan raskin antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dengan pemerintah kota, kecamatan, kelurahan dan desa yang menyebbakan keusangan data mengenai jumlah warga miskin. Akibatnya, jumlah warga miskin yang didata bisa lebih besar ataupun lebih kecil dari jumlah yang sebenarnya, sehingga raskin yang dibagikan akan berdampak pada kekurangan ataupun kelebihan jatah, di daerah penelitian juga diketahui adanya masalah tidak tepat sasaran dalam pengimplementasian program ini. Kedua, tepat harga, naiknya harga raskin yang harus ditebus warga disebabkan oleh alasan yang seringkali dimunculkan para petugas untuk menjawab ketidaktersediaan dana untuk pengangkutan distribusi beras atau biaya transportasi, dan lain-lain. Akibatnya, biaya ini dibebankan kepada warga, sehingga tidak heran kalau harga awal berbeda dengan harga di lapangan. Di Desa Lingga Raja I juga terjadi perbedaan harga dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah., harga Raskin yang harus dibayarkan oleh masyarakat adalah Rp. 32.000 per karung, hal ini menunjukkan perbedaan harga yang signifikan, karena harga Raskin yang dianjurkan oleh pemerintah adalah Rp. 1.600 per kg atau Rp. 24.000 per karung. Ketiga, tepat waktu, perbedaan tanggal realisasi raskin tiap bulannya menjadi masalah tersendiri dalam implementasi program ini, tidak adanya ketentuan tanggal per bulannya menyebabkan banyak warga yang tidak mendapat kepastian mengenai program ini. Di Desa Lingga Raja I, masalah ini juga sering terjadi, tidak ada tanggal kepastian kapan Raskin dapat diambil setiap bulannya, bahkan terkadang realisasi Raskin bisa dirangkap menjadi 2 bulan sekali dan jatah diberikan sebanyak 30 kgRTS. Keempat, tepat administrasi, masalah tepat administrasi menjadi masalah tersendiri dalam pengimplementasian program ini, banyaknya warga yang enggan berurusan dengan administrasi dan tidak tahu dengan mekanisme administrasi seringkali menimbulkan celah-celah untuk memanipulasi data yang ada. Masalah yang terjadi dalam pengimplementasian program Raskin di Desa Lingga Raja I, yaitu setiap warga yang menerima Raskin rata-rata tidak memiliki kartu Raskin, bahkan hal ini terjadi sejak awal Raskin ini didistribusikan. Universitas Sumatera Utara Kelima, tepat kualitas, masalah tepat kualitas menjadi masalah tersendiri yang dampaknya langsung dirasakan oleh RTS-PM. Di Desa Lingga Raja I, masalah tepat kualitas ini juga sering sekali terjadi. Secara kasat mata, setiap warga tidak mengetahui bagaimana kualitas beras yang diberikan kepada mereka, karena jatah 15 kg beras diambil dengan menggunakan karung yang tertutup sehingga warga tidak bisa memilih, tidak jarang warga desa Lau Gumba mendapatkan beras yang berbau, beras yang pecah, berwarna kekuningan dan bahkan ada yang berkutu, tetapi tidak jarang pula warga mendapat kualitas beras yang cukup baik. Hal inilah yang terkadang dikeluhkan oleh masyarakat setempat. Dari pemaparan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Program RASKIN Beras Miskin Pada Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi.”

1.2 RumusanMasalah