masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. 5. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali6 bulan. 6. Dapat
memperoleh berita dari surat kabarTVmajalah. 7. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi
daerah setempat.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
keluarga yang dapat memenuhi kriteria seperti: secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan
sosial masyarakat dalam bentuk materiil, kepala keluarga atau anggota keluarga
aktif sebagai
pengurus perkumpulanyayasaninstitusi
masyarakat.
f. Keluarga Miskin
Yaitu keluarga pra sejahtera yang tidak dapat memenuhi salah satu indikator, seperti: paling kurang sekali seminggu keluarga makan
dagingikantelur, setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru, dan luas lantai rumah paling kurang
8 m2 untuk tiap penghuni.
g. Keluarga Miskin Sekali
Adalah keluarga pra sejahtera alasan ekonomi yang tidak dapat memenuhi salah satu indikator, seperti: pada umumnya anggota keluarga
makan 2x sehari atau lebih, anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerjasekolah, bepergian dan bagian lantai yang terluas
bukan dari tanah http:www.bkkbn-jatim.go.id, diakses pada 27 Mei 2016.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Kebutuhan
Kebutuhan adalah sesuatu yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu makan, minum,
perumahan, pakaian maupun keperluan pelayanan sosial tertentu transportasi,
kesehatan dan pendidikan.
Sebagai upaya untuk memenuhi kondisi kehidupan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan hak asasi manusia, pemenuhan kebutuhan dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kondisi kehidupan akan semakin sejahtera apabila semakin banyak kebutuhan dapat
terpenuhi Soetomo, 2010:314.
2.2.5 Jenis - Jenis Kebutuhan
Maslow membagi kebutuhan manusia dalam beberapa tingkatan yaitu: a.
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar atau tingkat terendah yang diperlukan seorang
manusia seperti: kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya. b.
Kebutuhan rasa aman Kebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan yang diperlukan seseorang agar
tetap merasa aman dari ancaman, bahaya, pertentangan dan sebagainya. c.
Kebutuhan untuk merasa memiliki Kebutuhan untuk merasa memiliki merupakan kebutuhan yang diperlukan
seseorang untuk diterima oleh kelompok seperti berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai.
d. Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan manusia untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
Universitas Sumatera Utara
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diri
Kebutuhan untuk
mengaktualisasi diri
merupakan kebutuhan
untuk menggunakan potensi dan skill yang dimiliki, kebutuhan untuk berpendapat,
menentukan penilaian
terhadap sesuatu.
http:id.wikipedia.orgwiki Kebutuhan_primer
diakses pada tanggal 1 April 2016. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kebutuhan keluarga adalah segala sesuatu yang dibutuhkan keluarga baik untuk tetap hidup maupun sebagai penunjang hidup.
2.3 Pemulung Secara Umum 2.3.1 Pengertian Pemulung
Pemulung menurut Shalih dalam jurnal Suhendri: 2015 adalah orang yang memungut, mengambil, mengumpulkan dan mencari sampah baik perorangan
maupun kelompok. Bekerja sebagai pemulung memiliki resiko bahaya yang cukup besar karena tempat kerja yang sangat berbahaya dan tidak adanya perlindungan
kerja yang maksimal. Paling tidak mereka melindungi diri mereka secara sederhana, peralatan yang digunakan juga jauh dari kata aman.
Dalam bekerja, pemulung biasanya membawa alat yang berguna untuk mendukung pekerjaannya sebagai pengumpul barang bekas, antara lain:
a. Keranjang, yang dipanggul di pundak yang berguna untuk menampung
barang hasil mulung. b.
Ganco, digunakan sebagai alat pengambil sampah untuk mempermudah pemungutan sampah.
Pemulung digolongkan ke dalam definisi kerja sektor informal, yaitu sebagai bagian dari sistem ekonomi yang tumbuh untuk menciptakan kerja dan bergerak di
Universitas Sumatera Utara
bidang produksi serta barang dan jasa, dan dalam usahanya menghadapi keterbatasan modal, keterampilan, dan pengetahuan.
Sektor informal terjadi karena adanya faktor pendorong dan faktor penarik yang membuat masyarakat melirik sektor ini. Faktor pendorong adalah hal-hal yang
mendorong angkatan kerja untuk meninggalkan tempatnya mencari kemungkinan yang lebih untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan di kota. Sedangkan faktor
penarik umumnya terpusat di kota. Adapun faktor pendorong dan penarik masyarakat menjadi pemulung, antara
lain:
Gambar 2.1 Faktor Pendorong Menjadi Pemulung
Sumber Data : Penelitian Karjadi Mintaroem, penghasilan pemulung di Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya pada tahun 1999
Pemulung
Kebutuhan Ekonomi
Pekerjaan Lain Yang Dirasa Sulit
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Faktor Penarik Menjadi Pemulung
Sumber Data : Penelitian Karjadi Mintaroem, penghasilan pemulung di Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya pada tahun 1999
2.3.2 Kondisi Pemulung
A. Kondisi Pemulung Ditinjau Dari Dimensi Sosial Ekonomi
Keberadaan pemulung berperan dalam pembangunan meskipun tampaknya remeh. Disamping perannya dalam menciptakan lapangan kerja untuk dirinya sendiri
dalam memenuhi penghasilan untuk keluarga. Oleh karena itu, seharusnya para pemulung mendapatkan pembinaan yang tepat agar dapat menempatkan diri dalam
masyarakat www.penghasilan-pemulung diakses pada 23 Februari 2016. Selain itu, pemulung turut serta dalam menghemat devisa Negara dalam
kegiatan ekonominya, terutama dalam penyiapan bahan baku yang murah dari barang-barang bekas. Seperti, gelas, plastik, besi, kaleng, kertas, karton, dan
sebagainya. Barang-barang itu akan diolah kembali oleh pabrik-pabrik dengan proses daur ulang untuk dijadikan barang-barang yang bermanfaat dan turut menggiatkan
kegiatan ekonomi. Meskipun mereka tidak berdaya untuk mempertahankan haknya Pemulung
Tidak Diperlukan Keterampilan dan
Dari Pada Menganggur
Pendapatan Lumayan dan
Pekerjaan Yang Halal
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan pengorbanan yang telah mereka lakukan. Ini dapat terlihat dari harga barang-barang bekas dari pemulung relatif murah jika dibandingkan dengan harga
jual pengepul ke pabrik-pabrik. B.
Kondisi Pemulung Ditinjau Dari Dimensi Sosial Budaya Ditinjau dari kondisi sosial budaya, para pemulung digolongkan ke dalam
kelompok masyarakat yang memiliki sub kultur tersendiri, yaitu kultur yang memcerminkan budaya atau kebiasaan-kebiasaan hidup dari golongan masyarakat
miskin. Tata nilai dan tata norma yang ada berbeda dengan tata nilai dan tata norma dalam masyarakat, dan biasanya cenderung dinilai negatif.
Namun dari sudut pandang mereka, apa yang ada itu tidak dianggap sebagai suatu yang kurang baik, walaupun oleh sebagian besar masyarakat cara hidup mereka
dianggap kurang wajar, karena tampak menyimpang dari tujuan yang biasa diidam - idamkan oleh warga masyarakat pada umumnya. Pada dasarnya para pemulung ingin
hidup bebas, tidak mau terikat dengan aturan dan norma, sehingga bila dibandingkan dengan kondisi yang ada dikalangan masyarakat lainnya timbul perbedaan yang
mencolok, terutama pada segi estetika, etika dan idealisme hidup. Dalam kehidupan, pemulung yang tergolong masyarakat miskin, rasa estetika
tanpaknya sangat rendah. Misalnya, mereka tidak merasa perlu berpenampilan rapi. Terkadang, walaupun belum mandi mereka sudah berkeliaran kemana-mana dengan
pakaiaan kumal dan kotor. Berpenampilan seperti itu tentu saja kurang diterima masyarakat di tempat umum, karena mengganggu pemandangan dan menyebarkan
bau yang kurang sedap terhadap orang - orang sekelilingnya. Rasa etika hidup juga banyak dijumpai hal-hal yang kurang baik. Seolah-olah mereka tidak mengenal rasa
malu. Pakaiaan yang mereka kenakan kurang sopan untuk dikenakan di tempat umum.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan tentang idealisme hidup, mereka tidak terlalu berpikir ke depan. Mereka mengutamakan kebutuhan sesaat. Oleh karena itu, banyak diantara pemulung
cenderung beristirahat mencari barang-barang bekas apabila merasa telah mendapatkan sejumlah uang untuk beberapa hari. Walaupun pemulung digolongkan
ke sub kultur semacam ini, namun sebenarnya mereka masih memiliki kondisi sosial budaya yang lebih baik daripada gelandangan dan pengemis. Mereka memiliki etos
kerja yang lebih tinggi. Hasrat untuk mandiri cukup besar, sehingga pemulung lebih bisa
diarahkan dan
dibina kepada
kehidupan yang
lebih baik
www.kegiatan.pemulung diakses
pada 23 Februari 2016. C.
Kondisi Pemulung Ditinjau Dari Dimensi Lingkungan Ditinjau dari dimensi lingkungan peran pemulung sangat besar. Mereka ikut
andil dalam menciptakan kebersihan di lingkungan perkotaan. Dengan jalan mengurangi volume sampah dari jenis yang justru tidak dapat atau sukar hancur
secara alamiah. Dalam kegiatannya mengumpulkan barang-barang bekas, para pemulung tidak atau kurang memikirkan kebersihan dan keindahan lingkungan.
Rupanya mereka merasa tidak wajib untuk turut menjaga keindahan dan kebesihan lingkungan. Seperti, banyak diantara mereka dengan seenaknya mendirikan gubuk-
gubuk luar di sembarang tempat dan menumpuk barang-barang bekas di depan gubuk mereka.
2.3.3 Landasan Hukum Tentang Pemulung
1 UU Dasar RI 1945 pasal 27 ayat 2 dan pasal 34
Pasal 27 ayat 2: “ tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 34 ayat 2: “negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan”. 2
UU RI Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.
2.3.4 Pengertian Sampah
Sampah merupakan barang sisa yang dianggap tidak berguna lagi dan perlu dibuang Sabarguna, 2008:42. Jenis sampah diantaranya adalah:
a. Organik, sisa makanan, daun, buah, dll.
b. Plastik, botol plastik, kantong plastik, dll.
c. Kaleng atau besi, barang dari bahan kaleng, kaleng makanan, dll.
d. Kertas, koran, buku, kardus, dll.
e. Karet, bahan dari karet seperti ban mobil, dll.
f. Bahan bangunan seperti kaca, semen, dll.
g. Pohon kayu, batang.
h. Besi, paku, dll.
2.3.5 Tempat Pembuangan Akhir Sampah
TPA adalah tempat terkumpulnya semua sampah-sampah kota yang di bawa oleh truk-truk sampah, dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam
pengumpulannya yang kemudian para pemulung memungutnya sesuai dengan jenis- jenis sampah yang bisa di jual dan dapat di daur ulang.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-
hati, seperti: a.
Bukan daerah rawan geologi daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan gempa, dll.
b. Bukan daerah rawan hidrogeologis, yaitu daerah dengan kondisi kedalaman
air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air.
c. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara jarak
minimal 1,5 – 3 km dalam skripsi Arian. 2014.
2.4 Strategi 2.4.1 Konsep Strategi Bertahan Hidup
Manusia seperti makhluk lainnya, mempunyai naluri untuk mempertahankan hidupnya dan hidup lebih lama. Usaha ini dikendalikan oleh aturan pokok dari hidup
yaitu, hidup dalam situasi apapun dengan lebih berkualitas daripada sebelumnya. Ini adalah ide dasar dari bertahan hidup. Bagaimanapun, untuk meraih tujuan ini
seseorang harus menerapkan banyak taktik untuk hidup. Strategi bertahan hidup sebenarnya dibangun pada level individu, akan tetapi
pada tujuannya adalah untuk memperoleh ketahanan dan stabilitas bertahan hidup rumah tangga. Suatu kegiatan dapat dikatakan strategi bertahan hidup ketika kegiatan
diarahkan pada kebutuhan-kebutuhan penting yang diperlukan sekali untuk mempertahankan dan melanjutkan eksistensi.
Menurut Soekanto dalam Penelitian Nabela, 2013, strategi merupakan prosedur yang mempunyai alternatif-alternatif pada berbagai tahapan atau langkah.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, bila strategi dihubungkan dengan kelangsungan hidup maka konsep ini berkaitan dengan bagaimana seseorang menghadapi keadaan sulit dengan berbagai
tantangan dan bagaimana alternatif terhadap langkah-langkah pemecahannya untuk keluar dari tantangan yang dihadapi tersebut agar dapat bertahan hidup.
Kemudian yang dimaksud dengan strategi bertahan hidup disini adalah langkah-langkah berupa kemampuan atau ketahanan yang dilakukan oleh pemulung
di lingkungan tempat akhir sampah Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan dalam menghadapi keadaan sulit yang dialami oleh individu atau keluarga
pemulung tersebut.
Ketidakmampuan manusia dalam memenuhi kebutuhan minimal akan meletakkan mereka pada posisi yang sulit dalam masyarakat. Tidak mampu bersaing
dengan yang lain dalam memanfaatkan peluang yang ada karena keterbatasan pendidikan, keterampilan dan rendahnya motivasi yang pada akhirnya lebih
memperburuk kondisi mereka serta menyebabkan mereka akan terpinggirkan baik secara sosial maupun secara ekonomi. Strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh
keluarga miskin cenderung berbeda karena berbagai faktor, antara lain dilihat dari besarnya jumlah anggota keluarga, penghasilan, serta tempat tinggal, apakah di desa
atau di kota. Strategi rumah tangga adalah pola-pola yang dibentuk oleh berbagai
penyesuaian yang direncanakan oleh manusia untuk memecahkan masalah serta menggunakan sumber-sumber daya untuk memecahkan masalah yang langsung
mereka hadapi. Jadi usaha yang dilakukan manusia adalah agar dapat memenuhi syarat minimal yang dibutuhkan dan persoalan yang langsung mereka hadapi
http:repository.unri.ac.id diakses pada 23 Februari 2016.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat waktu yang baik, pendapatan keluarga pemulung biasanya relatif cukup tinggi dibandingkan dengan tingkat pendapatan di waktu susah. Disatu sisi
waktu atau masa susah harus dihadapi dan terjadi sepanjang tahun, sedangkan di sisi lain keluarga pemulung harus tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup,
dengan segala sumber daya yang dimiliki, mereka mengatasi dan menghadapi masa yang susah dengan cara
– cara mereka sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti Departemen Sosial RI
dalam jurnal Wahyudi. 2007. menunjukkan bahwa kapabilitas keluarga miskin dalam menanggapi goncangan dan tekanan shock and stress merupakan aspek
penting dalam menunjukkan keberfungsian sosial. Secara konseptual aspek ini juga didasari teori coping strategies.
1. Teori Coping Strategies
Coping strategies dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi terdapat berbagai cara yang ditempuh oleh keluarga yang diteliti. Cara-cara tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: a.
Strategi Aktif Yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk melakukan
aktivitas sendiri, melibatkan anggota keluarga untuk ikut bekerja agar dapat membantu kehidupan sehari-hari mereka, seperti melibatkan istri, anak-anak dan
adik, asalkan
tidak mengganggu
aktivitas wajibnya
seperti sekolah,
memperpanjang jam kerja, melakukan kerja sampingan, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar dan sebagainya.
Dalam hal ini teori strategi aktif menjelaskan bahwa strategi bertahan hidup yang dilakukan pemulung adalah menambah jam kerja dari biasanya dan melakukan
kerja sampingan atau tambahan kerja, selain itu juga memanfaatkan anggota keluarga
Universitas Sumatera Utara
untuk ikut bekerja untuk menambah pengahasilan keluarga sehingga kebutuhan dapat terpenuhi.
b. Strategi Pasif
Yaitu mengurangi pengeluaran keluarga misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, pendidikan dan sebagainya. Dalam hal ini, pemulung mempertahankan
hidup dengan cara berhemat yaitu menghemat konsumsi, hal ini disebabkan karena pemulung sudah terbiasa makan seadanya sehingga mereka berhemat dalam
memenuhi konsumsi sembako disamping itu mereka juga berhemat dengan cara menabung sebahagian kecil dari pendapatan mereka.
c. Strategi Jaringan
Yaitu menjalin relasi, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan misalnya meminjam uang tetangga, hutang
ke warung, memanfaatkan program anti kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya.
Jaringan sosial terjadi dalam masyarakat karena manusia pada hakekatnya tidak dapat berhubungan dengan semua manusia yang ada. Hubungan yang terjadi terbatas
pada beberapa orang tertentu, setiap orang akan memilih dan mengembangkan hubungan sosial yang terbatas, hubungan ini dapat berupa hubungan darah,
keturunan, persahabatan, pekerjaan, atau bertetangga http:repository.unri.ac.id diakses pada 23 Februari 2016.
Meminjam merupakan suatu jaringan yang akan menghubungkan individu satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan suatu hubungan antar individu
tersebut. Seperti pemulung mereka menyebar luaskan jaringan mereka agar tetap bertahan hidup di kota dengan harapan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik,
dengan meminjam akan membawa suatu dampak yang lebih baik untuk kehidupan
Universitas Sumatera Utara
mereka. Pemanfaatan dalam peminjaman merupakan alternatif usaha yang dipilih keluarga pemulung dalam mengatasi masalah keuangan mereka .
Dalam hal ini, strategi jaringan menyatakan bahwa strategi bertahan hidup yang dilakukan pemulung adalah memanfaatkan jaringan sosial, seperti kerabat,
teman, tetangga ataupun orang yang dikenal dan dianggap dekat untuk membantu pemulung ketika dalam kondisi sulit, contoh meminjam uang untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Pada penelitian ini, teori digunakan sebagai acuan atau jawaban awal dari
pertanyaan penelitian. Hal ini menuntun penelitian dengan terlebih dahulu menggunakan teori sebagai alat atau ukuran untuk membangun hipotesis pernyataan
sementara, sehingga peneliti secara tidak langsung dapat melihat masalah penelitian.
2.4.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, maka peneliti mencantumkan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah penelitian yang akan diteliti yaitu
tentang strategi bertahan hidup keluarga pemulung. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh
Bedriati Ibrahim Murni Baheram Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau dengan judul
penelitian Strategi Bertahan Hidup Keluarga Pemulung di Desa Salo Kabupaten Kampar. Pada saat waktu yang baik, pendapatan keluarga pemulung di bangkinang
yang diperoleh relatif cukup tinggi dibandingkan dengan tingkat pendapatan di waktu susah. Di satu sisi waktumasa susah harus dihadapi dan terjadi sepanjang
tahun, sedangkan di sisi lain keluarga pemulung harus tetap dapat mempertahankan kelansungan hidup, dengan segala sumber daya yang dimiliki, mereka mengatasi dan
menghadapi masa yang susah dengan cara – cara mereka senidiri.
Berdasarkan hasil penelitian, strategi bertahan hidup pemulung adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Mempertahankan hidup dalam bentuk berhemat, seperti menabung,
menghemat konsumsi dan mengikuti arisan jula - jula. b.
Mempertahankan hidup dalam bentuk meminjam kepada tetangga, famili kerabat dan induk semang.
Hal ini disebabkan karena dengan menghemat konsumsi mereka menjaga harga diri sebab mereka tidak mau disepelekan orang lain. Sedangkan cara bertahan
hidup pemulung dengan meminjam kepada tetangga adalah karena mereka merasa mempunyai hubungan sosial yang dekat sehingga mereka berani dan percaya diri
untuk meminjam. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Cici Citra Dwi Jaya dengan judul
penelitian Strategi Bertahan Hidup Keluarga Pemulung di Lingkungan TPA Pakusari Desa Kertosari, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember. Strategi
pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga pemulung adalah sebagai berikut: a.
pengelolaan penghasilan yaitu, pemulung menekan biaya pengeluaran dan menghindari resiko pengeluaran berlebihan
b. diversifikasi yaitu, pekerjaan sampingan diluar jam kerja sebagai pemulung
dan adanya anggota keluarga yang ikut bekerja agar dapat membantu pendapatan keluarga
c. pemanfaatan jaringan sosial yaitu, merupakan suatu bentuk hubungan
kekerabatan antara pemulung, tetangga, pengepul, dan pihak TPA Pakusari sehingga terdapat hubungan timbal balik seperti halnya tolong menolong,
pinjam meminjam uang dan saling ketergantungan antar satu dengan yang lain dalam kehidupannya.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nessa dengan judul penelitian Strategi Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Pada Rumah Tangga Pemulung di Lingkungan
Universitas Sumatera Utara
TPA Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Padang. Menurut penuturan bapak Yonedi selaku pengawas di Tempat Pembuangan Akhir TPA
Sampah Balai Gadang dan juga termasuk penampung di Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah Balai Gadang pendapatan keluarga pemulung berkisar antara Rp
30.000 – Rp 70.000 per hari itu pun tergantung dari banyak atau sedikitnya
pemasukan barang-barang bekas yang ada di Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah Kelurahan Balai Gadang.
Ini hanya cukup buat makan sehari-hari, jika dirata-ratakan perbulannya maka penghasilan keluarga pemulung berkisar antara Rp 900.000
– Rp 1.500.000 perbulan, paling tidak satu kepala keluarga pemulung memiliki anak antara 3-6 orang
anak, sedangkan mereka juga mampu menyekolahkan anak mereka sampai ke Perguruan Tinggi dan memenuhi biaya
– biaya kebutuhan hidup sehari-hari seperti beras, bahan masak, jajan anak, tabungan dan biaya kesehatan apabila ada keluarga
yang sakit dan keperluan mendadak yang dibutuhkan, apalagi dalam mengkonsumsi makanan mereka lebih bersifat konsumtif dan menghabiskan uang di kedai atau
warung di sekitar Tempat Pembuangan Akhir TPA Sampah Kelurahan Balai Gadang setelah menjual hasil pulungan atau pada malam hari sambil beristirahat di
kedai. Strategi yang dilakukan agar keluarga pemulung bisa bertahan hidup dalam
menghadapi masalah ekonomi antara lain : a.
Memanfaatkan pekarangan rumah b.
Melakukan pekerjaan tambahan c.
Melibatkan anggota rumah tangga d.
Meminjam e.
Menekan pengeluaran rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
f. Menabung
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Nisaul Fadillah dan Wenny Dastina dengan judul penelitian Keluarga Pemulung di Kelurahan Legok, Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi. Umumnya alasan utama memilih profesi sebagai pemulung dilatarbelakangi rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya keterampilan.
Disamping itu, profesi pemulung bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja, tanpa terikat aturan dan modal uang.
Penghasilan yang mereka peroleh setiap hari umumnya tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan minimum dasar karena tingkat pendapatan yang kecil
menyebabkan mereka berada pada standar tingkat hidup yang rendah dibandingkan dengan standar tingkat kehidupan yang umum.
Ketidakmampuan dari sisi ekonomi dan rendahnya tingkat pendapatan mereka berakibat seringnya keluarga pemulung ini meminjam uang kepada tetangga
atau bos lapak. Ketika penghasilan keluarga pemulung saat ini tidak bisa membiayai kebutuhan anak-anak seperti pendidikan, generasi penerus dari keluarga pemulung
ini akan putus sekolah. Minimnya pendidikan akan membawa mereka tidak bisa berkompetisi untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik, sehingga mereka pun tetap
dalam lingkaran kemiskinan seperti orangtuanya.
2.5 Kesejahteraan Sosial 2.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan berasal dari kata sejahtera. Sejahtera ini mengandung pengertian dari bahasa sanse
kreta “catera” yang berarti payung. Dalam konteks ini, kesejahteraan yang terkandung dalam arti catera payung adalah orang yang
sejahtera yaitu orang yang dalam hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan atau kekhawatiran sehingga hidupnya aman tenteram, baik lahir maupun
Universitas Sumatera Utara
bat in. Sedangkan sosial berasal dari kata “socius” yang berarti kawan, teman dan
kerja sama. Orang yang sosial adalah orang yang dapat berelasi dengan orang lain dan lingkungannya dengan baik. Jadi kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai
suatu kondisi dimana orang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berelasi dengan lingkungannya secara baik Fahrudin,2012:8.
Banyak pengertian kesejahteraan sosial yang dirumuskan, baik oleh para pakar pekerjaan sosial maupun PBB dan badan-badan di bawahnya, yaitu:
1 Friedlander dalam Fahrudin. 2012
Menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan - pelayanan sosial dan institusi - institusi yang dirancang untuk membantu
individu-individu dan kelompok-kelompok guna mencapai standar hidup dan kesehatan yang memadai dan relasi-relasi personal dan sosial sehingga
memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan sepenuhnya selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat.
2 Perserikatan Bangsa Bangsa
Kesejahteraan sosial merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu - individu dengan lingkungan
sosial mereka. 3
UU No.6 Tahun 1974 Pasal 2 Ayat 1 Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materil
atapun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik- baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi
serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila.
Universitas Sumatera Utara
4 UU No.11 Tahun 2009
UU No 6 Tahun 1974 kemudian diganti dengan UU No 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya.
2.5.2 Tujuan dan Fungsi Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan, yaitu: 1.
Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi-
relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya. 2.
Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan
dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan Fahrudin, 2012:10. Adapun fungsi-fungsi kesejahteraan sosial diantaranya adalah:
a. Fungsi Pencegahan Preventive
Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru.
b. Fungsi Penyembuhan Curative
Kesejahteraan sosial
ditujukan untuk
menghilangkan kondisi-kondisi
ketidakmampuan fisik, emosional dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat.
c. Fungsi Pengembangan Development
Universitas Sumatera Utara
Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-
sumber daya sosial dalam masyarakat. d.
Fungsi Penunjang Supportive Fungsi ini mencakup kegiatan - kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sektor
atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain, misalnya dalam membantu pencapaian tujuan kebijaksanaan pemerintah dalam menunjang program
kependudukan dan keluarga berencana dengan jalan mempengaruhi sikap-sikap atau memotivasi orang untuk iku serta mensukseskan keluarga berencana dan
kesejahteraan keluarganya dan mengikutsertakan orang-orang yang berpenghasilan rendah dalam perbaikan rumah sehat Fahrudin, 2012:12.
2.6 Kerangka Pemikiran
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang tidak diharapkan oleh setiap manusia. Untuk menghindari kemiskinan setiap manusia pasti akan berusaha keras
untuk mencukupi kebutuhan hidup demi mempertahankan kelangsungan hidup. Terkhusus rakyat kecil seperti keluarga pemulung yang harus ekstra keras dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemulung adalah salah satu penyakit sosial yang menjadi penyandang
masalah sosial PMKS. Melihat dari pola hidup yang kurang bahkan tidak layak sehingga dijadikan menjadi salah satu PMKS. Setiap manusia tentu tidak ada yang
menginginkan dirinya menjadi seorang pemulung. Tetapi karena ketiadaan skill, rendahnya tingkat pendidikan atau pengetahuan mengharuskan mereka memilih
pilihan menjadi pemulung.
Universitas Sumatera Utara
Pemulung bekerja mencari sampah-sampah yang dibuang atau barang- barang bekas yang masih bisa dijual atau di daur ulang. Sampah-sampah begitu
mudah dijumpai seluruh pelosok, terkhusus di daerah perkotaan. Dimana ada sampah disitu ada rejeki bagi pemulung, salah satunya di tempat pembuangan akhir.
TPA yang menjadi tempat berkumpulnya semua sampah satu kota. Bagi masyarakat yang ekonomi menengah, bagi mereka TPA adalah masalah,
namun bagi pemulung TPA adalah sumber kehidupan mereka. Disana mereka bisa mendapatkan uang. Dengan adanya hal itu membuat pemulung sangat bergantung
dengan TPA. Meskipun para pemulung sangat bergantung dengan TPA dan tidak perlu
pergi jauh untuk memulung tetapi hal itu tidak menjadikan mereka berpuas hati. Mereka harus tetap ekstra keras dalam bekerja untuk mempertahankan kelangsungan
hidup karena melihat dari penghasilan yang diperoleh belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
Dalam menghadapi kondisi tersebut, apa pun akan dilakukan para pemulung demi mempertahankan kelangsungan hidupnya, seperti melibatkan anggota keluarga
untuk ikut bekerja, menabung, berhemat dalam bentuk konsumsi, menambah jam kerja atau meminjam uang kepada orang yang dikenal dan dianggap dekat.
Hal tersebut dilakukan hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga agar tetap bisa mempertahankan kelangsungan hidup, seperti terpenuhinya
kebutuhan pendidikan anak, memiliki rumah yang layak untuk ditempati, terpenuhinya kesehatan keluarga dan terpenuhinya kebutuhan pokok lainnya
makan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Bagan Alur Pikir
Pemulung
Sampah Tempat Pembuangan Akhir
Strategi Bertahan Hidup: 1. Melibatkan anggota keluarga untuk ikut bekerja
agar dapat membantu kehidupan sehari-hari. 2. Berhemat dalam bentuk konsumsi.
3. Menabung. 4. Menambah jam kerja atau melakukan pekerjaan
tambahan. 5. Meminjam uang kepada orang yang dikenal dan
dianggap dekat.
Kesejahteraan
Terpenuhinya kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, perumahan
Universitas Sumatera Utara
2.7 Definisi Konsep