Cacing Gelang Ascaris lumbricoides

Gambar 2.2 Telur Ascaris lumbricoides unfertilized Cacing dewasa hidup dalam lumen usus kecil. Cacing betina dapat menghasilkan sekitar 200.000 telur per hari, yang dapat keluar melalui kotoran. Telur yang tidak dibuahi dapat dicerna namun tidak infektif. Telur yang dibuahi dapat menjadi infektif setelah 18 hari sampai beberapa minggu, tergantung pada kondisi lingkungan optimum: lembab, hangat, tanah yang terlindung. Setelah telur infektif yang tertelan menetas larva menyerang mukosa usus, dan dibawa melalui portal, kemudian ke sistem sirkulasi dan paru-paru. Larva dewasa hidup dalam paru-paru 10 sampai 14 hari, menembus dinding alveolar, naik ke bronkial kemudian ke tenggorokan, dan tertelan. Setelah mencapai usus kecil, A. lumbricoides berkembang menjadi cacing dewasa. Waktu yang dibutuhkan 2 dan 3 bulan dari telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur. Cacing dewasa dapat hidup 1 sampai 2 tahun CDC, 2015. Gejala yang ditimbulkan pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva cacing. Gangguan karena larva terjadi pada saat berada di paru, terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yang disertai batuk, demam dan eosinofilia dan pada foto toraks tampak infiltrate yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan tersebut disebut juga dengan Loeffler syndrome. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa biasanya ringan, penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi. Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus ileus Supali et al, 2008. Diagnosa A.lumbricoides harus dilakukan pemeriksaan makroskopi terhadap tinja dan muntahan penderita untuk menemukan cacing dewasa. Pada pemeriksaan mikroskopis atas tinja penderita dapat ditemukan telur cacing yang khas bentuknya di dalam tinja atau cairan empedu penderita Soedarto, 2011.

2.3.2. Cacing Cambuk Trichuris trichiura

Trichiuris trichiura disebut juga sebagai cacing cambuk dan merupakan yang paling umum nomor ketiga pada manusia. Cacing cambuk menyebabkan infeksi yang disebut trichuriasis dan sering terjadi di daerah tropis, sanitasi yang buruk, kotoran manusia digunakan sebagai pupuk dan buang air besar di tanah. Cacing tersebar dari orang ke orang melalui transmisi fecal-oral atau melalui makanan yang terkontaminasi CDC, 2013. Bentuk tubuh cacing dewasa sangat khas, mirip cambuk, dengan tiga per lima bagian anterior kecil seperti cambuk, dan dilalui oleh esofagus, sedangkan dua per lima bagian tubuh posterior lebih tebal. Panjang cacing jantan sekitar 4 cm sedangkan panjang cacing betina sekitar 5 cm. ekor jantan melengkung ke arah ventral, mempunyai satu spikulum retraktil yang berselubung. Badan bagian kaudal cacing betina membulat, tumpul berbentuk seperti koma. Bentuk telur T. trichiura mirip biji melon atau tong anggur, berwarna coklat, dan berukuran sekitar 50 x 25 mikron dan mempunyai dua kutub jernih yang menonjol Soedarto, 2011. Gambar 2.3 Telur Trichuris trichiura Telur cacing mengalami pematangan dan menjadi infektif di tanah dalam waktu 3 – 4 minggu. Jika manusia tertelan telur cacing yang infektif, maka di dalam usus halus dinding telur pecah dan larva ke luar menuju sekum lalu berkembang menjadi cacing dewasa. Dalam waktu satu bulan sejak masuknya telur infektif ke dalam mulut, cacing telah menjadi dewasa dan cacing betina sudah mulai mampu bertelur. Cacing betina dapat bertelur antara 3.000 – 20.000 telur perhari. T. trichiura dewasa dapat hidup beberapa tahun lamanya di dalam usus manusia Soedarto, 2011. T. trichiura dewasa melekat pada usus dengan cara menembus dinding usus, maka dapat menyebabkan timbulnya trauma dan kerusakan pada jaringan usus dan juga dapat menghasilakn toksin yang menyebabkan iritasi dan keradangan usus. Infeksi ringan beberapa ekor cacing umumnya tidak menimbulkan keluhan bagi penderita akan mengalami gejala dan keluhan berupa anemia berat dengan hemoglobin yang dapat kurang dari tiga persen, diare yang berdarah, nyeri perut, mual dan muntah dan berat badan yang menurun, dan dapat terjadi prolaps rectum dengan melalui pemeriksaan protoskopi dapat dilihat adanya cacing – cacing dewasa pada kolon atau rectum penderita. Pada pemeriksaan darah terlihat adanya gambaran eosinofilia dengan eosinofil lebih dari 3. Diagnosa pasti pada pemeriksaan tinja ditemukan telur T. trichiura Soedarto, 2011.

2.3.3. Cacing TambangHookworm Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Cacing tambang adalah salah satu cacing yang paling umum dari manusia. infeksi ini disebabkan oleh parasit Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Infeksi cacing tambang sering terjadi di daerah di mana kotoran manusia digunakan sebagai pupuk atau buang air besar ke tanah. Hookworm tersebar di seluruh dunia di daerah dengan suhu hangat, iklim lembab dan padat. CDC, 2013. Cacing tambang dewasa berbentuk silindris berwarna putih keabuan. Ukuran panjang cacing betina antara 9 sampai 13 mm, sedangkan cacing jantan berukuran antara 5 dan 11 mm. Ujung posterior tubuh cacing jantan terdapat bursa kopulatriks yaitu suatu alat bantu kopulasi. Tubuh A. duodenale dewasa mirip huruf C. Rongga mulutnya memiliki dua pasang gigi dan satu pasang tonjolan. Cacing betina mempunyai spina kaudal. Tubuh N. americanus dewasa lebih kecil dan lebih langsing dibanding badan A. duodenale. Tubuh bagian anterior cacing melengkung berlawanan dengan lengkungan bagian tubuh lainnya sehingga bentuk tubuh mirip hurus S. Di bagian rongga mulut terdapat 2 pasang alat pemotong cutting plate. Dan badan cacing betina tidak terdapat spina kaudal Soedarto, 2011. Telur cacing tambang pada pemeriksaan tinja di bawah mikroskop sinar, dan bentuk telur berbagai spesies cacing tambang mirip satu dengan lainnya, sehingga sukar dibedakan. Telur cacing tambang berbentuk lonjong, tidak berwarna, berukuran sekitar 65 x 40 mikron. Telur cacing tambang yang berdinding tipis dan tembus sinar ini mengandung embrio yang mempunyai empat blastomer Soedarto, 2011. Gambar 2.4. Telur dan Larva Hookworm Daur hidup cacing tambang hanya membutuhkan satu jenis hospes definitife yaitu manusia. sesudah keluar dari usus penderita, telur cacing tambang yang jatuh di tanah dalam waktu dua hari akan tumbuh menjadi larva rabditiform yang tidak infektif karena dapat hidup bebas di tanah. Dalam waktu seminggu akan berkembang menjadi larva filariform yang infektif. Kemudian larva filariform akan menginfeksi kulit manusia, menembus pembuluh darah dan limfe selanjutnya masuk ke dalam darah dan mengikuti aliran darah menuju ke jantung