Sedangkan tentang idealisme hidup, mereka tidak terlalu berpikir ke depan. Mereka mengutamakan kebutuhan sesaat. Oleh karena itu, banyak diantara pemulung
cenderung beristirahat mencari barang-barang bekas apabila merasa telah mendapatkan sejumlah uang untuk beberapa hari. Walaupun pemulung digolongkan
ke sub kultur semacam ini, namun sebenarnya mereka masih memiliki kondisi sosial budaya yang lebih baik daripada gelandangan dan pengemis. Mereka memiliki etos
kerja yang lebih tinggi. Hasrat untuk mandiri cukup besar, sehingga pemulung lebih bisa
diarahkan dan
dibina kepada
kehidupan yang
lebih baik
www.kegiatan.pemulung diakses
pada 23 Februari 2016. C.
Kondisi Pemulung Ditinjau Dari Dimensi Lingkungan Ditinjau dari dimensi lingkungan peran pemulung sangat besar. Mereka ikut
andil dalam menciptakan kebersihan di lingkungan perkotaan. Dengan jalan mengurangi volume sampah dari jenis yang justru tidak dapat atau sukar hancur
secara alamiah. Dalam kegiatannya mengumpulkan barang-barang bekas, para pemulung tidak atau kurang memikirkan kebersihan dan keindahan lingkungan.
Rupanya mereka merasa tidak wajib untuk turut menjaga keindahan dan kebesihan lingkungan. Seperti, banyak diantara mereka dengan seenaknya mendirikan gubuk-
gubuk luar di sembarang tempat dan menumpuk barang-barang bekas di depan gubuk mereka.
2.3.3 Landasan Hukum Tentang Pemulung
1 UU Dasar RI 1945 pasal 27 ayat 2 dan pasal 34
Pasal 27 ayat 2: “ tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 34 ayat 2: “negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan”. 2
UU RI Nomor 11 tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan
sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.
2.3.4 Pengertian Sampah
Sampah merupakan barang sisa yang dianggap tidak berguna lagi dan perlu dibuang Sabarguna, 2008:42. Jenis sampah diantaranya adalah:
a. Organik, sisa makanan, daun, buah, dll.
b. Plastik, botol plastik, kantong plastik, dll.
c. Kaleng atau besi, barang dari bahan kaleng, kaleng makanan, dll.
d. Kertas, koran, buku, kardus, dll.
e. Karet, bahan dari karet seperti ban mobil, dll.
f. Bahan bangunan seperti kaca, semen, dll.
g. Pohon kayu, batang.
h. Besi, paku, dll.
2.3.5 Tempat Pembuangan Akhir Sampah
TPA adalah tempat terkumpulnya semua sampah-sampah kota yang di bawa oleh truk-truk sampah, dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam
pengumpulannya yang kemudian para pemulung memungutnya sesuai dengan jenis- jenis sampah yang bisa di jual dan dapat di daur ulang.
Universitas Sumatera Utara
Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-
hati, seperti: a.
Bukan daerah rawan geologi daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan gempa, dll.
b. Bukan daerah rawan hidrogeologis, yaitu daerah dengan kondisi kedalaman
air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air.
c. Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara jarak
minimal 1,5 – 3 km dalam skripsi Arian. 2014.
2.4 Strategi 2.4.1 Konsep Strategi Bertahan Hidup