Kesimpulan Saran Gambaran Pencemaran Soil Transmitted Helminthes pada Sayuran di Pasar Tradisional dan Modern di Kota Medan Bagian Selatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Soil Transmitted Helminths STH

Keberadan dan penyebaran suatu parasit di suatu daerah tergantung pada berbagai hal, yaitu adanya hospes yang peka, dan terdapatnya lingkungan yang sesuai bagi kehidupan parasit. Faktor sosial ekonomi hospes, terutama manusia, sangat mempengaruhi penyebaran parasit. Daerah pertanian, peternakan, kebiasaan menggunakan tinja untuk pupuk, kebersihan lingkungan, higiene perorangan yang buruk, dan kemiskinan merupakan faktor – faktor yang meningkatkan penyebaran penyakti parasit Soedarto, 2011. Daerah tropis yang basah dan temperaturnya yang optimal bagi kehidupan parasit merupakan tempat ideal bagi kehidupan parasit yang hidup pada manusia. salah satu di antaranya adalah penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah Soil Transmitted Helminths seperti askariasis, trichuriasis dan infeksi cacing tambang Soedarto, 2011. Menurut CDC 2013, Cacing STH hidup di usus dan telur keluar bersamaan dengan tinja orang yang terinfeksi. Jika orang yang terinfeksi buang air besar di luar dekat semak – semak, di taman, di lapangan atau jika tinja orang yang terinfeksi digunakan sebagai pupuk, telur akan tersimpan di dalam tanah. Telur Trichiuris trichiura dapat tumbuh di tanah liat, lembab dan teduh dengan suhu optimum 30˚C. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva Necator americanus yaitu 28˚C - 32˚C, sedangkan untuk larva Ancylostoma duodenale lebih rendah yaitu 23˚C - 25˚C dan pada umumnya A. duodenale lebih kuat dan tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur pasir, humus. Tanah liat, kelembapan tinggi dan suhu 25˚C - 30˚C merupakan kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif Supali dan Margono, 2008.

2.2 Sayuran Mentah Lalapan

Sayuran pada dasarnya mengandung banyak serat yang melancarkan pencernaan. Sayuran mempunyai banyak macamnya dengan khasiat yang beragam juga. Selain dikonsumsi sebagai sayuran yang dimasak, ada juga jenis sayuran yang dikonsumsi dalam keadaan mentah atau disebut lalapan. Sayuran lalapan merupakan jenis sayuran yang dikonsumsi secara mentah, karena dilihat dari tekstur dan organoleptik sayuran lalapan ini memungkinkan untuk dikonsumsi secara mentah Sudjana, 1991; Purba et al, 2012. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan untuk mengkonsumsi lalapan. Kelebihan sayuran lalapan ketika dikonsumsi zat – zat gizi yang terkandung didalamnya tidak mengalami perubahan, sedangkan pada sayuran yang dilakukan pengolahan seperti pemasakan di masak terlebih dahulu zat – zat gizinya akan berubah sehingga kualitas ataupun mutunya lebih rendah daripada bahan mentahnya Sudjana, 1991; Purba et al, 2012. Menurut Hadi 2012 beberapa jenis sayuran lalapan yang dipakai secara umum adalah selada, kenikir, pegagan, kemangi, kacang panjang, kol atau kubis, mentimun, labu siam. Di samping manfaatnya, masyarakat perlu hati – hati ketika mengkonsumsi lalapan sebab adanya kontaminasi cacing yang berbahaya. Hal ini dapat terjadi disebabkan karena para petani untuk meningkatkan kesuburan lahan pertanian sebagai media tempat tumbuhnya sayuran, sering menggunakan pupuk organik berupa humus atau kotoran ternak dan kebiasaan petani membuang hajat buang air besar di lahan pertanian, ikut memperparah kemungkinan kontaminasi Astawan, 2004; Purba et al, 2012.

2.3 Penyakit Kecacingan

Infeksi dan penyakit kecacingan yang disebabkan oleh kelompok cacing yang penting bagi manusia seringkali mempunyai dampak serius pada penderita maupun masyarakat dan ditemukan luas sekali di seluruh dunia yang pada umumnya daerah tropis. Penyebab penyakit ini termasuk golongan cacing yang ditularkan melalui tanah atau disebut juga Soil Transmitted Helminthes STH. Cacing yang terpenting bagi manusia dalah Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, dan Trichuris trichiura Hadidjaja dan Margono, 2011.

2.3.1. Cacing Gelang Ascaris lumbricoides

Ascaris lumbricoides dikenal juga sebagai cacing gelang dan penyakit yang disebabkannya disebut askariasis. Ascaris lumbricoides tersebar luas di seluruh dunia dengan cuaca hangat, iklim lembab, padat dan tempat dimana feses manusia digunakan sebagai pupuk, infeksi paling umum terutama di daerah tropis dan subtropis di mana sanitasi dan kebersihan yang buruk CDC, 2013. Telur ascaris memerlukan waktu inkubasi sebelum menjadi infektif, tergantung pada kondisi lingkungan misalnya temperatur, sinar matahari, kelembapan dan tanah liat. Telur akan mengalami kerusakan karena pengaruh bahan kimia, sinar matahari langsung dan pemanasan 70˚C Ideham dan Pusarawati, 2007. Distribusi penyebarannya paling luas dibanding infeksi helminthes yang lain, hal ini terkait dengan kemampuan cacing betina dewasa menghasilkan telur dalam jumlah banyak dan relatif tahan terhadap kekeringan atau temperature yang panas Ideham dan Pusarawati, 2007. Cacing ini adalah cacing berukuran besar, berwarna putih kecoklatan atau kuning pucat. Cacing jantan berukuran panjang antara 10-31 cm, sedangkan cacing betina panjang badannya antara 22-35 cm. Kutikula yang halus bergaris – garis tipis menutupi seluruh permukaan badan cacing. A. lumbricoides mempunyai mulut dengan tiga buah bibir, yang terletak sebuah di dorsal dan dua bibir lainnya terletak subventral. Selain ukuran cacing jantan lebih kecil dari betina, cacing jantan mempunyai ujung posterior yang runcing, dengan ekor melengkung ke arah ventral. Di bagian posterior terdapat 2 buah spikulum yang ukuran panjangnya sekitar 2 mm, sedangkan di bagian ujung posterior cacing terdapat juga banyak papil – papil yang berukuran kecil. Bentuk tubuh cacing betina membulat conical dengan ukuran badan yang lebih besar dan lebih panjang dari pada cacing jantan dan bagian ekor yang lurus, tidak melengkung Soedarto, 2011.