6. Dokumen Kontrak
C. Internet
http www. hukum online.co. id http:
, diakses tanggal 8 Desember 2013, jam 11:00. lifestyle.kompasiana.com
catatan20130612mengenal-arti-kata-tanggung- jawab-567952.html. diakses tanggal 8 Desember 2013, Jam 11.10.
Universitas Sumatera Utara
48
BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN PEMBORONGAN
A. Pengertian dan Pengaturan Mengenai Perjanjian Pemborongan
Perjanjian pemborongan secara umum diatur dalam Bab VII A Buku III KUHPerdata Pasal 1601 b, 1604 sampai dengan Pasal 1616 dan peraturan –
peraturan khusus yang dibuat oleh pemerintah seperti Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah yang telah mengalami
dua kali perubahan, yakni Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, serta dalam Algemene Voorwaarden
Voorde Unitvoering Bij Aaneming Van Openbare Werken in Indoensia Tahun 1941 AV 1941 yang berarti syarat – syarat umum untuk pelaksanaan
pemborongan pekerjaan umum Indonesia. AV 1941 adalah peratutan buatan pemerintah Hindia Belanda dan berlaku
berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hidian Belanda Nomor 9 tanggal 28 mei 1941 dan dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara TLN Nomor 14571 dan
merupakan peraturan standar atau baku bagi perjanjian pemborongan di Indonesia khususnya untuk proyek – proyek Pemerintah. Mengenai cara peraturan standar
AV 1941 masuk dalam perjanjian pemborongan sebagai perjanjian standar adalah sebagai berikut :
66
66
Djumialdji I, Op.Cit., hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
1. Dengan penunjukan yaitu dalam Surat Perintah Kerja SPK atau dalam Surat
Perjanjian Pemborongan kontrak terdapat ketentuan – ketentuan yang merujuk pada Pasal – pasal dari AV 1941.
2. Dengan penandatanganan yaitu dalam Surat Perintah Kerja SPK atau dalam
Surat Perjanjian Pemborongan kontrak dimuat ketentuan – ketentuan dari AV 1941 secara lengkap.
AV 1941 ini isinya banyak yang sudah ketinggalan zaman atau sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, maka perlu diadakan perubahan –
perubahan serta perbaikan – perbaikan di sana – sini supaya ketentuan – ketentuan dalam AV 1941 sesuai perkembangan industri maupun teknologi.
67
1. Perjanjian untuk melakukan jasa – jasa tertentu.
Perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata bersifat pelengkap artinya ketentuan – ketentuan dalam perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata tersebut
dapat digunakan oleh para pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dalam perjanjian pemborongan dapat membuat sendiri ketentuan – ketentuan
perjanjian pemborongan sepanjang tidak melanggar undang – undang, tidak bertentangan dengan ketentuan umum dan kesusilaan.
Dalam Pasal 1601 KUHPerdata diatur mengenai jenis – jenis perjanjian untuk melakukan pekerjaan :
2. Perjanjian perburuhan.
3. Perjanjian pemborongan pekerjaan.
67
Ibid., hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga perjanjian tersebut mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannnya yaitu bahwa pihak yang satu melakukan pekerjaan bagi pihak
yang lain dengan menerima upah. Adapun perbedaan antara perjanjian kerja dengan perjanjian pemborongan dan perjanjian melakukan jasa yaitu bahwa dalam
perjanjian kerja terdapat unsur subordinasi, sedangkan pada perjanjian pemborongan dan perjanjian melakukan jasa ada koordinasi. Mengenai perbedaan
antara perjanjian pemborongan dengan perjanjian melakukan jasa, yaitu bahwa dalam perjanjian pemborongan berupa mewujudkan suatu karya tertentu
sedangkan dalam perjanjian melakukan jasa berupa melaksanakan tugas tertentu yang ditentukan sebelumnya.
68
Perjanjian untuk melakukan jasa – jasa tertentu adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak menghendaki pihak lawannya melakukan sesuatu
pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dimana ia bersedia membayar upah, sedangkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali
terserah kepada pihak lawan itu. Biasanya pihak lawan itu adalah seorang ahli dalam melakukan pekerjaan tersebut dan biasanya ia juga sudah memasang tarif
jasanya tersebut.
69
68
Ibid., hal. 5.
69
R.Subekti I, Op.Cit., hal. 58.
Perjanjian perburuhan menurut Pasal 1601 a adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, si buruh, mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah
pihak yang lain si majikan, untuk sesuatu waktu tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, perjanjian pemborongan disebut dengan istilah pemborongan pekerjaan. Menurut Pasal 1601
b KUHPerdata “pemborongan pekerjaan adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu
pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan”. Jadi dalam perjanjian pemborongan hanya ada dua
pihak yang terkait yaitu pihak kesatu disebut pihak yang memborongkan dan pihak kedua disebut pihak pemborong.
Menurut Djumialdji, definisi perjanjian pemborongan di sini kurang tepat menganggap bahwa perjanjian pemborongan adalah perjanjian sepihak sebab si
pemborong hanya mempunyai kewajiban saja sedangkan yang memborongkan hak saja. Sebenarnya perjanjian pemborongan adalah perjanjian timbal balik yang
memiliki hak dan kewajiban.
70
Dengan demikian definisi perjanjian pemborongan yang benar menurut Djumialdji adalah sebagai berikut : Pemborongan pekerjaan adalah suatu
persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain, yang memborong,
mengikatkan diri untuk membayar suatu harga yang ditentukan.
71
Dari definisi tersebut di atas dapat dikatakan :
72
1. Bahwa yang membuat perjanjian pemborongan atau dengan kata lain yang
terkait dalam perjanjian pemborongan adalah dua pihak saja yaitu pihak kesatu disebut yang memborongkanprinsipilbouwheeraanbestederpemberi
tugas dan sebagainya. Pihak kedua disebut pemborongkontraktorannemer dan sebagainya.
2. Bahwa objek dari perjanjian pemborongan adalah pembuatan suatu karya het
maken van werk.
70
Djumialdji I, Op.Cit., hal. 4.
71
Ibid.
72
Ibid., hal. 4 – 5.
Universitas Sumatera Utara
Menurut R. Subekti perjanjian pemborongan adalah suatu perjanjian antara seseorang pihak yang memborongkan denga orang lain pihak yang memborong
pekerjaan, dimana pihak pertama menghendaki suatu hasil pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lawan, atas pembayaran suatu jumlah uang sebagai harga
borongan.
73
B. Sifat dan Bentuk Perjanjian Pemborongan