Gambaran Pemukiman Pemulung Fasilitas Dasar TPA Fasilitas Operasional TPA Fasilitas Perlindungan Lingkungan TPA Fasilitas Penunjang TPA

permanen juga banyak ditempati oleh keluarga pemulung namun status kepemilikan rumah ini masih bersifat sewa.

4.4 Gambaran Pemukiman Pemulung

Hasil pantauan di lokasi juga diketahui banyak penduduk yang menggantungkan nasib atau kehidupannya dengan menjadi pemulung atau mencari botot di TPA Terjun. Jika ditinjau dari aspek ekonomi, sekitar 500 orang setiap harinya mencari kehidupan di TPA Terjun. Pemulung bertempat tinggal di rumah kumuh yang berada disekitar TPA yaitu dimana rumah kumuh ini hampir rata-rata merupakan perumahan pemulung yang berkerja di TPA karena rumah berserta halamannya dimanfaatkan sebagai tempat mengumpulkan barang-barang bekas. Pemulung tinggal bersama anak-anak mereka dan ada pula yang tinggal bersama keluarga besar. Dengan keadaan sekitar rumah yang banyak sampah, mereka nyaman tinggal dilingkungan sekitar TPA karena sudah terbiasa. Padahal, seseorang membutuhkan rasa ketentraman lahir dan batin, tidak hanya seperti kebutuhan untuk hidup saja seperti makan, minum melainkan kesehatan dan keselamatan jiwa agar bisa tetap bertahan hidup.

4.5 Gambaran Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA Terjun

Sejalan dengan perkembangan pembangunan kota, sampah yang dibuang ke tempat pengelolaan akhir sampah pada masa-masa mendatang jumlahnya akan terus meningkat terutama pada daerah perkotaan. Peningkatan tersebut tidak hanya dari segi jumlah dan volume, tetapi meningkat pula keanekaragaman, jenis dan karakteristiknya. Universitas Sumatera Utara TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya, karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik, selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah, hal ini menyebabkan banyak pemerintah daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas dibanding dengan pembangunan fasilitas lain di TPA. Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA Terjun mulai dioperasikan pada tanggal 7 Januari 1993 yang berlokasi di Kelurahan Terjun berdekatan dengan Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan dengan luas lokasi 137.563 M² dan pemilikan lahan pemerintah kota Medan. Jarak Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA Terjun dari pemukiman 500m, sedangkan dari Sungai Deli berjarak 4 km, dengan pantai Belawan berjarak 6 km, jarak Bandara Udara Polonia dengan Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA Terjun berjarak sekitar 23 km, Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA Terjun dengan kota berjarak sekitar 14 km dan Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA Terjun memiliki lokasi cadangan yang belum di pergunakan seluas 4 hektar. TPA Terjun mempunyai zona tidak aktif yang mana zona tidak aktif tidak lagi dipergunakan dalam hal kegiatan ataupun pengoperasian pemaparan sampah, bahwa zona tidak aktif tersebut telah ditimbun dengan tanah, pengadaan tanah dengan menggunakan anggaran tahun berjalan. TPA Terjun setahun dua kali melakukan penimbunan yang dilakukan secara manual dengan menggunakan alat berat Excavator yang berada di TPA. Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 telah diadakan penimbunan tanah sebanyak 3.967 m³ yang pelaksanaannya pada bulan April 2015 ditimbun sebanyak 742 m³ dan bulan Desember 2015 ditimbun sebanyak 3.225 m³. sedangkan di tahun 2016 diadakan penimbunan sampah dengan tanah sebanyak 15.152 m³, untuk pelaksanaannya penimbunan sampah pada pertengahan bulan Maret 2016 sampai dengan Juni 2016. Dengan ditimbunnya sampah dengan tanah akan mengurangi bau busuk, lalat dan tidak terjadinya kebakaran yang dapat menganggu lingkungan. Untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan, maka secara priodik sampah harus ditimbun dengan tanah. Lapisan tanah mempunyai fungsi untuk control kelembaban sampah, mencegah tersebarnya sampah, mencegah timbulnya bau, mencegah pertumbuhan binatang vector penyakit dan mencegah kebakaran, ketebalan lapisan tanah timbun minimal 20-30 cm dalam keadaan padat. Pada akhir ini telah timbul wacana pemerintah Provinsi Sumatera Utara akan mengkoordinir beberapa Pemerintah Kota dan Kabupaten untuk membangun TPA Regional seperti TPA Regional mebidang Medan-Binjai-Deliserdang ataupun TPA Regional Mebidangro Medan-Binjai-Deliserdang-Karo, namun sampai saat ini pembangunan TPA tersebut belum terencana sebagaimana mestinya, sementara Pemko Medan saat ini sudah sangat membutuhkan TPA baru dengan penerapan sistem sanitary landfill sejalan dengan maksud Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan, dan untuk rencana pembangunan TPA baru tersebut sangat diharapkan dukungan dana APBN dan APBD, sehingga akhirnya pengelolaan sampah kota Medan sesuai dengan tuntutan Kota Metropolitan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21PRTM2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolahan Persampahan menyebutkan Visi dan Misi Pengelolahan Persampahan seperti tercantumkan dibawah ini:

4.5.1 Visi Pengelolahan Persampahan

Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dimasa yang akan datang, baik yang tinggal di daerah perkotaan maupun pedesaan, akan sangat diperlukan adanya lingkungan permukiman yang sehat. Dari aspek persampahan maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi yang akan dapat dicapai bila sampah dapat dikelola secara baik sehingga bersih dari lingkungan permukiman dimana manusia beraktivitas di dalamnya. Secara umum, daerah perkotaan atau pedesaan yang mendapatkan pelayanan persampahan yang baik akan dapat dapat ditunjukkan memiliki kondisi sebagai berikut: a. Seluruh masyarakat, baik yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan memiliki akses untuk penanganan sampah yang dihasilkan dari aktivitas sehari- hari, baik di lingkungan perumahan, perdagangan, perkantoran, maupun tempat- tempat umum lainnya. b. Masyarakat memiliki lingkungan pemukiman yang bersih karena sampah yang dihasilkan dapat ditangani secara benar. c. Masyarakat mampu memelihara kesehatannya karena tidak terdapat sampah yang berpotensi menjadi bahan penularan penyakit seperti diarrhea, typus, disentri, dll, serta gangguan lingkungan baik berupa pencemaran udara, air atau tanah. Universitas Sumatera Utara d. Masyarakat dan dunia usahaswasta memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengelolahan persampahan sehingga memperoleh manfaat bagi kesejahteraannya. Kondisi tersebut diatas dapat tercapai bila visi pengembangan sistem pengelolaan persampahan dapat dicapai yaitu: pemukiman sehat, bersih dari sampah. Visi diatas merupakan suatu keadaan yang ingin dicapai dimasa depan secara mandiri melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara sinergis antar pemangku kepentingan yang terkait secara langsung maupun tidak dalam pengelolaan persampahan.

4.5.2. Misi Pengelolahan Persampahan

Untuk dapat mewujudkan visi pengembangan sistem pengelolaan persampahan maka dirumuskan misi, yaitu sebagai berikut: a. Mengurangi timbulan sampah dalam rangka pengelolaan persampahan yang berkelanjutan. b. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan sistem pengelolaan persampahan. c. Memberdayakan masyarakat dan meningkatkan peran aktif dunia usahaswasta. d. Meningkatkan kemampuan manajemen dan kelembagaan dalam sistem pengelolaan persampahan sesuai dengan prinsip good and cooperate govermance. e. Memobilisasi dana dari berbagai sumber untuk pengembangan sistem pengelolaan persampahan. f. Menegakkan hukum dan melengkapi peraturan perundangan untuk meningkatkan sistem pengelolaan persampahan. Universitas Sumatera Utara

4.5.3 Sarana dan Prasarana Tempat Pengelolaan Akhir

Tempat pengelolaan akhir sampah atau TPA merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap akhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Agar suatu TPA dapat dimanfaatkan dengan baik, lancar dan tidak menimbulkan masalah terhadap lingkungan sekitarnya maka diperlukan berbagai prasarana dan sarana yang dapat digolongkan atas: a. Fasilitas dasar TPA b. Fasilitas operasional TPA c. Fasilitas perlindungan lingkungan TPA d. Fasilitas penunjang TPA Secara lebih rinci prasarana dan sarana tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Fasilitas Dasar TPA

Merupakan fasilitas dasar yang diperlukan agar suatu TPA dapat dijangkau dan dimanfaatkan. Fasilitas dimaksud meliputi: a. Jalan masuk b. Jalan operasional c. Listrik atau genset d. Drinase keliling e. Pagar pengaman Universitas Sumatera Utara f. Air bersih g. Sumur bor h. Kantor

b. Fasilitas Operasional TPA

a. Alat berat b. Truk pengangkut tanah c. Pick up d. Becak bermotor e. Tanah

c. Fasilitas Perlindungan Lingkungan TPA

Agar pengoperasian TPA tidak menimbulkan masalah baru bagi lingkungan sekitarnya maka TPA sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas: a. Lapisan kedap air b. Saluran pengumpulan lindi c. Instalasi pengelolaan lindi d. Sumur uji atau sumur pantau e. Penanganan gas f. Penghijauan

d. Fasilitas Penunjang TPA

a. Bengkel b. Grasi c. Tempat pencucian alat angkut dan alat berat d. Alat pertolongan pertama pada kecelakaan e. Jembatan timbang f. Laboratorium Universitas Sumatera Utara g. Tempat parkir h. Mushola i. Hidrant kebakaran j. Mobil tangki air Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan yaitu melakukan teknik wawancara secara mendalam dengan informan, peneliti berhasil mengumpulkan informasi mengenai strategi bertahan hidup keluarga pemulung di lingkungan tempat pembuangan akhir sampah Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan. Pengumpulan data ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : 1. Studi kepustakaan library research yaitu pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku serta tulisan yang ada kaitannya terhadap masalah yang diteliti. 2. Peneliti melakukan observasi untuk memperoleh gambaran tentang kondisi fisik dan sosial lokasi penelitian dan selanjutnya untuk menggali informasi tentang strategi bertahan hidup keluarga pemulung di lingkungan tempat pembuangan akhir sampah Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan. 3. Melakukan wawancara terhadap informan pangkal, informan utama dan informan tambahan untuk mengetahui strategi bertahan hidup keluarga pemulung di lingkungan tempat pembuangan akhir sampah demi mempertahnkan kelangsungan hidup keluarga. Universitas Sumatera Utara