C. Macam dan Isi Perjanjian Pemborongan
Perjanjian pemborongan pekerjaan dibagi menjadi 2 dua macam, yaitu :
78
1. Perjanjian pemborongan pekerjaan dimana pihak pemborong diwajibkan
memberikan bahannya untuk pekerjaan tersebut. Dalam hal si pemborong diwajibkan memberikan bahannya dan kemudian pekerjaannya itu dengan
cara bagaimanapun musnah sebelum diserahkan kepada pihak yang memborongkan, maka segala kerugian adalah atas tanggungan si
pemborongan, kecuali apabila pihak yang memborongkan telah lalai untuk menerima hasil pekerjaan itu. Jika si pemborong hanya diwajibkan
melakukan pekerjaan saja, dan kemudian pekerjaannya musnah, maka ia hanya bertanggungjawab untuk kesalahannya Pasal 1605 dan Pasal 1606
KUHPerdata. 2.
Perjanjian pemborongan pekerjaan dimana si pemborong hanya akan melakukan pekerjaannya saja. Dalam hal si pemborong hanya diwajibkan
melakukan pekerjaan saja, di dalam Pasal 1607 KUHPerdata disebutkan bahwa jika musnahnya pekerjaan itu terjadi diluar sesuatu kelalaian dari
pihaknya si pemborong, sebelum pekerjaan itu diserahkan, sedang pihak yang memborongkan pekerjaan tidak telah lalai untuk memeriksa dan menyetujui
pekerjaanya, maka si pemborong tidak berhak atas harga yang dijanjikan, kecuali apabila musnahnya barang atau pekerjaan itu disebabkan oleh suatu
cacat dalam bahannya.
78
R. Subekti, Op.Cit., hal. 65
Universitas Sumatera Utara
Menurut cara terjadinya perjanjian pemborongan dibedakan atas :
79
1. Perjanjian pemborongan bangunan yang diperoleh sebagai hasil pelelangan
atas dasar penawaran yang diajukan competitive bid contract. 2.
Perjanjian pemborongan bangunan atas dasar penunjukan. 3.
Perjanjian pemborongan bangunan yang diperoleh sebagai hasil perundingan antara si pemberi tugas dengan pemborong negotiated contract.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah Pasal 50 sampai Pasal 54 jenis – jenis
perjanjian pemborongan dapat dibedakan atas : 1.
Kontrak Berdasarkan Cara Pembayaran a.
Kontrak Lump Sum, merupakan kontrak pengadaan barangjasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana
ditetapkan dalam kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut : 1
Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga.
2 Semua resiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barangjasa.
3 Pembayaran didasarkan pada tahap produkkeluaran yang dihasilkan
sesuai dengan kontrak. 4
Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran output based. 5
Total harga penawaran bersifat mengikat. 6
Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambahkurang.
79
Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan, Liberty, Yogyakarta, 1982, hal.59.
Universitas Sumatera Utara
b. Kontrak Harga Satuan, merupakan kontrak pengadaan barangjasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan
dengan spesifikasi teknis tertentu. 2
Volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat kontrak ditandatangani.
3 Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas
pekerjaan yang benar – benar telah dilaksanakan oleh penyedia barangjasa.
4 Dimungkinkan adanya pekerjaan tambahkurang berdasarkan hasil
pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. c.
Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan, adalah kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam 1 satu pekerjaan
yang diperjanjikan. d.
Kontrak Persentase, merupakan kontrak pengadaan jasa konsultasijasa lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Penyedia jasa konsultasijasa lainnya menerima imbalan berdasarkan
persentase dari nilai pekerjaan tertentu. 2
Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk atau keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak.
Universitas Sumatera Utara
e. Kontrak Terima Jadi Turnkey, merupakan kontrak pengadaan
barangpekerjaan konstruksijasa lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut :
1 Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai
dilaksanakan. 2
Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan
kriteria kinerja yang telah ditetapkan. 2.
Kontrak Berdasarkan Pembebanan Tahun Anggaran a.
Kontrak Tahun Tunggal, merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1 satu tahun
anggaran. b.
Kontrak Tahun Jamak, merupakan kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih 1 satu tahun anggaran atas beban anggaran, yang
dilakukan setelah mendapat persetujuan : 1
Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah.
2 MenteriPimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang
nilai kontraknya sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah bagi kegiatan penanaman benihbibit, penghijauan, pelayanan
perintis lautudara, makanan dan obat rumah sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita cukai,
layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service.
Universitas Sumatera Utara
Kontrak tahun jamak pada pemerintah daerah disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
3. Kontrak Berdasarkan Sumber Pendanaan
a. Kontrak Pengadaan Tunggal, merupakan kontrak yang dibuat oleh 1 satu
Pejabat Pembuat Komitmen PPK dengn 1 satu penyedia barangjasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
b. Kontrak Pengadaan Bersama, merupakan kontrak antara beberapa PPK
dengan 1 satu penyedia barangjasa untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan masing – masing PPK
yang menandatangani kontrak. c.
Kontrak Payung Framework Contract, merupakan kontrak harga satuan antara pemerintah dengan penyedia barangjasa yang dapat dimanfaatkan
oleh KLDI, dengan ketentuan sebagai berikut : 1
Diadakan untuk menjamin harga barangjasa yang lebih efesien, ketersediaan barangjasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara
berulang dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada saat kontrak ditandatangani
2 Pembayaran dilakukan oleh setiap PPKSatuan Kerja yang didasarkan
pada hasil penilaianpengukuran bersama terhadap volumekuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh penyedia barangjasa secara
nyata.
Universitas Sumatera Utara
4. Kontrak Berdasarkan Jenis Pekerjaan
a. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal, merupakan kontrak pengadaan
barangjasa yang hanya terdiri dari 1 satu pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan.
b. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi, merupakan kontrak pengadaan
pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan danatau pengawasan.
Mengenai isi dari perjanjian pemborongan di dalam KUHPerdata tidak ditentukan lebih lanjut. Oleh karena itu, baik pihak yang memborongkan
pekerjaan maupun pihak yang memborong pekerjaan, dapat menentukan sendiri isi dari perjanjian pemborongan yang mereka buat, sesuai dengan asas kebebasan
berkontrak yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, sebagai berikut : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi
mereka yang membuatnya”. Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata tersebut mengandung pengertian sebagai
berikut : 1.
Bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian maupun tidak membuat perjanjian.
2. Bahwa setiap orang bebas menentukan isi dari perjanjian.
3. Bahwa setiap orang bebas menentukan bentuk dari perjanjian.
4. Bahwa setiap orang bebas mengadakan perjanjian dengan siapa pun.
5. Bahwa setiap orang bebas menentukan hukumnya yang berlaku bagi
perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi, kebebasan tersebut di atas dapat dilakukan dengan adanya pembatasan tertentu, yaitu sepanjang tidak dilarang oleh undang – undang, tidak
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Pada umumnya, isi dari suatu perjanjian pemborongan memuat secara
terperinci mengenai :
80
1. Luasnya pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian tentang
pekerjaan dan syarat – syarat pekerjaan yang disertai dengan gambar bestek dilengkapi dengan uraian tentang bahan material, alat – alat dan
tenaga kerja yang diperlukan. 2.
Penentuan tentang harga pemborongan. 3.
Mengenai jangka waktu penyelesaian pekerjaan. 4.
Mengenai sanksi dalam hal terjadinya wanprestasi. 5.
Tentang resiko dalam hal terjadinya overmacht. 6.
Penyelesaian jika terjadi perselisihan. 7.
Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemborongan. Di dalam perjanjian pemborongan bangunan, harus disebutkan mengenai
peraturan standar yang mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak perjanjian pemborongan tersebut. Peraturan standar dalam perjanjian pemborongan, selain
menyangkut persyaratan teknisnya juga mengatur persyaratan administratifnya. Di Indonesia sebelum terbentuknya peraturan standar yang baru mengenai
pemborongan, sejak tahun 1941 telah berlaku peraturan standar yang lama yaitu Algemene Voorwarden voorde unitvoering bij aanneming van openbare werken in
80
Ibid., hal. 62.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia AV. Dimana dalam perjanjian pemborongan, mengenai hak dan kewajiban antara para pihak dalam perjanjian pemborongan tersebut dari segi
administratifnya tunduk pada ketentuan AV 1941. Sedangkan mengenai segi teknisnya tunduk pada ketentuan yang telah diatur dalam Standard Specification
yang telah dibentuk oleh Departemen Pekerjaan Umum. Sebelum terbentuknya peraturan standar yang baru maka AV 1941 tetap
berlaku. Namun, terjadi perkembangan yang berarti di bidang hukum pemborongan dengan keluarnya undang – undang yang khusus mengatur tentang
pemborongan kerja ini, yakni Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi. Dengan berlakunya Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999
tersebut, maka seluruh ketentuan lama yang bertentangan dengan Undang – Undang tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi. Hal ini berarti bahwa perundang –
undangan yang lama masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999.
81
1. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak.
Menurut ketentuan Pasal 22 ayat 2 Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1999, kontrak kerja konstruksi sekurang – kurangnya harus mencakup mengenai :
2. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup
kerja, nilai pekerjaan, dan batas waktu pelaksanaan. 3.
Masa pertanggungan danatau pemeliharaan, yang memuat jangka waktu pertanggungan danatau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia
jasa.
81
Munir Fuady II, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
4. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, kualifikasi dan
klasifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. 5.
Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa, serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi.
6. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pihak pengguna
jasa dalam melakukan pembayaran dari hasil pekerjaan konstruksi. 7.
Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan.
8. Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara
penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan. 9.
Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat
dipenuhinya kewajiban salah satu pihak. 10.
Keadaan memaksa force majeur, yang memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul diluar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan
kerugian bagi salah satu pihak. 11.
Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa danatau pengguna jasa atas kegagalan bangunan.
12. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak
dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial.
Universitas Sumatera Utara
D. Peserta dalam Perjanjian Pemborongan