BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan yaitu melakukan teknik wawancara secara mendalam dengan informan, peneliti berhasil
mengumpulkan informasi mengenai strategi bertahan hidup keluarga pemulung di lingkungan tempat pembuangan akhir sampah Kelurahan Paya Pasir Kecamatan
Medan Marelan. Pengumpulan data ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Studi kepustakaan library research yaitu pengumpulan data atau informasi
menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.
2. Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh gambaran tentang kondisi
fisik dan sosial lokasi penelitian dan selanjutnya untuk menggali informasi tentang strategi bertahan hidup keluarga pemulung di lingkungan tempat
pembuangan akhir sampah Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan. 3.
Melakukan wawancara terhadap informan pangkal, informan utama dan informan tambahan untuk mengetahui strategi bertahan hidup keluarga
pemulung di lingkungan tempat pembuangan akhir sampah demi mempertahnkan kelangsungan hidup keluarga.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Hasil Temuan Informan Pangkal
Nama : Poniran
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 51 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Gg. Mushola Lingkungan 1 Kel. Paya Pasir
Pekerjaan : Wiraswasta
Jabatan : Kepala Lingkungan 1 Kel. Paya Pasir
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA Informan kunci yang peneliti wawancarai adalah Poniran, seorang bapak
bersuku jawa beragama islam. Bapak Poniran berusia 51 tahun, pendidikan terakhir bapak Poniran adalah SMA. Bapak Poniran bekerja sebagai wiraswasta yang juga
merupakan Kepala Lingkungan 1 Kelurahan Paya Pasir. Bapak P memiliki seorang istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Jumlah anak bapak Poniran adalah 3
orang, anak pertama dan kedua sudah menikah perempuan dan anak ketiga sudah bekerja perempuan.
Berdasarkan bantuan dari pemerintah, Lingkungan 1 Kel. Paya Pasir memperoleh bantuan berupa Raskin, PKH Program Keluarga harapan, dana BOS,
KIS Kartu Indonesia Sehat dan KKS Kartu Keluarga Sejahtera, sebagian dari pemulung juga mendapatkan bantuan dana tersebut, namun ada juga yang tidak
mendapatkannya dikarenakan pemulung tersebut belum mengurus surat pindah yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa mereka termasuk ke dalam data kependudukan di Kel. Paya Pasir.
Menurut bapak Poniran, kehidupan pemulung tergolong susah, karena masih banyak pemulung yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, jika
dilihat dari hubungan antar pemulung, mereka sangat peduli dengan sesama. Misalnya, jika ada pemulung yang sakit maka mereka mengumpulkan uang untuk
membantu biaya pengobatan. Masalah yang sampai sekarang ini masih sering dikeluhkan oleh pemulung
adalah masalah asap, dimana sering terjadi kebakaran di lahan atau pemukiman sampah tempat pembuangan akhir sampah. Hal ini terjadi karena pantulan cahaya
yang mengenai suatu benda seperti kaca yang menyebabkan timbulnya api Hasil wawancara pada 23 April 2016.
Informan Utama 1
Nama : Irwan Brewo
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Paya Pasir
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SD Informan pertama yang peneliti wawancarai adalah Irwan Brewo, lebih sering
dipanggil dengan sebutan Pak Brewo. Pak Brewo bersuku jawa beragama islam, berusia 38 tahun, pendidikan terakhir Pak Brewo adalah Sekolah Dasar SD.
Pekerjaan utama sebagai pemulung yang juga merupakan ketua pemulung di TPA
Universitas Sumatera Utara
Paya Pasir. Bapak IB bekerja sebagai pemulung sejak berusia 15 tahun. Bapak IB memiliki seorang istri, jumlah anak bapak IB adalah 3 orang, anak pertama SMA
kelas 1 laki-laki, anak kedua kelas 6 SD perempuan dan anak ketiga masih berumur 4 tahun laki-laki, jumlah tanggungan bapak IB adalah 7 orang.
Biasanya pak Brewo memulung dari pukul 08.00 sampai 15.00 dan sesekali sampai pukul 22.00 WIB, setelah itu pak Brewo melanjutkan pekerjaannya dengan
membersihkan dan memilah-milah barang-barang bekas dan plastik yang telah dikumpulkan lalu menjualnya pada toke barang bekas.
Penghasilan yang diperoleh Rp. 50.000 per harinya, waktu pak Brewo untuk memulung banyak tersita dikarenakan dia harus melayani tamu yang datang di
pemukiman. Pak Brewo mengatakan anaknya belum ada yang bekerja dan untuk saat ini hanya dialah yang bekerja untuk mendapatkan penghasilan dan istrinya
terkadang juga membantu menambah penghasilan keluarga yaitu bekerja sebagai tukang cuci.
Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“bapak mulung udah lama dek, sejak lajang dulu sekitar umur 15 tahun. Alasan bapak mulung ya karna gak ada kerja lain. Anak bapak ada 3 orang,
yang pertama sudah SMA kelas 1 cowok, kedua SD kelas 6 cewek, yang ketiga baru umur 4 tahun laki-laki. Tanggungan bapak ada 7 orang termasuk
bapak karna ada orangtua bapak sama adik bapak juga belum nikah. Kalo mulung itu bapak mulai dari jam 8 sampek jam 10 malam. Sehari-hari
adalah dapat 50.000 itu udah bersih itu karena bapak harus melayani orang yang datang berkunjung sehingga bapak harus berhenti ngutip dulu jadinya
jam kerja jadi berkurang” .
Universitas Sumatera Utara
Pengeluaran yang harus dikeluarkan Rp 1.500.000 per bulannya, kebutuhan yang harus dipenuhi antara lain: kebutuhan sekolah anak uang sekolah, buku,
transportasi, makankonsumsi keluarga dalam sehari keluarga makan 3x dan sesekali 2x, dan biaya sewa rumah yang ditempati. Kesehatan keluarga pak Brewo
terpenuhi, hal ini dilihat dari jarang keluarga pak Brewo mengalami sakit. Bapak Brewo memiliki simpanan atau tabungan dari hasil memulung
meskipun jumlahnya tidak banyak, hal ini ditujukan apabila ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi. Alasan pak Brewo bekerja sebagai pemulung adalah
karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa dia dapat apalagi pak Brewo hanya
tamatan Sekolah Dasar saja, disamping itu pak Brewo juga menyatakan bahwa menjadi pemulung tidaklah hal yang susah, dengan modal kekuatan fisik dan tenaga
kita akan mendapatkan uang dengan mencari barang bekas di area TPA. Barang
hasil mulung pak Brewo berupa plastik, akua gelas, goni, dan baju bekas. Kehidupan sosial diantara sesama pemulung menurut pak Brewo sangat baik,
mereka saling tolong-menolong ketika diantara pemulung ada yang mengalami kesusahan.
Jika terjadi kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, maka usaha yang dilakukan pak Brewo agar bisa mempertahankan kelangsungan hidup keluarga
adalah dengan cara meminjam uang kepada tetangga, disamping itu pak Brewo juga melakukan kerja sampingan seperti ngojek untuk menambah pendapatan. Sehingga
pak Brewo dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan
dalam tulisan: “Kalo pengeluaran ada 1.500.000 per bulannya, untuk biaya sekolah anak,
makannya, kebutuhan lainnya. Tabungan adalah sedikit dek, walaupun gak
Universitas Sumatera Utara
banyak, takut nanti terjadi masalah dan butuh biaya banyak. Rumah kami masih punya orang dek alias nyewa. Kalo istri kadang-kadang kerja nyuci
baju orang kadang-kadang dirumah. Bapak dari pancurbatu trus pindah kesini, disini sudah 3 tahun. Barang yang bapak kutip ada akua gelas,
plastik, goni, baju bekas. Orang disini baik-baik dek, kami disini saling membantu kalo ada diantara
kami yang mengalami kesusahan contohnya kecelakan, kan biaya pengobatannya mahal jadi kami ngutip uang dari setiap pemulungnya. Kalo
penghasilan gak cukup untuk memenuhi kebutuhan ya bapak biasanya minjam uang ke tetangga, kadang ngojek. Bapak gak ada dapat bantuan dari
pemerintah, dulu lah ada dapat BLT tapi itu cuma sekali sampek sekarang gak ada lagi, kalo anak disekolah gak ada juga dapat bantuan dari
pemerintah jadi biaya sendiri”.
Analisis data:
Dari data wawancara dan observsi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada bapak Brewo, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar
bapak Brewo memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa didapat oleh bapak Brewo, hal ini juga dapat dilihat dari tingkat
pendidikan bapak Brewo yang akan sulit mendapatkan pekerjaan lain. Salah satu strategi yang diambil oleh bapak Brewo untuk mempertahankan hidup keluarga
adalah dengan strategi jaringan yaitu memanfaatkan jaringan sosial seperti meminta bantuan kepada tetangga meminjam uang ketika ada kebutuhan mendesak yang
harus dipenuhi, strategi pasif yaitu dengan cara menabung sedikit dari penghasilan memulung, dan juga menggunakan strategi aktif yaitu melakukan tambahan kerja
kerja sampingan diluar dari bekerja sebagai pemulung.
Universitas Sumatera Utara
Informan Utama 2
Nama : Erwin
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 34 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Marelan
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SMP Informan kedua dalam penelitian ini adalah Bapak Erwin, seorang bapak
berusia 34 tahun, beragama islam dengan suku jawa, berdomisili di marelan. Beliau memiliki seorang istri, dan 2 orang anak yang berusia 5 tahun perempuan dan anak
kedua berumur 4 bulan perempuan. Pendidikan terakhir bapak Erwin adalah SMP, pekerjaan utama beliau adalah sebagai pemulung, yang mulai memulung dari pukul
09.00 sampai pukul 15.00 WIB, dengan penghasilan yang diperoleh Rp 70.000 per harinya sedangkan pengeluaran setiap bulannya Rp 1.500.000, dari penghasilan
yang diperoleh bapak Erwin jelas tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Bapak Erwin memiliki tanggungan 4 orang, rumah yang ditempati keluarga bapak Erwin merupakan rumah sewa dengan biaya sewa Rp 1.500.000 per
tahunnya. Kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi adalah gizi anak seperti: susu, makan 3x sehari, biaya listrik. Anak bapak Erwin sering mengalami sakit, seperti
demam tinggi dan batuk, sehingga harus mengeluarkan uang lagi untuk biaya pengobatannya. Alasan bapak Erwin memilih bekerja sebagai pemulung adalah
Universitas Sumatera Utara
karena tidak ada pekerjaan lain yang cocok dengannya dan dilihat dari tingkat pendidikan bapak Erwin, hal ini akan mempersulit dia untuk mencari pekerjaan lain.
Kalau dilihat dari segi kepemilikan harta benda, bapak Erwin hanya memiliki TV berukuran minim, kipas angin dan sepeda motor yang sudah sangat tua. Strategi
yang diambil oleh bapak Erwin untuk mempertahankan hidup keluarga adalah dengan memanfaatkan jaringan sosial yaitu meminta bantuan kepada tetangga
seperti meminjam uang ketika ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi selain itu juga menambah jam kerja.
Dalam melakukan strategi tersebut terkadang bapak Erwin mengalami berbagai rintangan seperti sulit mendapat bantuan atau peminjaman uang ke
tetangga karena keadaan tetangga tersebut juga mengalami kesulitan. Namun, setelah bapak Erwin melakukan strategi lain yaitu startegi aktif dengan menambah
jam kerja dapat menambah penghasilan sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“bapak sehari-hari mulung dek, dari jam 9 pagi sampek jam 3 sore, alasan bapak mulung ya karena susah nyari kerja lain, apalagi cuma tamat SMP mana
mau orang memperkerjakan awak ditempat enak. Dalam sehari bapak dapat 70.000 kalo pengeluaran adalah 1.500 000 per bulannya untuk biaya susu anak, makan,
beli minya kereta, listrik. Rumah masih nyewa 1.500.000 satu tahun. Dirumah cuma ada tv kecil, kipas angin dan kereta butut. Tanggungan ada 4 orang termasuk
bapak. Anak bapak dua-duanya sering sakit, kadang demam tinggi kadang batuk. Kalo ada kebutuhan yang mendesak kalo lagi gak ada uang biasanya bapak minjem
Universitas Sumatera Utara
ke tetangga kadang nambah jam kerja biasanya mulai dari jam 9 jadinya mulai dari jam 7 pagi”
Analisis data:
Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada bapak Erwin, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar
bapak Erwin memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa didapat oleh bapak Erwin dan tidak ada kecocokan, hal ini juga dapat
dilihat dari tingkat pendidikan bapak Erwin yang akan sulit mendapatkan pekerjaan lain. Salah satu strategi yang diambil oleh bapak Erwin untuk mempertahankan
hidup keluarga adalah menggunakan strategi jaringan dengan memanfaatkan jaringan sosial yaitu meminta bantuan kepada tetangga seperti meminjam uang
ketika ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, selain itu juga menggunakan strategi aktif yaitu dengan menambah jam kerja dari biasanya.
Informan Utama 3
Nama : Siti Aminah
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 46 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Paya Pasir
Status : Janda
Pendidikan terakhir : SMP Informan ketiga dalam penelitian ini adalah ibu Siti, berusia 46 tahun bersuku
jawa, beragama islam dan merupakan seorang janda. Berdomisili di Paya Pasir, pendidikan terakhir ibu Siti adalah SMP, bekerja sebagai pemulung. Ibu Siti
Universitas Sumatera Utara
memiliki 3 orang anak, anak pertama SMA kelas 2 perempuan, anak kedua SMP kelas 2 laki-laki dan anak ketiga SD kelas 6 laki-laki.
Ibu Siti bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 14.00 WIB. Penghasilan yang diperoleh ibu Siti Rp 50.000 per harinya, sedangkan pengeluaran Rp 2.000.000 per
bulannya. Menurut penuturan beliau penghasilannya itu sangat tidak mencukupi untuk biaya kehidupan keluarga sehari-hari,. Namun, pendapatan dari memulung
tetap ditabungi oleh ibu Siti untuk jaga-jaga jika ada keperluan mendesak. Keluarga ibu Siti jarang mengalami sakit, kesehatan mereka terjaga, sehari-hari keluarga ibu
Siti makan 2x. Rumah yang ditempati ibu Siti adalah warisan dari orang tuanya. Alasan ibu Siti memilih bekerja sebagai pemulung dikarenakan tidak memiliki
keahlian dan keterampilan untuk bisa bekerja di tempat lain, apalagi mencari pekerjaan sekarang sangat sulit.
Jika ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, ibu Siti biasanya meminjam uang kepada tetangga dan terkadang juga melibatkan anggota keluarga
seperti anak untuk ikut bekerja memulung setelah pulang sekolah, supaya bisa menambah pengahasilan keluarga.
Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“sehari-hari ibuk ngutip dek, suami ibuk udah lama meninggal, anak ibuk ada 3 orang, pertama kelas 2 SMA perempuan, kedua kelas 2 SMP laki-laki
yang ketiga kelas 6 SD laki-laki. Ibuk kerja dari jam 8 sampek jam 2, dalam sehari ada dapat 50.000, kalo sebulan pengeluaran ada sampek 2.000.000. Dari
hasil memulung biasanya ibuk simpan untuk ditabung, untuk jaga-jaga nanti kalo ada kebutuhan mendesak, bair gak payah nantinya. Disini ibuk tinggal dirumah
peninggalan orangtua ibuk. Ibuk disini tinggal sama anak-anak aja. Kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
yang harus dipenuhi yaitu biaya sekolah anak, perlengkapannya, makan, keperluan rumah. Alasan ibuk kerja mulung ya karna nyari kerja itu susah gak ada kerja lain.
Kalo dalam keadaan susah ibuk minjem uang ke tetangga, tapi itu jarang biasanya ibuk dibantu sama anak-anak, pulang sekolah mereka ikut mulung juga jadi
nambah uang masuk juga yang penting sekolahnya g ak terganggu”.
Analisis data:
Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada ibu Siti, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar ibu
Siti memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa didapat oleh ibu Siti dan mencari pekerjaan lain sangat sulit. Salah satu strategi
yang diambil oleh ibu Siti untuk mempertahankan hidup keluarga adalah dengan menggunakan strategi jaringan yaitu meminta bantuan kepada tetangga seperti
meminjam uang ketika ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, strategi pasif yaitu dengan cara menyisihkan pendapatan untuk ditabung selain itu juga dengan
melakukan strategi aktif yaitu melibatkan anggota keluarga untuk ikut bekerja.
Informan Utama 4
Nama : Koko
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 40 tahun
Suku : Batak
Agama : Kristen
Alamat : Marelan
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SD
Universitas Sumatera Utara
Informan keempat dalam penelitian ini adalah Bapak Koko, seorang bapak berusia 40 tahun, beragama kristen dengan suku batak, berdomisili di marelan.
Beliau memiliki seorang istri, dan 3 orang anak yang pertama SMA kelas 2 perempuan, anak kedua SMP kelas 3 perempuan dan anak ketiga SD kelas 6
laki-laki. Pendidikan terakhir bapak Koko adalah SD, pekerjaan utama beliau adalah sebagai pemulung, beliau mulai memulung dari pukul 09.00 sampai pukul
18.00 WIB, dengan penghasilan yang diperoleh Rp 70.000 per harinya dari penghasilan tersebut sering disimpan atau di tabung oleh istrinya, sedangkan
pengeluaran setiap bulannya Rp 1.500.000. Bapak Koko memiliki tanggungan 5 orang, rumah yang ditempati keluarga
bapak Koko merupakan rumah sewa dengan biaya sewa Rp 1.500.000 per tahunnya. Kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi adalah makan dan biaya sekolah anak,
biaya listrik dan kebutuhan lainnya. Penghasilan memulung ini sangat tidak mencukupi untuk kehidupan keluarga
bapak Koko setiap harinya, hal ini dikarenakan banyaknya pengeluaran mereka sekeluarga tidak sebanding dengan penghasilan yang didapatkan. Sehingga bapak
Koko harus menekan biaya pengeluaran keluarga seperti mengurangi konsumsi yang biasanya makan 3x dalam sehari sekarang menjadi 2x dalam sehari.
Alasan bapak Koko memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada yang menerima dia dalam pekerjaan sektor formal dan jika dilihat dari tingkat
pendidikan bapak Koko, hal ini akan mempersulit dia untuk mencari pekerjaan lain. Strategi yang diambil oleh bapak Koko untuk mempertahankan hidup
keluarga adalah dengan memanfaatkan jaringan sosial yaitu meminta bantuan kepada tetangga seperti meminjam uang ketika ada kebutuhan mendesak yang harus
Universitas Sumatera Utara
dipenuhi dan bapak Koko segera membayarnya ketika sudah jatuh tempo agar tidak menghilangkan kepercayaan orang lain.
Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“bapak sehari-hari mulung dek, dari jam 9 pagi sampek jam 6, alasan bapak mulung ya karena susah nyari kerja lain, apalagi cuma tamat SD Dalam sehari
bapak dapat 70.000 kalo pengeluaran adalah 1.500 000 per bulannya untuk biaya sekolah anak, makan, bayar listrik. Rumah masih nyewa 1.500.000 satu tahun.
Tanggungan bapak ada 5 orang termasuk bapak. Dari hasil memungut barang bekas tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karna banyak kali
pengeluaran, jadi harus ditekan lah biaya pengeluarannya biasanya kami makan 3x sekarang makannya 2x sehari aja.
Bapak memiliki seorang istri, istri bapak cuma dirumah aja ngurus rumah, ibu rumah tangga dan bapak memiliki 3 orang anak dek yang pertama SMA kelas 2
perempuan, anak kedua SMP kelas 3 perempuan dan anak ketiga SD kelas 6 laki-laki. Kalo ada kebutuhan yang mendesak kalo lagi gak ada uang biasanya
bapak minjem ke tetangga tapi cepat bapak bayar biar orang percaya sama kita ”
Analisis data:
Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada bapak Koko, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar
bapak Koko memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa didapat oleh bapak Koko, hal ini juga dapat dilihat dari tingkat
pendidikan bapak Koko yang akan sulit mendapatkan pekerjaan lain. Salah satu strategi yang diambil oleh bapak Koko untuk mempertahankan hidup keluarga
adalah dengan menggunakan strategi jaringan yaitu memanfaatkan jaringan sosial
Universitas Sumatera Utara
dengan meminta bantuan kepada tetangga seperti meminjam uang ketika ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, selain itu juga menggunakan strategi
pasif yaitu mengurangi pengeluaran dengan cara berhemat dalam hal konsumsi.
Informan Utama 5
Nama : Ani
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 45 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Lingkungan 1 Paya Pasir
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SD Informan kelima dalam penelitian ini adalah ibu Ani, berusia 45 tahun
bersuku jawa, beragama islam dan merupakan seorang kepala keluarga karena suaminya yang tak sanggup bekerja lagi disebabkan sakit. Berdomisili di Paya Pasir,
pendidikan terakhir ibu Ani adalah SD, bekerja sebagai pemulung. Ibu Ani memiliki 2 orang anak, anak pertama sudah tamat SMA namun tidak melanjutkan kuliah
perempuan, dan anak kedua SMA kelas 1 perempuan. Ibu Ani bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 15.00 WIB. Penghasilan yang
diperoleh ibu Ani Rp 60.000 per harinya, sedangkan pengeluaran Rp 1.500.000 per bulannya. Rumah yang ditempati ibu Ani merupakan rumah sewa dengan biaya
sewa Rp 1.500.000 per tahunnya. Alasan ibu Ani memilih bekerja sebagai pemulung dikarenakan tidak mendapat pekerjaan di tempat lain, apalagi memulung
bisa mengatur jam kerja sendiri, selain itu ibu Ani juga sudah lama tinggal di
Universitas Sumatera Utara
sekitaran TPA sehingga dari sinilah sumber mata pencaharian yang beliau dapat yaitu bekerja sebagai pemulung.
Ibu Ani biasanya dibantu oleh anak dalam memenuhi kebutuhan keluarga, karena anak paling tua dari ibu Ani sudah memiliki pekerjaan. Namun, ibu Ani tetap
berusaha dan bekerja keras dalam menghidupi keluarganya supaya semua kebutuhan keluarga dapat terpenuhi. Ibu Ani tidak sering meminjam uang kepada
tetangga dikarenakan sudah dibantu oleh anaknya dalam memenuhi kebutuhan. Berikut merupakan hasil wawancara penelitian yang peneliti cantumkan
dalam tulisan: “sehari-hari ibuk ngutip dek, suami ibuk sakit-sakitan sekarang, sakit tua gak
sanggup berdiri lama, anak ibuk ada 2 orang, pertama sudah tamat sekolah tamat SMA, sekarang nyari-nyari kerja perempuan, yang kedua kelas 1 SMA
perempuan. Ibuk kerja dari jam 8 sampek jam 3, dalam sehari ada dapat 60.000, kalo sebulan pengeluaran ada sampek 1.500.000. Disini ibuk tinggal sewa rumah
1.500.000 per tahun. Ibuk disini tinggal sama anak-anak aja sama bapak. Kebutuhan sehari-hari untuk biaya sekolah anak, perlengkapannya, makan,
keperluan rumah. Alasan ibuk kerja mulung ya karna nyari kerja itu susah gak ada kerja lain. Anak ibu paling tua udah kerja jadi bisalah bantu dikit-dikit untuk
membeli kebutuhan ”.
Analisis data:
Dari data wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan selama penelitian pada ibu Ani, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar ibu
Ani memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa didapat oleh ibu Ani dan memulung bisa mengatur jam kerja sendiri. Salah satu
strategi yang diambil oleh ibu Ani untuk mempertahankan hidup keluarga adalah
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan strategi aktif yaitu melibatkan anggota keluarga dalam menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan.
Informan Tambahan 1
Nama : Agus
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 28 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Lingkungan 1 Kel. Paya Pasir
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : SMP Menurut pandangan bapak Agus, kehidupan keluarga pemulung
termasuk susah, karena masih banyak pemulung yang tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, namun disamping itu keluarga pemulung
tidak pernah putus asa dalam bekerja dan selalu bekerja keras agar bisa mempertahankan kehidupan keluarganya.
Dilihat dari kehidupan sosial, pemulung memiliki kehidupan yang rukun antar sesama, saling peduli dan tolong menolong ketika salah satu
pemulung mengalami kesusahan atau kecelakaan. Penghasilan rata-rata pemulung per harinya adalah Rp. 50.000,
banyak juga pemulung di TPA Terjun ini membawa istri atau anaknya untuk bekerja, asalkan tidak menganggu kewajiban mereka sebagai istri dan anak.
Hal ini bertujuan agar bisa menambah penghasilan keluarga sehingga pemulung tidak sampai larut malam dalam memungut sampah.
Universitas Sumatera Utara
Informan Tambahan 2
Nama : Hendra
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Suku : Minang
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : S1 Pekerjaan
: Anggota UPTD Dinas Kebersihan TPA Terjun
Masalah yang lain juga ditimbulkan oleh masyarakat sekitar sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Hendra selaku Pegawai UPTD Dinas Kebersihan
TPA Terjun Kota Medan yaitu :
“.....Kalau udah kemarau kami cemas, karena di atas sana ada-ada saja kebakaran yang terjadi, kalau sudah panas kali bisa-bisa sampah di atas
terbakar dengan sendirinya atau sengaja dibakar pemulung. Kalau sudah ada kejadiaan seperti itu UPTD jadi sasarannya, banyak
masyarakat yang berdatangan mengeluh minta asapnya dimatikan atau mengeluh mengenai jalan yang berdebu akibat masuknya truck sampah
ke areal TPA, padahal kami sudah menyiram jalan dari awal masuk TPA bahkan gang-gang pemukiman warga sampai Lokasi TPA wajib kami
sirami tiap harinya, tapi itulah masyarakat tetap saja mengeluh ke UPTD.....”Hasil wawancara pada tanggal 20 April 2016.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Analisis Hasil Temuan