BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Melalui  hasil  penelitian  yang  telah  dilakukan  oleh  peneliti  dilapangan  yaitu melakukan  teknik  wawancara  secara  mendalam  dengan  informan,  peneliti  berhasil
mengumpulkan  informasi  mengenai  strategi  bertahan  hidup  keluarga  pemulung  di lingkungan  tempat  pembuangan  akhir  sampah  Kelurahan  Paya  Pasir  Kecamatan
Medan Marelan. Pengumpulan data ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Studi kepustakaan library research yaitu pengumpulan data atau informasi
menyangkut  masalah  yang  diteliti  dengan  mempelajari  dan  menelaah  buku serta tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti.
2. Peneliti  melakukan  observasi  untuk  memperoleh  gambaran  tentang  kondisi
fisik  dan  sosial  lokasi  penelitian  dan  selanjutnya  untuk  menggali  informasi tentang  strategi  bertahan  hidup  keluarga  pemulung  di  lingkungan  tempat
pembuangan akhir sampah Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan. 3.
Melakukan  wawancara  terhadap  informan  pangkal,  informan  utama  dan informan  tambahan  untuk  mengetahui  strategi  bertahan  hidup  keluarga
pemulung  di  lingkungan  tempat  pembuangan  akhir  sampah  demi mempertahnkan kelangsungan hidup keluarga.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Hasil Temuan Informan Pangkal
Nama : Poniran
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 51 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Gg. Mushola Lingkungan 1 Kel. Paya Pasir
Pekerjaan : Wiraswasta
Jabatan : Kepala Lingkungan 1 Kel. Paya Pasir
Status : Menikah
Pendidikan terakhir  : SMA Informan  kunci  yang  peneliti  wawancarai  adalah  Poniran,  seorang  bapak
bersuku jawa beragama islam. Bapak Poniran berusia 51 tahun, pendidikan terakhir bapak  Poniran  adalah  SMA.  Bapak  Poniran  bekerja  sebagai  wiraswasta  yang  juga
merupakan Kepala Lingkungan 1 Kelurahan Paya Pasir. Bapak P memiliki seorang istri  yang  bekerja  sebagai  ibu  rumah  tangga.  Jumlah  anak  bapak  Poniran  adalah  3
orang, anak pertama dan kedua sudah menikah perempuan dan anak ketiga sudah bekerja perempuan.
Berdasarkan  bantuan  dari  pemerintah,  Lingkungan  1  Kel.  Paya  Pasir memperoleh bantuan berupa Raskin, PKH Program Keluarga harapan, dana BOS,
KIS  Kartu  Indonesia  Sehat  dan  KKS  Kartu  Keluarga  Sejahtera,  sebagian  dari pemulung  juga  mendapatkan  bantuan  dana  tersebut,  namun  ada  juga  yang  tidak
mendapatkannya dikarenakan pemulung tersebut belum mengurus surat pindah yang
Universitas Sumatera Utara
menyatakan  bahwa  mereka  termasuk  ke  dalam  data  kependudukan  di  Kel.  Paya Pasir.
Menurut bapak Poniran, kehidupan pemulung tergolong susah, karena masih banyak pemulung  yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, jika
dilihat  dari  hubungan  antar  pemulung,  mereka  sangat  peduli  dengan  sesama. Misalnya,  jika  ada  pemulung  yang  sakit  maka  mereka  mengumpulkan  uang  untuk
membantu biaya pengobatan. Masalah  yang  sampai  sekarang  ini  masih  sering  dikeluhkan  oleh  pemulung
adalah  masalah  asap,  dimana  sering  terjadi  kebakaran  di  lahan  atau  pemukiman sampah tempat pembuangan akhir sampah. Hal ini terjadi karena pantulan cahaya
yang mengenai suatu benda seperti kaca yang menyebabkan timbulnya api Hasil wawancara pada 23 April 2016.
Informan Utama 1
Nama : Irwan Brewo
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Paya Pasir
Status : Menikah
Pendidikan terakhir  : SD Informan pertama yang peneliti wawancarai adalah Irwan Brewo, lebih sering
dipanggil  dengan  sebutan  Pak  Brewo.  Pak  Brewo  bersuku  jawa  beragama  islam, berusia  38  tahun,  pendidikan  terakhir  Pak  Brewo  adalah  Sekolah  Dasar  SD.
Pekerjaan  utama  sebagai  pemulung  yang  juga  merupakan  ketua  pemulung  di  TPA
Universitas Sumatera Utara
Paya  Pasir.  Bapak  IB  bekerja  sebagai  pemulung  sejak  berusia  15  tahun.  Bapak  IB memiliki  seorang  istri,  jumlah  anak  bapak  IB  adalah  3  orang,  anak  pertama  SMA
kelas  1  laki-laki,  anak  kedua  kelas  6  SD  perempuan  dan  anak  ketiga  masih berumur 4 tahun laki-laki, jumlah tanggungan bapak IB adalah 7 orang.
Biasanya  pak  Brewo  memulung  dari  pukul  08.00  sampai  15.00  dan sesekali sampai pukul 22.00 WIB, setelah itu pak Brewo melanjutkan pekerjaannya dengan
membersihkan  dan  memilah-milah  barang-barang  bekas  dan  plastik  yang  telah dikumpulkan lalu menjualnya pada toke barang bekas.
Penghasilan yang diperoleh Rp. 50.000 per harinya, waktu pak Brewo untuk memulung  banyak  tersita  dikarenakan  dia  harus  melayani  tamu  yang  datang  di
pemukiman.   Pak  Brewo  mengatakan  anaknya  belum  ada  yang  bekerja  dan  untuk saat  ini  hanya  dialah  yang  bekerja  untuk  mendapatkan  penghasilan  dan  istrinya
terkadang  juga  membantu  menambah  penghasilan  keluarga  yaitu  bekerja  sebagai tukang cuci.
Berikut  merupakan  hasil  wawancara  penelitian  yang  peneliti  cantumkan dalam tulisan:
“bapak  mulung  udah  lama  dek,  sejak  lajang  dulu  sekitar  umur  15  tahun. Alasan bapak mulung ya karna gak ada kerja lain. Anak bapak ada 3 orang,
yang  pertama  sudah  SMA  kelas  1  cowok,  kedua  SD  kelas  6  cewek,  yang ketiga baru umur 4 tahun laki-laki. Tanggungan bapak ada 7 orang termasuk
bapak  karna  ada  orangtua  bapak  sama  adik  bapak  juga  belum  nikah.  Kalo mulung  itu  bapak  mulai  dari  jam  8  sampek  jam  10  malam.  Sehari-hari
adalah dapat 50.000 itu udah bersih itu karena bapak harus melayani orang yang datang berkunjung sehingga bapak harus berhenti ngutip dulu jadinya
jam kerja jadi berkurang” .
Universitas Sumatera Utara
Pengeluaran  yang  harus  dikeluarkan  Rp  1.500.000  per  bulannya,  kebutuhan yang  harus  dipenuhi  antara  lain:  kebutuhan  sekolah  anak  uang  sekolah,  buku,
transportasi,  makankonsumsi  keluarga  dalam  sehari  keluarga  makan  3x  dan sesekali 2x, dan biaya sewa rumah yang ditempati. Kesehatan keluarga pak Brewo
terpenuhi, hal ini dilihat dari jarang keluarga pak Brewo mengalami sakit. Bapak  Brewo  memiliki  simpanan  atau  tabungan  dari  hasil  memulung
meskipun  jumlahnya  tidak  banyak,  hal  ini  ditujukan  apabila  ada    kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi. Alasan pak Brewo bekerja sebagai pemulung adalah
karena  tidak  ada  pekerjaan  lain  yang  bisa  dia  dapat  apalagi  pak  Brewo hanya
tamatan  Sekolah  Dasar  saja,  disamping  itu  pak  Brewo  juga  menyatakan  bahwa menjadi pemulung tidaklah hal yang susah, dengan modal kekuatan fisik dan tenaga
kita  akan  mendapatkan  uang  dengan  mencari  barang  bekas  di  area  TPA. Barang
hasil mulung pak Brewo berupa plastik, akua gelas, goni, dan baju bekas. Kehidupan sosial diantara sesama pemulung menurut pak Brewo sangat baik,
mereka  saling  tolong-menolong  ketika  diantara  pemulung  ada  yang  mengalami kesusahan.
Jika  terjadi  kebutuhan  mendesak  yang  harus  dipenuhi,  maka  usaha  yang dilakukan  pak  Brewo  agar  bisa  mempertahankan  kelangsungan  hidup  keluarga
adalah dengan cara meminjam uang kepada tetangga, disamping itu pak Brewo juga melakukan kerja sampingan seperti ngojek untuk  menambah pendapatan. Sehingga
pak Brewo dapat memenuhi kebutuhan keluarga. Berikut  merupakan  hasil  wawancara  penelitian  yang  peneliti  cantumkan
dalam tulisan: “Kalo pengeluaran ada 1.500.000 per bulannya, untuk biaya sekolah anak,
makannya,  kebutuhan  lainnya.  Tabungan  adalah  sedikit  dek,  walaupun  gak
Universitas Sumatera Utara
banyak,  takut  nanti  terjadi  masalah  dan  butuh  biaya  banyak.  Rumah  kami masih punya orang dek alias  nyewa.  Kalo  istri  kadang-kadang  kerja  nyuci
baju  orang  kadang-kadang  dirumah.  Bapak  dari  pancurbatu  trus  pindah kesini, disini sudah 3 tahun.   Barang  yang  bapak  kutip  ada  akua  gelas,
plastik, goni, baju bekas. Orang  disini  baik-baik  dek,  kami  disini  saling  membantu  kalo  ada  diantara
kami  yang  mengalami  kesusahan  contohnya  kecelakan,  kan  biaya pengobatannya mahal jadi kami ngutip uang dari setiap pemulungnya. Kalo
penghasilan  gak  cukup  untuk  memenuhi  kebutuhan  ya  bapak  biasanya minjam uang ke tetangga, kadang ngojek. Bapak gak ada dapat bantuan dari
pemerintah,  dulu  lah  ada  dapat  BLT  tapi  itu  cuma  sekali  sampek  sekarang gak ada lagi,   kalo  anak  disekolah  gak  ada  juga  dapat  bantuan  dari
pemerintah jadi biaya sendiri”.
Analisis data:
Dari  data  wawancara  dan  observsi  yang  telah  peneliti  lakukan  selama penelitian pada bapak Brewo, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar
bapak Brewo memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan lain  yang  bisa  didapat  oleh  bapak  Brewo,  hal  ini  juga  dapat  dilihat  dari  tingkat
pendidikan  bapak  Brewo  yang  akan  sulit  mendapatkan  pekerjaan  lain.  Salah  satu strategi  yang  diambil  oleh  bapak  Brewo  untuk  mempertahankan  hidup  keluarga
adalah dengan strategi jaringan yaitu memanfaatkan jaringan sosial seperti meminta bantuan  kepada  tetangga  meminjam  uang  ketika  ada  kebutuhan  mendesak  yang
harus dipenuhi, strategi pasif yaitu dengan cara menabung sedikit dari penghasilan memulung,  dan  juga  menggunakan  strategi  aktif  yaitu  melakukan  tambahan  kerja
kerja sampingan diluar dari bekerja sebagai pemulung.
Universitas Sumatera Utara
Informan Utama 2
Nama : Erwin
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 34 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Marelan
Status : Menikah
Pendidikan terakhir  : SMP Informan  kedua  dalam  penelitian  ini  adalah  Bapak  Erwin,  seorang  bapak
berusia 34 tahun, beragama islam dengan suku jawa, berdomisili di marelan. Beliau memiliki seorang istri, dan 2 orang anak yang berusia 5 tahun perempuan dan anak
kedua berumur 4 bulan perempuan. Pendidikan terakhir bapak Erwin adalah SMP, pekerjaan utama beliau adalah sebagai pemulung, yang mulai memulung dari pukul
09.00 sampai pukul 15.00 WIB, dengan penghasilan yang diperoleh Rp 70.000 per harinya  sedangkan  pengeluaran  setiap  bulannya  Rp  1.500.000,  dari  penghasilan
yang  diperoleh  bapak  Erwin  jelas  tidak  mencukupi  untuk  memenuhi  kebutuhan keluarga.
Bapak  Erwin  memiliki  tanggungan  4  orang,  rumah  yang  ditempati  keluarga bapak  Erwin  merupakan  rumah  sewa  dengan  biaya  sewa  Rp  1.500.000  per
tahunnya. Kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi adalah gizi anak seperti: susu, makan 3x sehari, biaya listrik. Anak bapak Erwin sering mengalami sakit, seperti
demam  tinggi  dan  batuk,  sehingga  harus  mengeluarkan  uang  lagi  untuk  biaya pengobatannya.  Alasan  bapak  Erwin  memilih  bekerja  sebagai  pemulung  adalah
Universitas Sumatera Utara
karena  tidak  ada  pekerjaan  lain  yang  cocok  dengannya  dan  dilihat  dari  tingkat pendidikan bapak Erwin, hal ini akan mempersulit dia untuk mencari pekerjaan lain.
Kalau dilihat dari segi kepemilikan harta benda, bapak Erwin hanya memiliki TV berukuran minim, kipas angin dan sepeda motor yang sudah sangat tua. Strategi
yang  diambil  oleh  bapak  Erwin  untuk  mempertahankan  hidup  keluarga  adalah dengan  memanfaatkan  jaringan  sosial  yaitu  meminta  bantuan  kepada  tetangga
seperti meminjam uang ketika ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi selain itu juga menambah jam kerja.
Dalam  melakukan  strategi  tersebut  terkadang  bapak  Erwin  mengalami berbagai  rintangan  seperti  sulit  mendapat  bantuan  atau  peminjaman  uang  ke
tetangga  karena  keadaan  tetangga  tersebut  juga  mengalami  kesulitan.  Namun, setelah  bapak  Erwin  melakukan strategi  lain  yaitu  startegi aktif  dengan  menambah
jam  kerja  dapat  menambah  penghasilan  sehingga  bisa  memenuhi  kebutuhan keluarga.
Berikut  merupakan  hasil  wawancara  penelitian  yang  peneliti  cantumkan dalam tulisan:
“bapak sehari-hari mulung dek, dari jam 9 pagi sampek jam 3 sore, alasan bapak    mulung  ya  karena  susah  nyari  kerja  lain,  apalagi  cuma  tamat  SMP  mana
mau orang memperkerjakan awak ditempat enak. Dalam sehari bapak dapat 70.000 kalo  pengeluaran  adalah  1.500  000  per  bulannya  untuk  biaya  susu  anak,  makan,
beli minya kereta, listrik. Rumah masih nyewa 1.500.000 satu tahun. Dirumah cuma ada  tv  kecil,  kipas  angin  dan  kereta  butut.  Tanggungan  ada  4  orang  termasuk
bapak.  Anak  bapak  dua-duanya  sering  sakit,  kadang  demam  tinggi  kadang  batuk. Kalo ada kebutuhan yang mendesak kalo lagi gak ada uang biasanya bapak minjem
Universitas Sumatera Utara
ke tetangga kadang nambah jam kerja biasanya mulai dari jam 9 jadinya mulai dari jam 7 pagi”
Analisis data:
Dari  data  wawancara  dan  observasi  yang  telah  peneliti  lakukan  selama penelitian pada bapak Erwin, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar
bapak Erwin memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa didapat oleh bapak Erwin dan tidak ada kecocokan, hal ini juga dapat
dilihat dari tingkat pendidikan bapak Erwin yang akan sulit mendapatkan pekerjaan lain.  Salah  satu  strategi  yang  diambil  oleh  bapak  Erwin  untuk  mempertahankan
hidup  keluarga  adalah  menggunakan  strategi  jaringan  dengan  memanfaatkan jaringan  sosial  yaitu  meminta  bantuan  kepada  tetangga  seperti  meminjam  uang
ketika ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, selain  itu juga menggunakan strategi aktif yaitu  dengan menambah jam kerja dari biasanya.
Informan Utama 3
Nama : Siti Aminah
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 46 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Paya Pasir
Status : Janda
Pendidikan terakhir  : SMP Informan ketiga dalam penelitian ini adalah ibu Siti, berusia 46 tahun bersuku
jawa,  beragama  islam  dan  merupakan  seorang  janda.  Berdomisili  di  Paya  Pasir, pendidikan  terakhir  ibu  Siti  adalah  SMP,  bekerja  sebagai  pemulung.  Ibu  Siti
Universitas Sumatera Utara
memiliki 3 orang anak, anak pertama SMA kelas 2 perempuan, anak kedua  SMP kelas 2 laki-laki dan anak ketiga SD kelas 6 laki-laki.
Ibu Siti bekerja dari pukul  08.00 sampai pukul 14.00 WIB. Penghasilan yang diperoleh ibu Siti Rp 50.000 per harinya, sedangkan pengeluaran Rp 2.000.000 per
bulannya.  Menurut  penuturan  beliau  penghasilannya  itu  sangat  tidak  mencukupi untuk  biaya  kehidupan  keluarga  sehari-hari,.  Namun,  pendapatan  dari  memulung
tetap ditabungi oleh ibu Siti untuk jaga-jaga jika ada keperluan mendesak. Keluarga ibu Siti jarang mengalami sakit, kesehatan mereka terjaga, sehari-hari keluarga ibu
Siti  makan  2x.  Rumah  yang  ditempati  ibu  Siti  adalah  warisan  dari  orang  tuanya. Alasan  ibu  Siti  memilih  bekerja  sebagai  pemulung  dikarenakan  tidak  memiliki
keahlian  dan  keterampilan  untuk  bisa  bekerja  di  tempat  lain,  apalagi  mencari pekerjaan sekarang sangat sulit.
Jika  ada  kebutuhan  mendesak  yang  harus  dipenuhi,  ibu  Siti  biasanya meminjam  uang  kepada  tetangga  dan  terkadang  juga  melibatkan  anggota  keluarga
seperti  anak  untuk  ikut  bekerja  memulung  setelah  pulang  sekolah,  supaya  bisa menambah pengahasilan keluarga.
Berikut  merupakan  hasil  wawancara  penelitian  yang  peneliti  cantumkan dalam tulisan:
“sehari-hari  ibuk  ngutip  dek,  suami  ibuk  udah  lama  meninggal,  anak  ibuk ada  3  orang,  pertama  kelas  2  SMA  perempuan,  kedua  kelas  2  SMP  laki-laki
yang  ketiga  kelas  6  SD  laki-laki.  Ibuk  kerja  dari  jam  8  sampek  jam  2,  dalam sehari  ada  dapat  50.000,  kalo  sebulan  pengeluaran  ada  sampek  2.000.000.  Dari
hasil  memulung  biasanya  ibuk  simpan  untuk  ditabung,  untuk  jaga-jaga  nanti  kalo ada  kebutuhan  mendesak,  bair  gak  payah  nantinya.    Disini  ibuk  tinggal  dirumah
peninggalan  orangtua  ibuk.  Ibuk  disini  tinggal  sama  anak-anak  aja.  Kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
yang harus dipenuhi yaitu biaya sekolah anak, perlengkapannya, makan, keperluan rumah. Alasan ibuk kerja mulung ya karna nyari kerja itu susah gak ada kerja lain.
Kalo dalam keadaan susah ibuk minjem uang ke tetangga, tapi itu jarang biasanya ibuk  dibantu  sama  anak-anak,  pulang  sekolah  mereka  ikut  mulung  juga  jadi
nambah uang masuk juga yang penting sekolahnya g ak  terganggu”.
Analisis data:
Dari  data  wawancara  dan  observasi  yang  telah  peneliti  lakukan  selama penelitian  pada  ibu  Siti,  disini  peneliti  menganalisis  bahwa  hal  yang  mendasar  ibu
Siti memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa didapat oleh ibu Siti dan mencari pekerjaan lain sangat sulit. Salah satu strategi
yang  diambil  oleh  ibu  Siti  untuk  mempertahankan  hidup  keluarga  adalah  dengan menggunakan  strategi  jaringan  yaitu  meminta  bantuan  kepada  tetangga  seperti
meminjam uang ketika ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi, strategi pasif yaitu  dengan  cara  menyisihkan  pendapatan  untuk  ditabung  selain  itu  juga  dengan
melakukan strategi aktif yaitu melibatkan anggota keluarga untuk ikut bekerja.
Informan Utama 4
Nama : Koko
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 40 tahun
Suku : Batak
Agama : Kristen
Alamat : Marelan
Status : Menikah
Pendidikan terakhir  : SD
Universitas Sumatera Utara
Informan  keempat  dalam  penelitian  ini  adalah  Bapak  Koko,  seorang  bapak berusia  40  tahun,  beragama  kristen  dengan  suku  batak,  berdomisili  di  marelan.
Beliau  memiliki  seorang  istri,  dan  3  orang  anak  yang  pertama  SMA  kelas  2 perempuan,  anak  kedua  SMP  kelas  3  perempuan  dan  anak  ketiga  SD  kelas  6
laki-laki.  Pendidikan  terakhir  bapak  Koko  adalah  SD,  pekerjaan  utama  beliau adalah  sebagai  pemulung,  beliau  mulai  memulung  dari  pukul  09.00  sampai  pukul
18.00  WIB,  dengan  penghasilan  yang  diperoleh  Rp  70.000  per  harinya  dari penghasilan  tersebut  sering  disimpan  atau  di  tabung  oleh  istrinya,  sedangkan
pengeluaran setiap bulannya Rp 1.500.000. Bapak  Koko  memiliki  tanggungan  5  orang,  rumah  yang  ditempati  keluarga
bapak Koko merupakan rumah sewa dengan biaya sewa Rp 1.500.000 per tahunnya. Kebutuhan  sehari-hari  yang  harus  dipenuhi  adalah  makan  dan  biaya  sekolah  anak,
biaya listrik dan kebutuhan lainnya. Penghasilan memulung ini sangat tidak mencukupi untuk kehidupan keluarga
bapak  Koko  setiap  harinya,  hal  ini  dikarenakan  banyaknya  pengeluaran  mereka sekeluarga  tidak  sebanding  dengan  penghasilan  yang  didapatkan.  Sehingga  bapak
Koko  harus  menekan  biaya  pengeluaran  keluarga  seperti  mengurangi  konsumsi yang biasanya makan 3x dalam sehari sekarang menjadi 2x dalam sehari.
Alasan  bapak  Koko  memilih  bekerja  sebagai  pemulung  adalah  karena  tidak ada  yang  menerima  dia dalam  pekerjaan  sektor formal  dan jika dilihat dari  tingkat
pendidikan bapak Koko, hal ini akan mempersulit dia untuk mencari pekerjaan lain. Strategi  yang  diambil  oleh  bapak  Koko  untuk  mempertahankan  hidup
keluarga  adalah  dengan  memanfaatkan  jaringan  sosial  yaitu  meminta  bantuan kepada tetangga seperti meminjam uang ketika ada kebutuhan mendesak yang harus
Universitas Sumatera Utara
dipenuhi dan bapak Koko segera membayarnya ketika sudah jatuh tempo agar tidak menghilangkan kepercayaan orang lain.
Berikut  merupakan  hasil  wawancara  penelitian  yang  peneliti  cantumkan dalam tulisan:
“bapak sehari-hari mulung dek, dari jam 9 pagi sampek jam 6, alasan bapak mulung  ya  karena  susah  nyari  kerja  lain,  apalagi  cuma  tamat  SD  Dalam  sehari
bapak dapat 70.000 kalo pengeluaran adalah 1.500 000 per bulannya untuk biaya sekolah  anak,  makan,  bayar  listrik.  Rumah  masih  nyewa  1.500.000  satu  tahun.
Tanggungan  bapak  ada  5  orang  termasuk  bapak.  Dari  hasil  memungut  barang bekas  tidak  mencukupi  untuk  memenuhi  kebutuhan  keluarga,  karna  banyak  kali
pengeluaran, jadi harus ditekan lah biaya pengeluarannya biasanya kami makan 3x sekarang makannya 2x sehari aja.
Bapak  memiliki  seorang  istri,  istri  bapak  cuma  dirumah  aja  ngurus  rumah,  ibu rumah  tangga  dan  bapak  memiliki  3  orang  anak  dek    yang  pertama  SMA  kelas  2
perempuan,  anak  kedua  SMP  kelas  3  perempuan  dan  anak  ketiga  SD  kelas  6 laki-laki.    Kalo  ada  kebutuhan  yang  mendesak  kalo  lagi  gak  ada  uang  biasanya
bapak minjem ke tetangga tapi cepat bapak bayar biar orang percaya sama kita ”
Analisis data:
Dari  data  wawancara  dan  observasi  yang  telah  peneliti  lakukan  selama penelitian pada bapak Koko, disini peneliti menganalisis bahwa hal yang mendasar
bapak Koko  memilih  bekerja sebagai  pemulung  adalah  karena tidak ada pekerjaan lain  yang  bisa  didapat  oleh  bapak  Koko,  hal  ini  juga  dapat  dilihat  dari  tingkat
pendidikan  bapak  Koko  yang  akan  sulit  mendapatkan  pekerjaan  lain.  Salah  satu strategi  yang  diambil  oleh  bapak  Koko  untuk  mempertahankan  hidup  keluarga
adalah  dengan  menggunakan  strategi  jaringan  yaitu  memanfaatkan  jaringan  sosial
Universitas Sumatera Utara
dengan  meminta  bantuan  kepada  tetangga  seperti  meminjam  uang  ketika  ada kebutuhan  mendesak  yang  harus  dipenuhi,  selain  itu  juga  menggunakan  strategi
pasif yaitu mengurangi pengeluaran dengan cara berhemat dalam hal konsumsi.
Informan Utama 5
Nama : Ani
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 45 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Lingkungan 1 Paya Pasir
Status : Menikah
Pendidikan terakhir  : SD Informan  kelima  dalam  penelitian  ini  adalah  ibu  Ani,  berusia  45  tahun
bersuku  jawa,  beragama  islam  dan  merupakan  seorang  kepala  keluarga  karena suaminya yang tak sanggup bekerja lagi disebabkan sakit. Berdomisili di Paya Pasir,
pendidikan terakhir ibu Ani adalah SD, bekerja sebagai pemulung. Ibu Ani memiliki 2  orang  anak,  anak  pertama  sudah  tamat  SMA  namun  tidak  melanjutkan  kuliah
perempuan, dan anak kedua SMA kelas 1 perempuan. Ibu Ani bekerja dari pukul  08.00 sampai pukul 15.00 WIB. Penghasilan yang
diperoleh ibu Ani Rp 60.000 per harinya, sedangkan pengeluaran Rp 1.500.000 per bulannya.  Rumah  yang  ditempati  ibu  Ani  merupakan  rumah  sewa  dengan  biaya
sewa  Rp  1.500.000  per  tahunnya.  Alasan  ibu  Ani  memilih  bekerja  sebagai pemulung dikarenakan tidak mendapat pekerjaan di tempat lain, apalagi memulung
bisa  mengatur  jam  kerja  sendiri,  selain  itu  ibu  Ani  juga  sudah  lama  tinggal  di
Universitas Sumatera Utara
sekitaran  TPA  sehingga  dari  sinilah  sumber  mata  pencaharian  yang  beliau  dapat yaitu bekerja sebagai pemulung.
Ibu  Ani  biasanya  dibantu  oleh  anak  dalam  memenuhi  kebutuhan  keluarga, karena anak paling tua dari ibu Ani sudah memiliki pekerjaan. Namun, ibu Ani tetap
berusaha  dan  bekerja  keras  dalam  menghidupi  keluarganya  supaya  semua kebutuhan  keluarga  dapat  terpenuhi.  Ibu  Ani  tidak  sering  meminjam  uang  kepada
tetangga dikarenakan sudah dibantu oleh anaknya dalam memenuhi kebutuhan. Berikut  merupakan  hasil  wawancara  penelitian  yang  peneliti  cantumkan
dalam tulisan: “sehari-hari ibuk ngutip dek, suami ibuk sakit-sakitan sekarang, sakit tua gak
sanggup berdiri lama, anak ibuk ada 2 orang, pertama sudah tamat sekolah tamat SMA,  sekarang  nyari-nyari  kerja  perempuan,  yang  kedua  kelas  1  SMA
perempuan. Ibuk kerja dari jam 8 sampek jam 3, dalam sehari ada dapat 60.000, kalo  sebulan  pengeluaran  ada  sampek  1.500.000.  Disini  ibuk  tinggal  sewa  rumah
1.500.000  per  tahun.  Ibuk  disini  tinggal  sama  anak-anak  aja  sama  bapak. Kebutuhan  sehari-hari  untuk  biaya  sekolah  anak,  perlengkapannya,  makan,
keperluan rumah. Alasan ibuk kerja mulung ya karna nyari kerja itu susah gak ada kerja  lain.  Anak  ibu  paling  tua  udah  kerja  jadi  bisalah  bantu  dikit-dikit  untuk
membeli kebutuhan ”.
Analisis data:
Dari  data  wawancara  dan  observasi  yang  telah  peneliti  lakukan  selama penelitian pada  ibu  Ani, disini peneliti  menganalisis bahwa hal  yang  mendasar ibu
Ani memilih bekerja sebagai pemulung adalah karena tidak ada pekerjaan lain yang bisa didapat oleh ibu Ani dan memulung bisa mengatur jam kerja sendiri. Salah satu
strategi  yang  diambil  oleh  ibu  Ani  untuk  mempertahankan  hidup  keluarga  adalah
Universitas Sumatera Utara
dengan  menggunakan  strategi  aktif  yaitu  melibatkan  anggota  keluarga  dalam menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan.
Informan Tambahan 1
Nama : Agus
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 28 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Lingkungan 1 Kel. Paya Pasir
Status : Menikah
Pendidikan terakhir  : SMP Menurut  pandangan  bapak  Agus,  kehidupan  keluarga  pemulung
termasuk  susah,  karena  masih  banyak  pemulung  yang  tidak  mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, namun disamping itu keluarga pemulung
tidak  pernah  putus  asa  dalam  bekerja  dan  selalu  bekerja  keras  agar  bisa mempertahankan kehidupan keluarganya.
Dilihat  dari  kehidupan  sosial,  pemulung  memiliki  kehidupan  yang rukun  antar  sesama,  saling  peduli  dan  tolong  menolong  ketika  salah  satu
pemulung mengalami kesusahan atau kecelakaan. Penghasilan  rata-rata  pemulung  per  harinya  adalah  Rp.  50.000,
banyak juga pemulung di TPA Terjun ini membawa istri atau anaknya untuk bekerja,  asalkan  tidak  menganggu  kewajiban  mereka  sebagai  istri  dan  anak.
Hal  ini  bertujuan  agar  bisa  menambah  penghasilan  keluarga  sehingga pemulung tidak sampai larut malam dalam memungut sampah.
Universitas Sumatera Utara
Informan Tambahan 2
Nama : Hendra
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 38 tahun
Suku : Minang
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan terakhir  : S1 Pekerjaan
: Anggota UPTD Dinas Kebersihan TPA Terjun
Masalah  yang  lain  juga  ditimbulkan  oleh  masyarakat  sekitar  sebagaimana yang  diungkapkan  oleh  Bapak  Hendra  selaku  Pegawai  UPTD  Dinas  Kebersihan
TPA Terjun Kota Medan yaitu :
“.....Kalau udah kemarau kami cemas, karena di atas sana ada-ada saja kebakaran yang terjadi, kalau sudah panas kali bisa-bisa sampah di atas
terbakar  dengan  sendirinya  atau  sengaja  dibakar  pemulung.  Kalau sudah  ada  kejadiaan  seperti  itu  UPTD  jadi  sasarannya,  banyak
masyarakat  yang  berdatangan  mengeluh  minta  asapnya  dimatikan  atau mengeluh  mengenai  jalan  yang  berdebu  akibat  masuknya  truck  sampah
ke areal TPA, padahal kami sudah menyiram jalan dari awal masuk TPA bahkan  gang-gang  pemukiman  warga  sampai  Lokasi  TPA  wajib  kami
sirami  tiap  harinya,  tapi  itulah  masyarakat  tetap  saja  mengeluh  ke UPTD.....”Hasil wawancara pada tanggal 20 April 2016.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Analisis Hasil Temuan