Implementasi Program Raskin (Beras Miskin) pada Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi

(1)

5. DAFTAR PUSTAKA

6. Sumber Buku

7. Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta 8. Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

9. Ath-Thawil Et Al. 1997. Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-Negara Miskin. Bandung: Mizan

10.Dun¸William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

11.Singarimbun, Masri. 1999. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S 12.Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori, dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

13.Suharno, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. Bandung: Rafika Aditama

14.Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta 15.Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Media Pressindo

16.Sumber Perundang-Undangan

17.Republik Indonesia. 2008. Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kebijakan pangan. Sekretariat cabinet RI. Jakarta

18.Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. 2015. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tentang Pedoman Umum raskin 2015. Jakarta

19.Situs Internet

20.


(2)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Profil Wilayah Desa Lingga Raja

Desa Lingga Raja I adalah salah satu dari tiga belas desa di Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi dengan luas wilayah 2.110 Ha dan Desa Lingga Raja I terdiri dari tujuh dusun. Dusun I yaitu Lingga Raja, Dusun II yaitu Suka Damai, Dusun III yaitu Lingga Tengah Bawah, Dusun IV yaitu Suka Mari, Dusun V yaitu Lingga Tengah Atas, Dusun VI yaitu Batu Risik, dan Dusun VII yaitu Suka Makmur. Desa Lingga Raja I dapat ditempuh dengan menggunakan jalur darat seperti, mobil, sepeda motor, dan kendaraan umum lainnya. Desa Lingga Raja berjarak sekitar ± 23 km dari ibukota Kabupaten Dairi, Sidikalang dan berjarak sekitar ± 18 km dari Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo Dairi.

3.2 Batas Wilayah

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lingga Raja II dan Desa Huta Usang, Kecamatan Pegagan Hilir.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bandar Huta Usang, Kecamatan Pegagan Hilir.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tiga Lama dan Desa Simartugan, Kecamatan Pegagan Hilir.

- Sebelah Timut berbatasan dengan Hutan, Kecamatan Pegagan Hilir.

Desa Lingga Raja I merupakan daerah yang beriklim tropis seperti daerah lainnya di Indonesia yang memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Kondisi inilah yang membuat desa Lingga Raja I berpotensi sebagai daerah atau lahan pertanian dan perkebunan, sehingga hampir semua penduduknya berprofesi sebagai petani maupun buruh tani, karena tanah di Kecamatan Pegagan Hilir, khususnya di Desa Lingga Raja I merupakan tanah yang sangat subur dan cocok untuk dijadikan lahan pertanian.


(3)

3.3 Demografi Penduduk

3.3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3.3.1.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1. Laki-laki 795

2. Perempuan 774

JUMLAH 1.569

Sumber: Kantor Kepala Desa Lingga Raja I Tahun 2015

Berdasarkan data diatas yang diambil dari Kantor Kepala Desa Lingga Raja I, jumlah penduduk Desa Lingga Raja I sebanyak 1.569 jiwa dengan jenis kelamin Laki-laki sebanyak 795 jiwa dan jenis kelamin Perempuan sebanyak 774 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 332 KK.

3.3.2 Distribusi penduduk berdasarkan Tingkat Usia

Tabel 3.3.2.1 Distribusi penduduk berdasarkan Tingkat Usia

No. Tingkat Usia Jumlah (Jiwa)

1. 0 - 12 Bulan 6

2. 1 - 20 Tahun 595

3. 21- 40 Tahun 549

4. 41 - 60 Tahun 337

5. 60 tahun keatas 82

JUMLAH 1.569

Sumber: Kantor Kepala Desa Lingga Raja I Tahun 2015

Berdasarkan data diatas, penduduk Desa Lingga Raja I yang berusia 0 - 12 bulan sebanyak 6 orang, yang berusia 1 - 20 tahun sebanyak 595 orang, yang berusia 21 - 40 tahun sebanyak 549 orang, yang berusia 41 - 60 tahun sebanyak 337 orang, sedangkan penduduk yang berusia 60 tahun keatas sebanyak 82 orang.


(4)

3.3.3 Distribusi penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 3.3.3.1 Distribusi penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1. Belum/Tidak Pernah Sekolah 192

2. Tamat SD 186

3. SLTP/sederajat 138

4. SLTA/sederajat 876

5. D-I 80

6. D-II -

7. D-III 75

8. S-I 22

JUMLAH 1.569

Sumber: Kantor Kepala Desa Lingga Raja I Tahun 2015

Berdasarkan data diatas, sekolah penduduk di Desa Lingga Raja I didominasi oleh tamatan SLTA/sederajat sebanyak 876 orang, diikuti yang belum/tidak pernah sekolah sebanyak 192, diikuti tamatan SD sebanyak 186 orang, selanjutnya diikuti tamatan SLTP/sederajat 138 orang, tamatan D-I sebanyak 75 orang, dan tamatan S-I sebanyak 22 orang.

3.3.4 Distribusi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

Tabel 3.3.4.1 Distribusi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1. PNS 3

2. Guru Honorer 5

3. Petani 969

JUMLAH 977

Sumber: Kantor Kepala Desa Lingga Raja I Tahun 2015

Berdasarkan data diatas, mata pencaharian di Desa Lingga Raja I didominasi oleh petani dengan jumlah 969, sedangkan yang bekerja sebagai PNS


(5)

hanya sebanyak 3 orang, dan yang berprofesi sebagai Guru Honorer sebanyak 5 orang.

3.3.5 Distribusi penduduk berdasarkan Agama

Tabel 3.3.5.1 Distribusi penduduk berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah (Jiwa)

1. Islam 353

2. Katolik 279

3. Protestan 937

4. Hindu -

5. Budha -

6. Konghucu -

JUMLAH 1.569

Sumber: Kantor Kepala Desa Lingga Raja I Tahun 2015

Berdasarkan data diatas, agama yang dianut di Desa Lingga Raja I adalah agama Islam, Katolik¸dan Protestan. Dimana agama Islam sebanyak 353 orang, Katolik sebanyak 279 orang, dan Protestan sebanyak 937.

3.3.6 Distribusi penduduk berdasarkan Etnis

Tabel 3.3.6.1 Distribusi penduduk berdasarkan Etnis

No. Etnis Jumlah (Jiwa)

1. Batak Toba 616

2. Batak Karo 278

3. Batak Simalungun 103

4. Batak Pakpak 509

5. Batak Mandailing 16

6. Jawa 47

JUMLAH 1.569


(6)

Berdasarkan data diatas, Desa Lingga Raja I berpenduduk dengan suku Batak Toba sebanyak 616 orang, Batak Pakpak sebanyak 509 orang, Batak Karo sebanyak 278 orang, Batak Simalungun sebanyak 103 orang, Batak Mandailing sebanyak 16 orang, dan suku Jawa sebanyak 47 orang.

3.4 Sarana dan Prasarana

3.4.1. Prasarana Air Bersih

Tabel 3.4.1.1 Prasarana Air Bersih

No. Prasarana Air Bersih Jumlah (Unit) Pengguna (KK)

1. Mata Air 2 50

2. Hidran Umum 3 282

JUMLAH 5 332

Sumber: Kantor Kepala Desa Lingga Raja I Tahun 2015

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Lingga Raja I, pengguna Hidran Umum sebagai sarana untuk mendapatkan air bersih adalah sebanyak 282 KK, dan yang menggunakan Mata Air sebagai sarana untuk mendapatkan air bersih sebanyak 50 KK

3.4.2 Prasarana Kesehatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Lingga Raja I, prasarana kesehatan yang dimiliki di Desa Lingga Raja I hanyalah posyandu sebanyak 7 buah dengan satu posyandu disetiap dusun.

3.4.3 Prasarana Peribadahan

Tabel 3.4.3.1 Prasarana Peribadahan

No. Prasarana Peribadahan Jumlah (Unit)

1. Gereja Kristen Protestan 7

2. Gereja Kristen Khatolik 1

3. Masjid 2

JUMLAH 10


(7)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepala Desa Lingga Raja I, jumlah prasarana peribadahan di Desa Lingga Raja I berjumlah 10 unit dengan Gereja Kristen Protestan sebanyak 7 unit, Masjid sebanyak 2 unit, dan Gereja Kristen Khatolik sebanyak 1 unit.

3.5 Bagan Organisasi Kepemerintahan

Bagan Organisasi Kepemerintahan Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hiir, Kabupaten Dairi

Sumber: Kantor Kepala Desa Lingga Raja I Tahun 2015

Keterangan Bagan Struktur Organisasi Desa Lingga Raja I: Kepala Desa : Oloan Lingga

Ketua BPD : Robinson Mandalahi Sekretaris Desa : Sahwen Lingga Kaur Pemerintahan : Wandi Natal Manik Kaur Pembangunan : Togi Sihombing Kaur Perekonomian : John Fernando Lingga

Kepala Desa

Sekretaris Desa BPD

Kaur Pembangunan

Kaur Perekonomian

Kaur Teknisi/Sura

t Menyurat Kaur

Pemerintahan LKM

Kadus IV Kadus V Kadus VI Kadus VII

Kadus III Kadus II


(8)

Kaur Teknisi/Surat Menyurat : Abdi Darma Lingga

LKM : Barmen Simbolon

Kepala Dusun I : Alpian Sigalingging Kepala Dusun II : Gokmen Habeahan Kepala Dusun III : Sardiman Padang Kepala Dusun IV : Syahdan P. Lingga Kepala Dusun V : Sukiman Lingga Kepala DusunVI : Hot Ramlan Pintu Batu Kepala Dusun VII : Tambarta Lingga 3.6 Pengorganisasian

Dalam rangka pelaksanaan, program Raskin dianggap perlu mengatur organisasi pelaksana program. Untuk mengefektifkan pelaksanaan program dan pertanggungjawabannya, dibentuk Tim Koordinasi Raskin ditingkat pusat sampai kecamatan dan Pelaksana Distribusi Raskin ditingkat Desa/Kelurahan serta tim lainnya sesuai dengan kebutuhan yang diatur dan ditetapkan melalui keputusan pejabat yang berwenang. Penanggungjawab pelaksanaan program Raskin di pusat adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, di provinsi adalah Gubernur, di kabupaten/kota adalah Bupati/Walikota, di kecamatan adalah Camat dan di desa/kelurahan adalah Kepala Desa/Lurah.

1. Tim Koordinasi Raskin Pusat

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat bertanggungjawab atas pelaksanaan program Raskin Nasional dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Pusat.

a) Tugas

Tim Koordinasi Raskin Pusat memiliki tugas untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi, harmonisasi, dan pengendalian dalam perumusan kebijakan,


(9)

perencanaan, penganggaran, sosialisasi, penanganan pengaduan, serta monitoring dan evaluasi.

b) Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya Tim Koordinasi Raskin Pusat memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Koordinasi perencanaan dan penganggaran program Raskin. 2. Penentuan Pagu Raskin.

3. Penyusunan pedoman umum penyaluran Raskin. 4. Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi program Raskin.

5. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Provinsi.

6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

d) Struktur dan Keanggotaan

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kepmenko Kesra) No. 29 Tahun 2014, Tim Koordinasi Raskin Pusat terdiri dari Pengarah, Pelaksana, dan Sekretariat. Pengarah terdiri dari ketua dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Perum BULOG. Pelaksana terdiri dari ketua, wakil ketua/ketua bidang dan anggota. Ketua Pelaksana adalah Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan Perumahan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Wakil Ketua I/Bidang Kebijakan Perencanaan adalah Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas, Wakil Ketua II/Bidang Kebijakan Anggaran adalah Direktur Anggaran III Ditjen Anggaran Departemen Keuangan, Wakil Ketua III/Bidang Pelaksana dan Distribusi adalah Direktur Pelayanan Publik Perum BULOG, Wakil Ketua IV/Bidang Fasilitas,


(10)

Monev, dan Pengaduan adalah Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat Ditjen PMD Departemen Dalam Negeri.

Anggota Tim terdiri dari unsur-unsur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Sosial, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Perum BULOG.

Adapun tugas dan fungsi masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L) anggota Tim Koordinasi Raskin Pusat adalah sebagai berikut:

• Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) bertanggungjawab untuk melakukan koordinasi dan sikronisasi dibidang perencanaan, penganggaran, penetapan pagu, penyusunan pedum Raskin, pengawasan monitoring, sosialisasi, dan evaluasi pelaksanaan program Raskin. • Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekononian)

bertanggungjawab melakukan koordinasi dan sikronisasi dibidang perencanaan, penganggaran, monitoring, dan evaluasi program Raskin.

• Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Kemen PPN/Bappenas) bertanggungjawab dibidang

perencanaan, penganggaran, monitoring, dan evaluasi program Raskin.

• Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bertanggungjawab melakukan penganggaran, monitoring, dan evaluasi serta sebagai pengguna anggaran program Raskin.

• Kementerian Sosial (Kemensos) bertanggungjawab melakukan penganggaran, pendampingan, sosialisasi monitoring, dan evaluasi serta sebagai kuasa pengguna anggaran program Raskin.

• Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) bertanggungjawab melakukan koordinasi dibidang pengaduan, monitoring, dan evaluasi pengawasan serta pembinaan Tim Koordinasi Raskin Provinsi dan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.


(11)

• Kementerian Pertanian (Kementan) bertanggungjawab melakukan perencanaan jumlah dan sebaran produksi beras dalam negeri ketersediaan dan kebutuhan beras nasional serta pembinaan terhadap petani dalam peningkatan produksi dan kualitas beras dalam negeri.

• Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggungjawab mengumpulkan, menyiapkan dan mengevaluasi data jumlah dan sebaran RTS secara berkala.

• Perum BULOG bertanggungjawab dalam menyediakan, menyimpan, dan menyalurkan beras Raskin.

2. Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Gubernur bertanggungjawab atas pelaksanaan program Raskin di wilayahnya dengan membentuk Tim Koordinasi Raskin Tingkat Provinsi sebagai berikut:

a) Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Provinsi adalah pelaksana program Raskin di Provinsi, yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur.

b) Tugas

Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan, anggaran, pelaksanaan distribusi, monitoring, dan evaluasi serta menerima pengaduan dari masyarakat tentang pelaksanaan program Raskin.

c) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai fungsi sebagai berikut, yakni:

1. Koordinasi perencanaan dan penyediaan APBD untuk mendukung

pelaksananan program Raskin di Provinsi. 2. Penetapan Pagu Raskin Kabupaten/Kota.

3. Penyusunan petunjuk pelaksanaan (Juklak) program subsidi Beras bagi masyarakat berpendapatan rendah 2015 (Raskin).


(12)

4. Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi program Raskin.

5. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di Kabupaten/Kota. 6. Penanganan pengaduan di Provinsi.

7. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

8. Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat. d) Struktur dan Keanggotaan

Tim Koordinasi Raskin Provinsi terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang lain diantaranya perencanaan, pelaksanaan distribusi, monev, dan pengaduan masyarakat yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur.

Tim Koordinasi Raskin Provinsi beranggotakan unsur-unsur instansi terkait di tingkat provinsi antara lain Setda (Sekretaris Daerah), Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah), Badan/Dinas/Lembaga yang berwenang dalam pemberdayaan masyarakat, Dinas Sosial, Badan Pusat Statistik, Badan/Dinas/Kantor yang berwenang dalam Ketahanan Pangan, Perwakilan BPKP, dan Divisi Regional/Sub-Divisi Regional Perum BULOG serta lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

3. Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota sebagai penanggungjawab program Raskin ditingkat Kabupaten/Kota bertanggungjawab atas pengalokasian Pagu Raskin bagi seluruh RTS-PM Raskin, penyediaan dan pendistribusian beras, penyelesaian pembayaran HPB (Hasil Penjualan Beras), dan administrasi distribusi Raskin diwilayahnya. Untuk penyelenggaraan program Raskin tersebut, Bupati/Walikota membentuk Tim Koordinasi Raskin sebagai berikut:

a) Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota adalah pelaksana program Raskin di Kabupaten/Kota, yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota.

b) Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai tugas untuk melakukan koordinasi perencanaan, anggara, pelaksanaan distribusi, monitoring, dan evaluasi serta menerima pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan program Raskin. c) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota memiliki fungsi sebagai berikut:


(13)

1. Koordinasi perencanaan dan penyediaan APBD untuk mendukung pelaksanaan program Raskin di Kabupaten/Kota.

2. Penetapan Pagu Raskin Kecamatan.

3. Pelaksanaan validasi dan pemutakhiran daftar RT-PM.

4. Penyusunan petunjuk teknis (Juknis) pelaksanaan program Raskin di Kabupaten/Kota.

5. Sosialisasi program Raskin di wilayah Kabupaten/Kota. 6. Perencanaan penyaluran Raskin.

7. Penyelesaian HTR dan administrasi.

8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di Kecamatan,

Desa/Kelurahan/pemerintah setingkat. 9. Penanganan pengaduan.

10. Pembinaan terhadap pelaksanaan. d) Struktur dan Keanggotaan

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang lainnya seperti perencanaan, pelaksanaan distribusi, monev, dan pengaduan masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota.

Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari unsur-unsur instansi terkait ditingkat Kabupaten/Kota antara lain Setda, Bappeda, Badan/Dinas/Lembaga yang berwenang dalam pemberdayaan masyarakat, Dinas Sosial¸Badan Pusat Statistik, Badan/Dinas/Kantor yang berwenang dalam ketahanan pangan, Divre/Sub-Divre/Kansilog Perum BULOG, dan lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan

Camat sebagai penanggungjawab ditingkat Kecamatan bertanggungjawab atas pelaksanaan distribusi Raskin, penyelesaian pembayaran HPB, dan administrasi distribusi raskin diwilayahnya. Untuk penyelenggaraan program Raskin tersebut, Camat membentuk Tim Koordinasi Raskin sebagai berikut:

a) Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah pelaksana program Raskin di Kecamatan, yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Camat.


(14)

b) Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan program Raskin serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan dibantu oleh TKSK dalam pendampingan pelaksanaan program Raskin di Kecamatan dan Desa/Kelurahan. c) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan memiliki fungsi sebagai berikut, antara lain:

1. Perencanaan distribusi program Raskin di Kecamatan. 2. Sosialisasi Raskin di wilayah Kecamatan.

3. Pendistribusian Raskin.

4. Penyelesaian HTR dan administrasi.

5. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Raskin di

Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat.

6. Pembinaan terhadap pelaksana distribusi Raskin di

Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat.

7. Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin

Kabupaten/Kota, termasuk pelaporan hasil pemutakhiran data dari tingkat Desa/Kelurahan dan pelaporan realisasi penyaluran Raskin dari pelaksana distribusi Raskin kepada RTS-PM.

d) Struktur dan Keanggotaan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari penanggungjawab yaitu Camat, ketua yaitu Sekretaris Kecamatan, sekretaris yaitu Kasi Kesejahteraan Sosial, dan anggota terdiri dari Aparat Kecamatan, Koordinator Statistik Kecamatan (KSK), anggota Satker Raskin dan pihak terkait yang dianggap perlu.

5. Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan

Kepala Desa/Lurah sebagai penanggungjawab ditingkat Desa/Kelurahan bertanggungjawab atas pelaksanaan distribusi Raskin, penyelesaian pembayaran HPD dan administrasi distribusi Raskin diwilayahnya. Untuk pelaksanaan distribusi Raskin tersebut, Kepala Desa/Lurah dapat memilih dan menetapkan salah satu dari tiga alternatif pelaksana distribusi Raskin antara lain Kelompok Kerja (Pokja), Warung Desa (Wardes), dan Kelompok Masyarakat (Pokmas). Pembentukan Kelompok Masyarakat dan Warung Desa duatur dalam Pedoman Teknis tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pedum Raskin.


(15)

a) Kedudukan

Pelaksana Distribusi Raskin berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa/Lurah.

b) Tugas

Tim Koordinasi Raskin memiliki tugas memeriksa, menerima, dan menyerahkan beras, menerima uang pembayaran HTR, dan menyelesaikan administrasi.

c) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Pemeriksaan dan penerimaan/penolakan Raskin dari Perum BULOG di Titik Distribusi. Untuk Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat yang Titik Distribusinya tidak berada di Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat, maka petugas yang memeriksa dan menerima/menolak Raskin diatur dalam Petunjuk Teknis (Juknis).

2. Pendistribusian dan penyerahan Raskin kepada RTS-PM yang terdapat dalam DPM-1 di Titik Bagi.

3. Penerimaan HTR Raskin dari RTS-PM secara tunai untuk disetorkan ke rekening Bank yang ditunjuk oleh Perum BULOG. Apabila tidak tersedia fasilitas perbankan maka dapat disetor langsung secara tunai kepada Perum BULOG.

4. Penyelesaian administrasi penyaluran Raskin yaitu penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) beras di Titik Distribusi.

5. Membuat daftar realisasi penjualan beras sesuai dengan model DPM-2 dan melaporkan ke Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Raskin Kecamatan.


(16)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini, penulis akan menyajikan secara deskripsi dari data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang telah disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya permasalahan yang hendak dijawab pada bab ini adalah bagaimana proses Implementasi Program Raskin (Beras Miskin) di Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder. Data-data tersebut berupa pernyataan-pernyataan dari para informan mengenai permasalahan yang diteliti. Data-data yang diperoleh melalui wawancara tersebut akan disajikan dalam bentuk kutipan dari tanggapan para informan. Sedangkan tabel frekuensi akan digunakan untuk mengetahui spesifikasi (ciri-ciri khusus) yang dimiliki oleh responden yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah anggota keluarga.

Daftar wawancara dalam penelitian ini terdiri dari dua kategori, yaitu daftar wawancara untuk informan kunci, yang terdiri dari Kepala Desa dan Kepala Dusun V, dan daftar wawancara untuk informan utama yaitu masyarakat penerima manfaat Raskin. Adapun data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

4.1 Identitas Informan

Penyajian data identitas informan bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki informan, sehingga memudahkan penulis dalam mengadakan analisis penelitian nantinya. Penulis menentukan jumlah informan dengan cara teknik snowball sampling atau teknik sampling bola salju. Teknik sampling bola salju yaitu teknik penarikan sampel yang pada awalnya sangat kecil jumlahnya, lalu kemudian jumlah responden semakin banyak. Penulis terjun kelapangan dengan jumlah informan sebanyak 14 orang, dengan pembagian sebagai berikut:

1. Informan kunci sebanyak 2 orang, yaitu Kepala Desa dan Kepala Dusun V di Desa Lingga Raja I.


(17)

2. Informan utama sebanyak 7 orang masyarakat yang menerima beras Raskin di Desa Lingga Raja I.

4.1.1 Identitas Informan Kunci

Tabel 4.1.1.1 Identitas Informan Kunci

No. Nama Jenis Kelamin Jabatan Waktu Wawancara

1. Oloan Lingga Laki-laki Kepala Desa Senin, 22 Februari 2016

Pukul 10.00 WIB

2. Sukiman Lingga Laki-Laki Kepala Dusun V Rabu, 24 Februari 2016

Pukul 13.00 WIB Sumber: Hasil Penelitian 2016

4.1.2 Identitas Informan Utama

Tabel 4.1.2.1 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1. Laki-laki 2 28,57%

2. Perempuan 5 71,43%

JUMLAH 7 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan table diatas, dapat diketahui bahwa informan berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang, dan informan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang.

Tabel 4.1.2.2 Distribusi Data Informan Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Presentase

1. 30 - 40 tahun 2 28,57%

2. 41 - 50 tahun 4 42,85%

3. 51 - 60 tahun 1 14,28%

JUMLAH 7 100%


(18)

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas informan berusia 41-50 tahun sebanyak 4 orang, selanjutnya informan berusia 30-40 tahun sebanyak 2 orang, dan informan berusia 51-60 tahun sebanyak 1 orang.

Tabel 4.1.2.3 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi Persentase

1. Tidak Tamat SD 3 42,86%

2. SD 2 28,57%

3. SLTP/sederajat 2 28,57%

JUMLAH 7 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan informan yang Tidak Tamat SD sebanyak 3 orang, yang Tamat SD sebanyak 2 orang, yang Tamat SLTP/sederajat, sebanyak 2 orang.

Tabel 4.1.2.4 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase

1. Petani 7 100%

JUMLAH 7 100%

Sumber: Hasil Penelitian 2016

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan informan adalah petani. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat penerima manfaat Raskin memang benar-benar adalah masyarakat yang sangat memerlukan bantuan Raskin. Tabel 4.1.2.5 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

No. Jumlah Anggota Keluarga Frekuensi (KK) Persentase

1. 1 - 2 orang 2 28,57%

2. 3 - 4 orang 3 42,86%

3. 5 - 6 orang 2 28,57%

JUMLAH 7 100%


(19)

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga yang berjumlah 1-2 orang sebanyak 2 KK, 3-4 orang sebanyak 3 KK, dan 5-6 orang adalah sebanyak 2 KK.

4.1.3 Waktu Wawancara Informan Utama

Tabel 4.1.3.1 Waktu Wawancara Informan Utama.

No. Nama Waktu Wawancara

1. Derli Lingga Kamis, 25 Februari 2016, Pukul 19.05 WIB

2. Jontar Banuarea Jumat, 26 Februari 2016, Pukul 20.10 WIB

3. Elfrida Harahap Sabtu, 5 Maret 2016, Pukul 19.05 WIB

4. Tio Sartika Minggu, 6 Maret 2016, Pukul 14.00 WIB

5. Herbet Situmeang Minggu, 6 Maret 2016, Pukul 19.00 WIB

6. Maria Tarigan Senin, 7 Maret 2016, Pukul 10.05 WIB

7. Fitriani Girsang Rabu, 9 Maret 2016, Pukul 20.15 WIB

Sumber: Hasil Penelitian 2016

4.2 Hasil Wawancara

4.2.1 Hasil Wawancara Informan Kunci

Pertanyaan untuk semua Informan Kunci

a) Standar dan sasaran kebijakan

1. Apakah Rumah Tangga Sasaran Penerima manfaat Raskin ini sudah tepat?

Jawaban Kepala Desa:

“Menurut saya sebenarnya kurang tepat. Hal ini dikarenakan data yang digunakan dalam pembagian Raskin ini masih data pada tahun 2011 dan belum adanya pergantian akan data penerima manfaat Raskin mulai dari tahun tersebut. Saya juga kurang mengerti mengapa dan kenapa hal itu bisa terjadi, padahal petugas Badan Pusat Statistik sering bahkan rutin melakukan pendataan.”


(20)

Jawaban Kepala Dusun V:

“Menurut saya kurang tepat. Karena tidak semua masyarakat yang kurang mampu dalam segi ekonomi mendapatkan beras Raskin ini, karena di data namanya tidak tersedia. Sedangkan ada sebagaian masyarakat yang tergolong mampu, masih mendapatkan beras Raskin.”

2. Apakah jumlah Raskin yang ditebus warga sudah sesuai dengan pedoman

yaitu 15 kg perbulan tanpa ada potongan, dan setiap RTS mendapatkan 12 kali jatah Raskin setiap tahunnya?

Jawaban Kepala Desa:

“Iya, benar. Beras Raskin yang diterima warga sebesar 15 kg per bulan tanpa ada potongan. Warga juga mendapatkan beras Raskin ini sebanyak 12 kali dalam setahun, terkadang mengalami keterlambatan. Tetapi tetap 12 kali dalam setahun. Kadang ada yang dua kali dalam sebulan, karena untuk menutupi yang tidak ada dibulan sebelumnya. Hal ini karena pasokan beras terlambat datang. Dan kami tidak tahu apa penyebabnya. Tapi setelah beras datang, kami langsung membagikannya kepada warga.”

Jawaban Kepala Dusun V:

“Di dusun ini 15 kg perbulan untuk 26 Kepala Keluarga. Dan kami membagikan beras Raskin 12 kali dalam setahun walaupun secara tidak teratur dan tidak dalam waktu yang pasti.”

3. Berapa harga tebus Raskin untuk setiap pengambilan beras Raskin? Jawaban Kepala Desa:

“Harga tebus dari beras Raskin ini kami jual tergantung harga dari Kecamaatan. Sebelum kami jual kemasyarakat, kami ambil ongkosnya aja, jadi harga tebus Raskin ini sekitar Rp. 32.000 per karungnya.


(21)

Jawaban Kepala Dusun V:

“Ya harga tebusnya ya Rp. 32.000 per karungnya, itu sesuai anjuran Kepala Desanya. Segitu harga yang ditetapkan Kepala Desa, segitulah harga kami berikan kewarga di setiap dusun.

4. Bagaimana dengan kualitas Raskin yang didistribusikan? Apakah pernah ada

keluhan dari warga penerima Raskin? Jawaban Kepala Desa:

“Kualitas Raskin yang didistribusikan berbeda-beda, gak sama semua kualitasnya, kadang bagus, enak, kadang juga gak bagus. Karena berasnya kan sudah dijatah, jadi kita gak bias milih-milih beras, harus bagus terus, kalau kita pilihpun, mungkin kualitasnya sama semua.”

Jawaban Kepala Dusun V:

“Kalau masalah kualitas, itu tergantung nasib kitalah. Kadang dapat yang bagus, kadang dapat yang gak bagus. Karena sistemnya kita tinggal ngangkat beras dan dibagikan, gak bisa memilih.”

Pertanyaan kepada Kepala Desa

b) Sumber daya

1. Siapa-siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan program Raskin ini? Jawaban Kepala Desa:

“Sebenarnya hampir semua pegawai maupun perangkat Desa terlibat dalam pelaksanaan program Raskin ini tanpa terkecuali. Ada yang terlibat secara langsung dan ada pula yang tidak terlibat secara langsung. Pegawai yang terlibat secara langsung adalah pegawai pelaksana distribusi Raskin. Dan ditanggung jawabi oleh Kepala Dusun dari masing-masing Dusun.”

2. Apakah ada pelatihan dan pendidikan bagi pegawai yang terlibat dalam


(22)

Jawaban Kepala Desa:

“Sebenarnya jika ditanya soal pelatihan dan pendidikan itu tergantung tempatnya bekerja. Tidak semua yang terlibat dalam pelaksanaan program Raskin ini memerlukan pendidikan dan pelatihan. Cukup pemahaman mereka tentang Raskin ini saja yang diperlukan. Misalnya dalam pendistribusian ataupun pembagian beras. Berapa kg per KK? Berapa harga 1 kg beras? Itu saja yang perlu mereka tahu. Hanya perlu memberi tahu apa yang harus mereka kerjakan saja sebelum mereka terjun kelapangan dan melaksanakan pembagian beras Raskin.”

3. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan untuk mengimplementasikan

program Raskin ini? Jawaban Kepala Desa:

“Untuk melaksanakan program Raskin ini, ada beberapa sarana dan prasarana yang diperlukan yaitu data penerima Raskin, buku pedoman pelaksanaan program Raskin, beserta data-data lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan Raskin ini.” c) Komunikasi dan koordinasi antar instansi

1. Bagaimana komunikasi dan koordinasi yang terjalin terkait implementasi

program Raskin ini? Jawaban Kepala Desa:

“Kami selalu menjaga komunikasi dan berkomunikasi dengan baik dengan semua pegawai terkait dengan pelaksanaan Raskin di Desa ini. Tahapan-tahapan yang kami lakukan misalnya seperti mengadakan rapat koordinasi (rakor) yang kami lakukan secara rutin dalam waktu sebulan sekali untuk mendiskusikan dan mengevaluasi terkait kinerja maupun masalah yang dihadapi menyangkut implementasi program Raskin di Desa Lingga Raja I seperti berkas-berkas, dokumen-dokumen baik yang sudah maupun belum terselesaikan, biaya operasional,, dan lain sebagainya. Selain itu, kami juga melakukan komunikasi dan koordinasi dengan yang lainnya terkait program Raskin ini baik dengan Kecamatan.”

d) Disposisi implementor

1. Apakah implementor dalam program ini merupakan orang yang

berkompeten dan bertanggungjawab dalam tugasnya sehingga tercipta ‘the right man on the right place’?


(23)

Jawaban Kepala Desa:

“Orang-orang yang menjalankan program ini adalah orang-orang yang sudah memahami dan mengerti tentang sasaran dan tujuan dari program Raskin ini. Sehingga kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan, baik pendistribusian maupun pembagian beras dapat diminimalisir.”

2. Apakah para implementor sudah memahami standar dan sasaran dari

program ini? Jawaban Kepala Desa:

“Iya jelas. Mereka sebagai pelaksana kebijakan tentunya sudah memahami tentang standar dan sasaran kebijakan yang telah ditetapkan. Dan dengan pemahaman tersebut, mereka lebih mudah dalam melaksanakan dan menjalankan tugas sebagai implementor.”

3. Bagaimana dengan pembagian tugas dan wewenang dalam melaksanakan

program implementasi Raskin ini? Jawaban Kepala Desa:

“Pembagian tugas dan wewenang telah ditata dan diatur sedemikian rupa agar tidak adanya tindih-menindih pekerjaan dan dapat meminimalisir kesalahan kerja yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan antar pegawai. Sehingga para pegawai sudah tahu tempat dan posisi serta apa yang akan dikerjakan.”

4.2.2 Hasil Wawancara Informan Utama

Standar dan sasaran kebijakan

1. Apakah Bapak/Ibu menerima Raskin setiap sebulan sekali atau 12 kali dalam setahun?

Jawaban Ibu Derli Lingga:

“Saya dapat Raskin 12 kali dalam setahun, tapi kalau untuk tiap bulannya gak. Kadang dalam 1 bulan itu gak ada dapat, kadang dapat dua kali.


(24)

Katanya sih karena keterlambatan datangnya berasnya. Tapi gak tau jugalah.”

Jawaban Bapak Jontar Banuarea:

“Dapatnya 12 kali dalam satu tahun. Tapi dapatnya gak tiap bulan. Gak menentulah dapatnya.”

Jawaban Ibu Elfrida Harahap:

“Iya dapatnya 12 kali dalam setahun. Tapi gak setiap bulan dapatnya. Kadang mau gak ada dapat dalam sebulan, kadang mau dua kali dapat.”

Jawaban Ibu Tio Sartika:

“Gak setiap bulan dapatnya. Mau dalam sebulan gak ada dapat, mau dua kali dapat dalam sebulan. Tapi dalam setahun itu, tetap 12 kali dapat.”

Jawaban Bapak Herbet Situmeang:

“Gak ada dapat setiap bulan. Cuma kalo setahun dapatnya tetap 12 kali.”

Jawaban Ibu Maria Tarigan:

“Iya, dapatnya 12 kali dalam setahun, tapi gak tiap bulan dapatnya.”

Jawaban Ibu Fitriani Girsang:

“Iya, dapatnya 12 kali dalam setahun, gak tiap bulan. Mau dalam sebulan 2 kali dapat, mau gak dapat apa-apa sama sekali dalam satu bulan itu.”

2. Apakah Bapak/Ibu menerima Raskin sebanyak 15 kg per bulan tanpa ada

potongan?

Jawaban Ibu Derli Lingga:

“Iya. Saya selalu dapat 15 kg, gak pernah dipotong.” Jawaban Bapak Jontar Banuarea:


(25)

Jawaban Ibu Elfrida Harahap:

“Jumlahnya 15 kg tiap dapat, gak pernah dipotong ataupun dikurangi.” Jawaban Ibu Tio Sartika:

“Iya. 15 kg tiap dapat. Gak pernah ada pemotongan.” Jawaban Bapak Herbet Situmeang:

“15 kg tiap dapat. Gak pernah dipotong.”

Jawaban Ibu Maria Tarigan:

“15 kilogramlah tiap dapat. Seingat saya gak pernah dipotong.” Jawaban Ibu Fitriani Girsang:

“Iya, tiap dapat 15 kg dari pertama saya dapat Raskin ini. Gak pernah ada pemotongan.”

3. Berapa harga Raskin yang harus Bapak/Ibu bayar?

Jawaban Ibu Derli Lingga:

“Harganya Rp. 32.000 per sak yang 15 kg.”

Jawaban Bapak Jontar Banuarea:

“Harga Raskinnya RP. 32.000 per karungnya.”

Jawaban Ibu Elfrida Harahap:

“Harganya Rp. 32.000 per goninya.”

Jawaban Ibu Tio Sartika:

“Harganya Rp. 32.000 per goni.”

Jawaban Bapak Herbet Situmeang:


(26)

Jawaban Ibu Maria Tarigan: “Rp. 32.000 per goni.”

Jawaban Ibu Fitriani Girsang: “Rp. 32.000 per goni.”

4. Menurut Bapak/Ibu apakah kualitas Raskin dapat dikonsumsi?

Jawaban Ibu Derli Lingga:

“Dilayak-layakkan ajalah, yang pentingkan perut bisa terisi. Daripada beli beras yang harganya mahal, duit darimana.”

Jawaban Bapak Jontar Banuarea:

“Ya, kadang layak, kadang gak. Tapi mau bilang apa,. Tetap aja dimakan, daripada kelaparan.”

Jawaban Ibu Elfrida Harahap:

“Ada yang layak, ada yang gak. Tapi ya tetap aja dimakan. Kalau gak dimakan, ya kepalaranlah jadinya.”

Jawaban Ibu Tio Sartika:

“Mau dibilang gimana ya, kalo dibilang gak layak, nanti dibilang sombong kali. Padahal kualitas berasnya memang bisa dibilang kurang layak. Tapi apa mau dibilang, ya dimakan ajalah.”

Jawaban Bapak Herbet Situmeang:

“Ya, masalah layak gak layak, itu urusan belakangan lah, asalkan perut terisi. Tapi memang kalo diliat kualitas berasnya, banyakan yang kurang layak.”

Jawaban Ibu Maria Tarigan:

“Kadang layak, kadang gak. Tapi kalau mau masak beras, kami selalu campur sama beras yang bagus.”


(27)

Jawaban Ibu Fitriani Girsang:

“Gimana ya, ya layak lah, dibilang gak layak nanti sombong kali lah, kadang dapat yang kuning, udah bau, mungkin itu beras yang udah lama jadi dia udah kayak berbubuk gitu berasnya.”

5. Apakah Bapak/Ibu pernah mengetahui penerima Raskin yang tidak tepat

sasaran?

Jawaban Ibu Derli Lingga:

“Sepertinya gak ada ya. Gak pernah saya liat juga.”

Jawaban Bapak Jontar Banuarea:

“Kalau yang saya lihat, gak ada. Tapi gak taulah, saya kurang perhatikan juga. Yang penting keluarga kami dapat.”

Jawaban Ibu Elfrida Harahap:

“Kayaknya kalau di Dusun ini, yang dapat rata-rata tepat sasaran.”

Jawaban Ibu Tio Sartika:

“Kayaknya adalah beberapa rumah tangga yang dapat gak tepat sasaran. Karena kalau diliat dari perekonomian mereka, bisa dibilang udah cukup memadailah.”

Jawaban Bapak Herbet Situmeang:

“Yang saya lihat, gak ada kalau di Dusun ini.”

Jawaban Ibu Maria Tarigan:

“Sepertinya ada beberapa yang gak tepat sasaran. Tapi saya gak tau berapa KK jumlah pastinya.”


(28)

“Kalau yang saya tahu, sepertinya gak ada. Setahu sata, semua tepat sasaran.”

Sumber daya

a. Sumber daya manusia

6. Menurut Bapak/Ibu, apakah Aparatur Desa Lingga Raja I ini telah mampu

melaksanakan program Raskin dengan sebaik-baiknya? Jawaban Ibu Derli Lingga:

“Sudah mampulah. Tapi pelayanannya masih kurang bagus.”

Jawaban Bapak Jontar Banuarea:

“Kalau saya lihat, sudah mampulah. Saya pun belum tentu bisa seperti itu.”

Jawaban Ibu Elfrida Harahap:

“Iya, bisa dibilang sudah mampulah.

Jawaban Ibu Tio Sartika:

“Kalau menurut saya sudah mampulah. Karena selalu ada informasi, baik kalau beras gak datang, maupun sudah datang.”

Jawaban Bapak Herbet Situmeang:

“Mungkin udah bisa dibilang mampu, karena setiap beras masuk langsung ada info kepada masyarakat.”

Jawaban Ibu Maria Tarigan:

“Bisa dibilang sudah mampulah semua Aparatur Desanya.”

Jawaban Ibu Fitriani Girsang:

“Sepertinya sudah mampulah ya. Karena mereka melaksanakan tugasnya dengan baik.”


(29)

7. Apakah Bapak/Ibu selalu menebus dan membeli Raskin yang ada? Jawaban Ibu Derli Lingga:

“Pastilah saya beli. Rugilah kalau gak dibeli.”

Jawaban Bapak Jontar Banuarea:

“Selalu saya beli. Kan terbantu juga dibuat Raskin itu. Jadi rugilah kalau gak dibeli.”

Jawaban Ibu Elfrida Harahap:

“Pasti selalu saya beli. Walaupun saya gak tahu bagaimana isinya, bagus atau gak.”

Jawaban Ibu Tio Sartika:

“Selalu saya tebus. Ada beras murah, mana mau saya lewatkan.”

Jawaban Bapak Herbet Situmeang:

“Selalu saya beli. Rugilah kalau gak dibeli. Karena berasnya itu udah termasuk murahlah.”

Jawaban Ibu Maria Tarigan:

“Selalu saya beli. Saya gak pernah ketinggalan. Kadang saya yang beli, kadang suami saya.”

Jawaban Ibu Fitriani Girsang:

“Selalu saya tebus. Kan ada juga untungnya. Pengeluaran bisa diperkecil.”

Komunikasi dan koordinasi antar instansi

8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui apa maksud dan tujuan dari program

Raskin?


(30)

“Saya kurang tahu apa maksudnya, mungkin untuk membantu kali ya.”

Jawaban Bapak Jontar Banuarea:

“Saya gak tau apa maksudnya. Yang penting saya sama keluarga dapat berasnya. Itu aja.”

Jawaban Ibu Elfrida Harahap:

“Maksud dan tujuannya, saya kurang tahu. Karena gak pernah juga dijelaskan.”

Jawaban Ibu Tio Sartika:

“Saya gak tahu apa maksud dan tujuannya.

Jawaban Bapak Herbet Situmeang:

“Ya, maksud dan tujuannya mungkin untuk membantu masyarakat miskin atau kurang mampu. Namanya juga Raskin. Beras untuk keluarga miskin.”

Jawaban Ibu Maria Tarigan:

“Mungkin, maksud dan tujuannya membantu masyarakat miskin. Itu tebakan saya aja. Saya gak tau pasti, karena gak pernah dijelaskan.”

Jawaban Ibu Fitriani Girsang:

“Kalau maksud dan tujuannya, saya kurang tahu pasti. Mungkin untuk membantulah.”

Disposisi implementor

9. Bagaimana dengan pelayanan yang diberikan oleh Aparatur Desa pada saat

penyaluran Raskin? Jawaban Ibu Derli Lingga:

“Pelayanannya bagus. Aparaturnya juga baik saat penyaluran beras.”


(31)

“Kalau saya lihat, sudah lumayan baguslah. Tapi masih ada yang harus diperbaiki.”

Jawaban Ibu Elfrida Harahap:

“Baguslah kalau pelayanannya.

Jawaban Ibu Tio Sartika:

“Baguslah pelayanannya. Kalau kita minta beras, dikasih. Trus kita kasih duitnya.”

Jawaban Bapak Herbet Situmeang:

“Ya, bagus sih bagus. Tapi masih kurang bagus. Masih kurang pelayanannya.”

Jawaban Ibu Maria Tarigan:

“Kalau dibilang bagus atau gak bagus, ya menurut saya udah bagus.”

Jawaban Ibu Fitriani Girsang:

“Bagus memang, tapi masih perlu adanya perbaikan dalam pelayanan.”

10. Apa harapan Bapak/Ibu terhadap pelaksanaan Raskin kedepannya?

Jawaban Ibu Derli Lingga:

“Harapannya, mudah-mudahan program Raskin ini terus berjalan lancer. Biar warga kurang mampu seperti kami ini bisa terbantu.”

Jawaban Bapak Jontar Banuarea:

“Kalau harapan saya, kualitas berasnya diperbaiki, jumlahnya kalau bisa ditambahi lagi, kalau bisa gratis aj, gak usah bayar. Kalau dari masyarakat, ya pastilah yang terbaik untuk masyarakat.”


(32)

“Harapannya mudah-mudahan bantuan kayak gini berjalan terus. Biar bisa mengirit pengeluaran. Kalau bisa harganya dituruninlah.”

Jawaban Ibu Tio Sartika:

“Kalau harapan saya, maunya Raskin ini terus berjalan dengan lancar. Jangan ada keterlambatan beras lagi. Kualitas berasnya diperbaiki.”

Jawaban Bapak Herbet Situmeang:

“Harapannya, untuk seterusnya Raskin ini terus berjalan lancar. Kualitas beras makin bagus, harga kalau bisa diturunkan.”

Jawaban Ibu Maria Tarigan:

“Mudah-mudahan Raskin ini dapat berjalan dengan lancar. Kualitas berasnya juga diperbaiki, jangan ada lagi yang jelek. Kalau bisa harganya dibuat lebih murah lagi, tapi kalu bisa digratiskan aja.”

Jawaban Ibu Fitriani Girsang:

“Harapan saya, mudah-mudahan Raskin ini terus berjalan dengan baik dan lancar kedepannya. Kualitas berasnya juga diperbaiki.”


(33)

BAB V

ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang interpretasi data yang sebelumnya sudah disajikan. Adapun jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dimana data dan fakta yang diperoleh di lapangan dideskripsikan sebagaimana adanya, diiringi dengan penafsiran dan analisa yang baik dan normal. Dari seluruh data yang disajikan secara menyeluruh, yang diperoleh selama penelitian, baik melalui wawancara secara mendalam, serta melalui observasi atau pengamatan secara langsung terhadap fenomena atau kejadian-kejadian yang ada kaitannya dengan Implementasi Program Raskin (Beras Miskin) di Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, maka akan dilakukan analisa terhadap data yang ada dan fakta yang dapat melalui interpretasi dan penguraian masalah-masalah yang terjadi.

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Lingga Raja I menunjukkan bahwa program Raskin merupakan program yang berpihak kepada masyarakat miskin dan sangat membantu masyarakat. Hal ini diketahui dari hasil wawancara dengan Kepala Desa, Kepala Dusun V, dan Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat Raskin yang mengatakan bahwa program ini mempunyai tujuan yang baik untuk membantu masyarakat miskin atau kurang mampu.

5.1 Implementasi Program Raskin (Beras Miskin)

Jones mengemukakan bahwa Implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus-menerus usaha untuk mencapai apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian, implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke dalam tujuan yang diinginkan. Demikian pula halnya dengan Implementasi Program Raskin (Beras Miskin) di Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, ia menjadi proses yang dinamis yang kemudian mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan program Raskin ini ke dalam tujuan kebijakan pemerintah untuk memberikan bantuan kepada masyarakat miskin berupa beras murah yang cukup berkualitas untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan


(34)

pokok dalam rangka menguatkan ketahanan pangan rumah tangga. Sehingga implementasi Raskin ini pada akhirnya berhasil mencapai tujuan utama dari kebijakan itu sendiri.

Dan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Raskin di Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, maka dapat dilihat dai beberapa indikator berikut, yaitu:

5.1.1 Standar dan sasaran kebijakan

Van Meter dan Van Horn mengatakan dalam menjalankan suatu program, standar dan sasaran harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan sasaran suatu kebijakan kabur, maka akan terjadi multiimplementasi dan akan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi. Standar dan sasaran kebijakan terangkum dalam Pedoman Umum Raskin. Diharapkan pula setiap implementor dapat mengetahui dan memahami dengan baik apa yang menjadi standar dan sasaran dari kebijakan yang akan diimplementasikannya.

Mengenai implementasi program Raskin di Desa Lingga Raja I, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan diketahui bahwa Aparatur Desa Lingga Raja I telah mendistribusikan Raskin sesuai data yang telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik walaupun data dari Badan Pusat Statistik tersebut tidak berubah mulai dari tahun 2011. Mengenai jumah beras yang didistribusikan, sesuai dengan aturan yang ditetapkan, di Desa ini beras didistribusikan kepada RTS-PM sebanyak 15 kg per bulannya dan tidak ada pemotongan, tetapi terkadang mengalami keterlambatan dalam penyaluran. Hal itu dibenarkan oleh Kepala Desa Lingga Raja I, yang mengatakan penyaluran beras Raskin kadang mengalami keterlambatan. Beras akan dibagikan dua kali pada bulan berikutnya untuk menutupi keterlambatan Raskin pada bulan sebelumnya. Jadi RTS-PM di Desa Lingga Raja tetap mendapatkan jatah Raskin 12 kali dalam setahun.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa harga jual Raskin di Titik Distribusi adalah Rp. 1.600/kg, hal ini merupakan harga yang dianjurkan pemerintah, tetapi di Desa Lingga Raja I, Raskin didistribusikan


(35)

dengan harga Rp. 32.000 di setiap dusunnya di 7 dusun yang ada di Desa Lingga Raja. Kepala Desa berpendapat bahwa penambahan harga dari harga yang ditetapkan pemerintah ini digunakan untuk biaya transportasi dan pengangkutan raskin. Tanggal realisasi Raskin setiap bulanya diketahui tidak sama, Raskin biasanya didistribusikan kepada RTS-PM diawal hingga pertengahan bulan, Kepala Desa menegaskan perbedaan realisasi Raskin perbuannya ini disebabkan karena Raskin baru akan didistribusikan dari pihak Bulog apabila setoran Raskin bulan sebelumnya sudah mencapai 80%, hal ini yang menyebabkan realisasi Raskin tidak bisa dipastikan tanggalnya.

Mengenai kulaitas Raskin, menurut Pedoman Umum Raskin tahun 2015, beras yang didistribusikan kepada masyarakat adalah beras berkualitas baik yang tidak berbau dan tidak berkutu, tetapi berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar warga masih sering mendapatkan beras dengan kualitas yang kurang baik, memang tidak ada warga yang mendapatkan beras berkutu, tetapi biasanya beras berwarna kekuningan, memiliki bau yang tidak sedap, kondisi beras yang patah-patah bahkan kadang hancur, mengenai kualitas beras ini, aparatur desa tidak dapat banyak melakukan tindakan, karena sebelum didistribusikan, petugas tidak pernah memeriksa kualitas masing-masing karung beras, karena sudah ditumpuk berdasarkan jumlah jatah masing-masing desa, jadi tidak ada pemilihan.

5.1.2 Sumber daya

Mengimplementasikan kebijakan dengan cermat, jelas, dan konsisten tidaklah cukup untuk menghasilkan implementasi yang efektif tanpa didukung oleh sumber daya yang baik. Sehingga dapat dikatakan, sumber daya adalah faktor penting dalam suatu implementasi agar dapat berjalan dengan efektif. Sumber daya yang dibutuhkan dalam implementasi Raskin ini adalah sumber daya manusia dan sumber daya finansial, baik dari pemerintah penyalur Raskin maupun masyarakat penerima manfaat Raskin itu sendiri. Sumber daya manusia yang dimaksudkan disini adalah sumber daya yang teribat secara langsung dalam pendistribusian beras Raskin serta penentuan Rumah Tangga Sasaran, yaitu seluruh aparatur Desa selaku pihak yang mendistribusikan, baik kartu maupun


(36)

beras murah dari Perum BULOG kepada masyarakat dan petugas BPS selaku pihak yang mendata dan menentukan masyarakat yang berhak menjadi penerima manfaat program Raskin ini. Untuk sumber daya finansial, yakni ketersediaan anggaran dari pemerintah dan ketersediaan dana dari masyarakat penerima manfaat Raskin untuk menebus beras Raskin tersebut, karena apabila tidak ada anggaran dari pemerintah maka kebijakan ini tidak dapat dilaksanakan dan tidak dapat berjalan dengan lancar dan begitu juga dengan dana dari masyarakat, apabila masyarakat tidak memiliki dana untuk menebus beras Raskin ini, maka masyarakat tidak akan menerima Raskin tersebut dan implementasi program Raskin tidak akan berjalan.

a. Sumber daya manusia

Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan. Sumber daya yang dibutuhkan dalam implementasi Raskin ini adalah sumber daya manusia dan finansial baik dari pemerintah maupun dari masyarakat penerima manfaat itu sendiri.

Mengenai kemampuan petugas pendistribusian Raskin dalam menjalankan tugas dan fungsinya, berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa petugas Raskin telah mampu melaksakan program Raskin dengan baik dan efektif sesuai dengan tugas dan fungsinya, Dalam hal penyaluran Raskin kepada masyarakat, petugas sudah mampu melaksanakan dengan baik. Keefektifan distribusi Raskin ini juga disebabkan karena dalam pembagian Raskin, tidak diperlukan suatu keahlian khusus karena petugas hanya perlu membagikan Raskin kepada masyarakat yang nama nya tertera didalam data yang dikeluarkan oleh BPS.

b. Sumber daya finansial

Anggaran merupakan komponen yang sangat penting bagi terselenggaranya suatu program. Anggaran yang memadai pasti akan menunjang keberlangsungan dan keberhasilan program tersebut. Bedasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, dana Raskin berasal dari APBN dan sampai saat ini pemerintah pusat selalu


(37)

mengalokasikan dana APBN untuk program ini, dan tahun 2016 merupakan tahun ke 9 pelaksanaan program Raskin ini di Desa Lingga Raja I, yang dimulai sejak tahun 2007. Sedangkan untuk biaya operasional program Raskin dari gudang Bulog sampai di Titik Distribusi (TD) menjadi tanggungjawab dari Perum BULOG, biaya operasional Raskin dari TD sampai ke Rumah Tangga Sasaran Raskin menjadi tanggungjawab pemerintah Kabupaten/Kota yang dialokasikan dalam APBD.

Mengenai Sumber Daya finansial masyarakat penerima Raskin di Desa Lingga Raja I, berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa, semua penerima Raskin memiliki sumber daya finansial yang mencukupi untuk membeli jatah Raskin mereka, hal ini dibuktikan karena warga tidak pernah tidak membeli Raskin dengan alasan tidak memiliki uang untuk menebus raskin nya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa masyarakat penerima Raskin di Desa Lingga Raja I telah ikut berpartisiasi dalam melancarkan program Raskin, karena kontribusi masyarakat sangat berarti dalam pelaksanaan program Raskin ini. Apabila masyarakat tidak memiliki dana untuk menebus beras murah ini, maka dapat dipastikan pelaksanaan program ini akan tersendat dan tidak dapat terlaksana sebagaimana mestinya.

5.1.3 Komunikasi dan koordinasi antar instansi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi sasaran dan tujuan harus dikomunikasikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Komunikasi dapat terjadi secara internal maupun secara eksternal. Untuk komunikasi internal diadakan Rakor (rapat koordinasi) secara berjenjang di setiap tingkat pemerintahan, dari tingkat provinsi hingga tingkat Desa/kelurahan. Dalam pengimplementasian program Raskin, komunikasi internal terjadi antara sesama pelaksana distribusi Raskin, seperti antara pihak kecamatan dengan petugas pelaksana program Raskin desa. Berdasarkan hasil penelitian, bentuk komunikasi internal dilakukan melalui sosialisasi yang dilakukan pada setiap rapat koordinasi dan pada setiap pengambilan raskin di Kecamatan, komunikasi dan koordinasi dilakukan secara langsung maupun melalui alat komunikasi,


(38)

komunikasi yang biasanya dilakukan adalah mengenai waktu datang beras, pengambilan beras dan penyerahan laporan realisasi penjualan beras sekaligus penyetoran uang penjualan Raskin.

Untuk komunikasi dan koordinasi eksternal (komunikasi yang dilakukan kepada masyarakat), berdasarkan hasil penelitian di Desa Lingga Raja I disimpulkan bahwa, warga penerima Raskin tidak mendapatkan informasi secara formal mengenai apa yang menjadi maksud dan tujuan dari program Raskin ini, tetapi secara keseluruhan mereka mengetahui bahwa program ini bertujuan baik yaitu untuk membantu dan untuk mengurangi beban hidup masyarakat miskin. Komunikasi yang biasanya dilakukan oleh kepala desa dan kepala dusun kepada masyarakat adalah komunikasi mengenai harga Raskin, dan pemberitahuan jika Raskin sudah datang dan sudah dapat diambil setiap bulannya.

5.1.4 Disposisi implementor

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, dan sikap demokratis. Apabila implementator memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementator memiliki sifat atau pandangan berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga tidak akan berjalan dengan efektif.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, mengenai disposisi petugas pelaksana distribusi Raskin di Desa Lingga Raja I disimpulkan bahwa, petugas memiliki sikap yang baik ketika melakukan penyaluran Raskin hingga sampai kepada RTS-PM, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara masyarakat penerima Raskin yang menyatakan bahwa mereka selalu diberikan informai mengenai tanggal kedatangan Raskin, selain itu mereka juga selalu dilayani dengan baik dalam pengambilan Raskin. Tetapi masih ada masyarakat penerima Raskin berpendapat perlu adanya pembenahan dalam masalah pelayanan. Berdasarkan indikator mengenai disposisi implementator dalam hal pengimplementasian program Raskin yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan imlementator memiliki disposisi yang cukup baik.


(39)

5.2 Masalah atau Kendala dalam Implementasi Program Raskin

Program Raskin sebagai salah satu program pemerintah yang berkelanjutan dan bertujuan sebagai upaya untuk mengurangi pengeluaran dari rumah tangga misikin sebagai bentuk dukungan alam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dan bertujuan membantu kelompok miskin dan rentan miskin untuk mendapatkan cukup pangan dan nutrisi karbohidrat tanpa kendala ternyata mendapatkan sambutan yang sangat baik dari masyarakat, terlebih dari masyarakat yang menjadi sasaran dari program ini. Melalui program Raskin, masyarakat merasa mendapat perhatian oleh pemerintah, mereka merasa pemerintah memiliki peran dalam kelangsungan hidup mereka.

Dalam pengimplementasian program Raskin di Desa Lingga Raja I, masih terdapat beberapa masalah atau kendala yang dihadapi. Diantaranya seperti kesalahan data Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat Raskin, karena data dari Badan Pusat Statistik tidak pernah berganti dari tahun 2011. Keterlambatan pembagian beras yang tidak terlaksana setiap bulannya, hal ini dikarenakan keterlambatan kedatangan beras. Tidak sesuainya harga yang sudah ditetapkan pemerintah dengan yang terjadi di lapangan. Adanya kenaikan harga yang ditetapkan, baik Kepala Desa maupun Kepala Dusun. Kualitas beras yang tidak bagus dan tidak layak yang diterima masyarakat. Walaupun demikian, masyarakat tetap berharap program ini akan terus ada dan bersifat berkelanjutan.


(40)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Desa Lingga Raja I terlaksana dengan cukup baik, tetapi masih terdapat kekurangan di berbagai aspek. Hal ini karena pelaksanaan distribusi Raskin di desa ini sebagian sudah dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Umum Raskin, tetapi sebagian belum dilakukan berdasarkan Pedoman Umum. Dari segi standar dan sasaran kebijakan, masih minimnya kriteria yang sudah terlaksana dengan baik yang sesuai dengan Pedoman Umum Raskin, yang sudah terlaksana yaitu tepat jumlah. Sedangkan tepat sasaran, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi belum terlaksana dengan baik dan benar. Berdasarkan sumber daya, yang pertama sumber daya manusia, kualitas aparatur desa dalam mengimplementasikan program Raskin sudah tergolong baik, karena dari hasil penelitian diketahui bahwa para aparatur Desa sudah mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik walaupun dalam kualitas pelayanan masih harus diperbaiki. Yang kedua sumber daya finansial, masyarakat di Desa Lingga Raja I memiliki sumber daya finansial yang cukup baik, karena masyarakat Desa Lingga Raja I selalu memberli Raskin setiap Raskin datang dan tidak pernah tidak membeli dengan alasan tidak memiliki uang. Berdasarkan komunikasi dan koordinasi antar instansi, terlaksana dengan kurang baik. Hal ini dikarenakan komunikasi yang dilakukan hanya pada saat Rapat Koordinasi. Dan tidak adanya sosialisasi secara langsung kepada masyarakat untuk menjelaskan apa maksud dan tujuan dari program Raskin ini. Sehingga masyarakat tidak hanya menerka-nerka dan membuat kesimpulan sendiri tentang maksud dan tujuan program Raskin. Berdasarkan disposisi implementor, sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan aparatur Desa selalu menginformasikan kedatangan beras

6.2 Saran

Berdasarkan analisa dan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan saran-saran yang nantinya diharapkan dapat


(41)

memperbaiki maupun menyempurnakan pelaksanaan Implementasi Program Raskin di Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi di tahun-tahun berikutnya. Saran-saran yang dimaksud meliputi:

1. Pembenahan penyaluran Program Raskin kedepannya dapat dilakukan melalui pembenahan oleh pihak BPS agar dapat melaksanakan pendataan warga miskin setiap tahunnya. Jika tidak ada pendataan, seperti di Desa Lingga Raja I, sudah sejak 2011 tidak dilakukan pendataan, maka data yang dikeluarkan oleh BPS mengenai penerima Raskin bisa berubah menjadi data yang tidak sesuai dengan kriteria, karena ada warga dengan kondisi ekonomi yang cukup mapan tapi masih mendapatkan Raskin, jika hal ini terus terjadi, maka lama-kelamaan akan terjadi kecemburuan sosial antara masyarakat yang tidak menerima raskin dengan masyarakat yang menerima Raskin.

2. Perlu adanya kebijakan dan sanksi yang tegas kepada Pemerintah Daerah selaku pendukung pelaksanaan Raskin di wilayahnya, agar bisa merealisasikan dana dari APBD untuk keperluan biaya angkut dan transportasi dari titik distribusi ke setiap RTS-PM, jika hal ini dapat terjadi tentu akan mengurangi beban RTS-PM dalam mengurangi biaya transportasi.

3. Aparatur Desa Lingga Raja I sebaiknya melaksanakan program Raskin sesuai dengan aturan dari pemerintah dan aturan yang terdapat di buku pedoman umum, karena kebijakan-kebijakan pribadi yang diambil secara sepihak oleh aparatur dalam pengimplementasian program Raskin dapat merugikan masyarakat, selain itu aparatur juga perlu menciptakan transparansi mengenai harga Raskin dan biaya transportasi yang seharusnya dibayar oleh masyarakat untuk menghindari adanya kecurigaan oleh pihak lain.

4. Saran-saran yang muncul dari masyarakat mengenai Implementasi Program Raskin di Desa Lingga Raja I yaitu, masyarakat mengharapkan agar Program Raskin terus berjalan kedepannya, dan mereka terus menjadi sasaran dalam program ini, hal ini menunjukkan bahwa RTS-PM sudah mencapai tingkat ketergantungan terhadap program ini, selain itu pemerintah baik Dinas Sosial maupun Bulog sangat diharapkan untuk dapat memperbaiki kuaitas Raskin yang dibagikan kepada RTS-PM, meskipun selama ini Raskin yang didistribusikan adalah Raskin yang masih layak konsumsi, tetapi sering sekali masyarakat mendapat Raskin yang berkualitas kurang bagus, baik dari warna nya, keadaan nya maupun aroma dari Raskin yang sudah berbau. Selain itu masyarakat juga berharap agar harga Raskin bisa lebih


(42)

diturunkan dari harga jual saat ini, mereka juga berharap akan adanya penambahan kuota Raskin setiap bulannya.


(43)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berupaya mengungkapkan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat individu dan keadaan sosial yang timbul dalam masyarakat untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong 2007:3), pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatanterhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya. Dengan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang implementasi program Raskin (Beras Miskin) pada Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi.

2.2 Lokasi Penelitian

Berdasarkan pada judul penelitian, maka penelitian ini dilaksanakan di Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara.

2.3 Informan Penelitian

Subjek penelitian yang menjadi informan yang dapat memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seorang atau sekelompok orang yang benar-benar mengetahui persoalan atau masalah tertentu yang dari orang tersebut dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya. Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua jenis yaitu informan kunci dan informan utama. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan


(44)

dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

1. Informan kunci adalah Kepala Desa dan Kepala Dusun V Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi.

2. Informan utama adalah masyarakat penerima manfaat Raskin yang bertempat tinggal di Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, keterangan, dan informasi yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan melalui:

a. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan Tanya jawab secara langsung untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam kepada pihak-pihak yang terkait.

b. Observasi atau pengamatan, yaitu pengamatan langsung pada suatu objek yang akan diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik ini dilakukan menggunakan instrument sebagai berikut:

a. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

b. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.


(45)

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan data, sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi.

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono 2009:55-56) terdapat tiga alur kegiatan yang dapat berjalan secara bersamaan, yaitu:

a) Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemutusan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Tentu saja proses reduksidata ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru dilaksanakan analisis, namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit, sehingga selain meringankan kerja peneliti juga memudahkan peneliti dalam melakukan kategorisasi data yang sudah ada.

b) Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti memahami data yang diperoleh selama penelitian dibuat dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan, atau bentuk tabel. c) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah usaha penarikan arti data yang telah ditampilkan, sejauh mana pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dala proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema-tema yang sama, pengelompokan dan pencarian kasus negatif (kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang).

Jadi analisis data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dan melakukan analisis terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang ditetliti kemudian menarik kesimpulan.


(46)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Problematika pembangunan yang sedang dihadapi Negara Indonesia semakin kompleks dan mencakup berbagai bidang, baik politik, sosial, ekonomi, budaya, stabilitas nasional, maupun pertahanan, dan keamanan. Dalam kegiatan pemerintahan, banyak permasalahan dan urusan yang harus diselesaikan berkaitan dengan semakin berkembangnya pembangunan yang dilaksanakan. Agar dapat melancarkan jalannya roda sistem pemerintahan, wilayah Indonesia dibagi dalam wilayah yang lebih kecil sebagaimana ditegaskan dalam pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 yang berbunyi “Pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan Negara, dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa”.

Dengan adanya pemberian otonomi kepada daerah Kabupaten/Kota, maka memungkinkan daerah yang diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Salah satunya adalah upaya penanggulangan kemiskinan. Masalah kemiskinan menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara tepat dan terpadu yang melibatkan berbagai sektor, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Upaya-upaya tersebut telah dicantumkan menjadi salah satu program prioritas dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2008.

Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum Bulog


(47)

diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan, yang penyediaannya mengutamakan pengadaan beras dari gabah petani dalam negeri.

Dasar hukum dari pelaksanaan program Raskin adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 2. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 3. Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

4. Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun

anggaran 2015.

5. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan.

6. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG.

7. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

8. Peraturan pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

9. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

10. Peraturan Presiden RI No. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

11. Peraturan Presiden RI tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015.

12. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.

13. Permendagri No. 21 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah..

14. Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi, Kabupaten/Kota.

15. Permenkeu tentang Penunjukan Kementerian Sosial sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) program Raskin.

16. Permensos No. 24 Tahun 2013 tentang Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan. 17. Kepmenko Kesra No. 29 Tahun 2014 tentang Tim Koordinasi Raskin Pusat. 18. Instruksi Mendagri No: 541/3150/SJ Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Pembagian


(48)

19. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No: 900/2634/SJ Tahun 2013 tentang pengalokasian biaya penyaluran raskin dari Titik Distribusi ke Titik Bagi.

Pemerintah berupaya mengajak partisipasi aktif masyarakat dengan mengacu pada teori Bottom-Up. Dalam hal ini, pemerintah berharap masyarakat dapat terpacu untuk bisa menembus perangkap kemiskinan sehingga dapat mengurangi jumlah masyarakat miskin. Salah satu programnya adalah Program Beras Miskin (Raskin). Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin) adalah sebuah program dari pemerintah. Program ini dilaksanakan di bawah tanggungjawab Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 dan Nomor : PKK-12/07/2003, yang melibatkan instansi terkait, pemerintah daerah, dan masyarakat. Program Raskin merupakan subsidi pangan sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan terhadap keluarga miskin melalui pendistribusian beras yang diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin berdasarkan PAGU (Plafon Gubernur).

Program Raskin pada dasarnya merupakan kelanjutan dari Program Operasi Pasar Khusus (OPK) yang dilaksanakan pada Juli 1998 dibawah Program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Beberapa penyesuaian yang telah dilakukan antara lain meliputi perubahan nama, jumlah beras per rumah tangga, frekuensi distribusi, sumber dan jenis data sasaran penerima manfaat, dan penyediaan lembaga pendamping. Pada tahun 2002, pemerintah mengganti nama Operasi Pasar Khusus (OPK) menjadi Program Raskin agar lebih mencerminkan sifat program, yakni sebagai bagian dari program perlindungan sosial bagi Rumah Tangga Miskin (RTM), tidak lagi sebagai program darurat penanggulangan krisis ekonomi. Penetapan jumlah beras per bulan per RTM yang awalnya 10 kg, dan beberapa tahun berikutnya bervariasi dari 10 kg hingga 20 kg, dan pada tahun 2009 menjadi 15 kg. Frekuensi distribusi awalnya sebanyak 12 kali, pada tahun 2006 berkurang menjadi 10 kali, dan pada tahun 2007 sampai saat ini kembali menjadi 12 kali per tahun. Sasaran penerima manfaat yang sebelumnya menggunakan data keluarga prasejahtera (KPS) dan keluarga sejahtera 1(KS-1)


(49)

alasan ekonomi hasil pendataan BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional), Sejak 2006 berubah menggunakan data RTM hasil pendataan BPS (Badan Pusat Statistik). Program ini dilaksanakan sebagai konsekuensi dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang subsidinya ditarik oleh pemerintah pusat. Kenaikan harga BBM tersebut jelas berdampak pada naiknya harga sembilang bahan pangan pokok, salah satunya beras.

Program Raskin bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah bagi masyarakat dengan harga Rp. 1.600,00/kg(Netto) di Titik Distribusi. Sasaran Program Raskin ini adalah meningkatkan akses pangan kepada keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam rangka menguatkan ketahanan pangan rumah tangga dan mencegah penurunan konsumsi energi dan protein. Program Raskin perlu dilaksanakan agar masyarakat miskin benar-benar bisa merasakan manfaatnya, yakni dapat membeli beras berkualitas dengan harga yang terjangkau. Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggungjawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke Titik Distribusi dipegang oleh Perum Bulog

Pemberian bantuan kepada keluarga miskin sudah sangat baik dilakukan pemerintah, tetapi dalam pelaksanaannya terjadi banyak penyimpangan. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa masalah yang dihadapi dalam penyaluran Beras Raskin. Jika diamati berdasarkan Indikator Ketepatan program ini, maka ada 6 indikator yang harus dipenuhi yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat kualitas. Implementasi Raskin tidak jarang rentan terhadap penyimpangan. Menurut Lembaga Penelitian SMERU mengatakan bahwa Raskin menjangkau 52,6% rumah tangga miskin, namun rumah tangga tidak miskin yang terjangkau juga relatif tinggi, yakni 36,9%.

Berdasarkan 6 indikator Raskin, ada beberapa indikator yang bermasalah dalam pengimplementasiannya di Desa Lingga Raja I, permasalahan ini diketahui dari pernyataan langsung masyarakat Desa Lingga Raja I, diantaranya yaitu pertama masalah tepat sasaran, masalah tepat sasaran sering tidak sesuai dalam


(50)

pengimplementasiannya akibat kelemahan koordinasi dalam pelaksanaan raskin antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dengan pemerintah kota, kecamatan, kelurahan dan desa yang menyebbakan keusangan data mengenai jumlah warga miskin. Akibatnya, jumlah warga miskin yang didata bisa lebih besar ataupun lebih kecil dari jumlah yang sebenarnya, sehingga raskin yang dibagikan akan berdampak pada kekurangan ataupun kelebihan jatah, di daerah penelitian juga diketahui adanya masalah tidak tepat sasaran dalam pengimplementasian program ini.

Kedua, tepat harga, naiknya harga raskin yang harus ditebus warga disebabkan oleh alasan yang seringkali dimunculkan para petugas untuk menjawab ketidaktersediaan dana untuk pengangkutan (distribusi beras atau biaya transportasi), dan lain-lain. Akibatnya, biaya ini dibebankan kepada warga, sehingga tidak heran kalau harga awal berbeda dengan harga di lapangan. Di Desa Lingga Raja I juga terjadi perbedaan harga dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah., harga Raskin yang harus dibayarkan oleh masyarakat adalah Rp. 32.000 per karung, hal ini menunjukkan perbedaan harga yang signifikan, karena harga Raskin yang dianjurkan oleh pemerintah adalah Rp. 1.600 per kg atau Rp. 24.000 per karung.

Ketiga, tepat waktu, perbedaan tanggal realisasi raskin tiap bulannya menjadi masalah tersendiri dalam implementasi program ini, tidak adanya ketentuan tanggal per bulannya menyebabkan banyak warga yang tidak mendapat kepastian mengenai program ini. Di Desa Lingga Raja I, masalah ini juga sering terjadi, tidak ada tanggal kepastian kapan Raskin dapat diambil setiap bulannya, bahkan terkadang realisasi Raskin bisa dirangkap menjadi 2 bulan sekali dan jatah diberikan sebanyak 30 kg/RTS.

Keempat, tepat administrasi, masalah tepat administrasi menjadi masalah tersendiri dalam pengimplementasian program ini, banyaknya warga yang enggan berurusan dengan administrasi dan tidak tahu dengan mekanisme administrasi seringkali menimbulkan celah-celah untuk memanipulasi data yang ada. Masalah yang terjadi dalam pengimplementasian program Raskin di Desa Lingga Raja I, yaitu setiap warga yang menerima Raskin rata-rata tidak memiliki kartu Raskin, bahkan hal ini terjadi sejak awal Raskin ini didistribusikan.


(51)

Kelima, tepat kualitas, masalah tepat kualitas menjadi masalah tersendiri yang dampaknya langsung dirasakan oleh RTS-PM. Di Desa Lingga Raja I, masalah tepat kualitas ini juga sering sekali terjadi. Secara kasat mata, setiap warga tidak mengetahui bagaimana kualitas beras yang diberikan kepada mereka, karena jatah 15 kg beras diambil dengan menggunakan karung yang tertutup sehingga warga tidak bisa memilih, tidak jarang warga desa Lau Gumba mendapatkan beras yang berbau, beras yang pecah, berwarna kekuningan dan bahkan ada yang berkutu, tetapi tidak jarang pula warga mendapat kualitas beras yang cukup baik. Hal inilah yang terkadang dikeluhkan oleh masyarakat setempat.

Dari pemaparan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Program RASKIN (Beras Miskin) (Pada Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi).”

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Program RASKIN (Beras Miskin) (Pada Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi)?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi program Raskin (Beras Raskin) di Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi.

2. Untuk mengetahui masalah atau kendala dalam implementasi program Raskin (Beras Raskin) di Desa Lingga Raja I, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi.

1.4 Manfaat Penelitian


(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….………. iv

DAFTAR BAGAN………. vii

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN……….. ix

BAB I PENDAHULUAN……….…. 1

I.1 Latar Belakang……….……….. 1

I.2 Rumusan Masalah………..……… 6

I.3 Tujuan Penelitian……….……….. 6

I.4 Manfaat Penelitian……….……… 7

I.5 Kerangka Teori……….………. 7

I.5.1 Kebijakan Publik……… 8

I.5.1.1 Pengertian Kebijakan Publik.………... 8

I.5.1.2 Tahapan Kebijakan Publik..………. 9

I.5.2 Implementasi Kebijakan……….……….. 11

I.5.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan……….. 11

I.5.2.2 Model Implementasi Kebijakan………. 12

I.5.3 Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)………..………. 18

I.5.3.1 Pengertian Raskin……….………. 18

I.5.3.2 Tujuan, Sasaran, dan Manfaat Program Raskin………. 21

I.5.3.3 Penentuan Pagu……….……. 22

I.5.3.4 Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat…….……. 24


(2)

I.6 Defenisi Konsep………... 27

1.7 Defenisi Operasional………... 28

I.8 Sistematika Penulisan……….. 30

BAB II METODE PENELITIAN……….. 31

II.1 Bentuk Penelitian……….... 31

II.2 Lokasi Penelitian……… 31

II.3 Informan Penelitian……… 31

II.4 Teknik Pengumpulan Data………. 32

II.5 Teknik Analisis Data……….. 33

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN.………... 34

III.1 Profil Wilayah Desa Lingga Raja……..………... 34

III.2 Batas Wilayah………... 34

III.3 Demografi Penduduk……… 35

III.3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……….. 35

III.3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia……… 35

III.3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan………. 36

III.3.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian……… 36

III.3.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama………. 37

III.3.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis……… 37

III.4 Sarana dan Prasarana………. 38

III.4.1 Prasarana Air Bersih……….. 38


(3)

III.4.3 Prasarana Peribadahan………... 38

III.5 Bagan Organisasi Kepemerintahan………...… 39

III.6 Pengorganisasian………... 40

BAB IV PENYAJIAN DATA………. 49

IV.1 Identitas Informan………. 49

IV.1.1 Identitas Informan Kunci……….………. 50

IV.1.2 Identitas Informan Utama………. 50

IV.1.3 Waktu Wawancara Informan Utama………. 52

IV.2 Hasil Wawancara……….. 52

IV.2.1 Hasil Wawancara Informan Kunci……… 52

IV.2.2 Hasil Wawancara Informan Utama………... 57

BAB V ANALISIS DATA……….. 66

V.1 Implementasi Program Raskin (Beras Miskin)……….. 66

V.1.1 Standar dan Sasaran Kebijakan………..……… 67

V.1.2 Sumber Daya……….. 68

V.1.3 Komunikasi dan Koordinasi Antar Instansi…………..………. 70

V.1.4 Disposisi Implementor……… 71

V.2 Masalah atau Kendala Dalam Implementasi Program Raskin……..………. 72

BAB VI PENUTUP………. 73

VI.1 Kesimpulan………... 73

VI.2 Saran………. 74 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR BAGAN


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3.1.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin………... 35

Tabel 3.3.2.1 Distribusi penduduk berdasarkan Tingkat Usia……….. 35

Tabel 3.3.3.1 Distribusi penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan…………... 36

Tabel 3.3.4.1 Distribusi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian……….. 36

Tabel 3.3.5.1 Distribusi penduduk berdasarkan Agama………... 37

Tabel 3.3.6.1 Distribusi penduduk berdasarkan Etnis……….. 37

Tabel 3.4.1.1 Prasarana Air Bersih………... 38

Tabel 3.4.3.1 Prasarana Peribadahan……… 38

Tabel 4.1.1.1 Identitas Informan Kunci……… 50

Tabel 4.1.2.1 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin……… 50

Tabel 4.1.2.2 Distribusi Data Informan Berdasarkan Usia………... 50

Tabel 4.1.2.3 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pendidikan……… 51

Tabel 4.1.2.4 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pekerjaan………... 51

Tabel 4.1.2.5 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga………... 51


(6)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 2: Surat Permohonan Judul Skripsi Lampiran 3: Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran 4: Surat Undangan Seminar Proposal Lampiran 5: Jadwal Seminar Proposal

Lampiran 6: Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran 7: Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran 8: Surat Izin Penelitian dari FISIP USU

Lampiran 9: Surat Izin Penelitian dari Kantor Kepala Desa Lingga Raja I

Lampiran 10: Pedoman Wawancara Untuk Informan Kunci dan Informan Tambahan