E. Berakhirnya Perjanjian
Menurut Pasal 1381 KUHPerdata hapusnya perjanjian karena sebagai berikut :
1. Pembayaran
Pembayaran yang dimaksud pada bagian ini berbeda dari istilah pembayaran yang dipergunakan dalam percakapan sehari – hari karena
pembayaran dalam pengertian sehari – sehari harus dilakukan dengan menyerahkan uang sedangkan menyerahkan barang selain uang tidak disebut
sebagai pembayaran, tetapi pada bagian ini yang dimaksud dengan pembayaran adalah segala bentuk pemenuhan prestasi.
46
Pembayaran pada umumnya dilakukan oleh debitursi berhutang, namun dalam KUHPerdata pembayaran boleh juga dilakukan oleh orang lain yang
berkepentingan bahkan yang tidak berkepentingan, orang lain yang dimaksud adalah :
47
a. orang yang turut berutang tanggung menanggung
b. penanggung utang
c. pihak ketiga yang tidak berkepentingan.
Pada bagian a dan b di atas adalah termasuk orang lain atau pihak ketiga yang berkepentingan karena orang yang turut berutang dalam utang tanggung
menanggung memang berkepentingan untuk membayar utang mereka, karena dalam perjanjian yang sifatnya tanggung menanggung, semua pihak yang turut
berutang tersebut berkewajiban membayar utang tersebut, hanya saja siapa pun di
46
Ahmadi Miru, Op.Cit., hal. 87 – 88.
47
Ibid., hal. 88.
Universitas Sumatera Utara
antara si berutang tersebut yang melunasi utang mereka, si berutang lainnya sudah ikut bebas dalam pembayaran terhadap kreditor. Sama halnya dengan penanggung
utang, juga berkepentingan untuk membayar utang dari si debitur karena sejak semula dia sudah terikat untuk membayar utang debitur manakala si debitur
sendiri tidak mampu membayar utangnya.
48
Berbeda dari orang yang turut berutang dan penanggung utang yang memang berkepentingan untuk membayar utang debitur, pihak ketiga yang tidak
berkepentingan juga dimungkinkan untuk membayar utang debitur, hanya saja pihak ketiga yang tidak berkepentingan tersebut dalam membayar utang debitur
bertindak atas nama debitur, tetapi seandainya pun dalam pembayaran utang debitur tersebut dia bertindak atas nama sendiri, pembayaran tersebut juga tetap
sah, asal saja dia tidak menggantikan hak – hak si kreditor.
49
a. Orang yang membayar adalah pemilik mutlak barang yang digunakan
untuk membayar. Walaupun ada beberapa pihak yang dapat melakukan pembayaran
terhadap kreditor, untuk sahnya pembayaran tersebut, harus memenuhi syarat sebagai berikut.
b. Orang yang membayar juga harus berkuasa memindahtangankan barang
yang digunakan untuk membayar tersebut.
48
Ibid.
49
Ibid., hal. 88 – 89.
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya dengan orang yang berhak membayar suatu utang, dalam hal orang yang berhak menerima pembayaran pun dapat terdiri atas beberapa
kemungkinan. Orang yang berhak menerima pembayaran adalah :
50
a. si kreditor sendiri
b. orang yang dikuasakan oleh si kreditor
c. orang yang dikuasakan oleh hakim
d. orang yang ditunjuk oleh undang – undang.
2. Penawaran Pembayaran Tunai Diikuti dengan Penyimpanan atau Penitipan
Konsignasi Apabila seorang kreditor menolak pembayaran yang dilakukan oleh
debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas utangnya, dan jika kreditor masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau barangnya di
pengadilan.
51
Penawaran pembayaran yang diikuti dengan penitipan uang atau barang di pengadilan, membebaskan debitur dan berlaku baginya sebagai pembayaran asal
penawaran itu dilakukan berdasarkan undang – undang, dan apa yang dititipkan itu merupakan atas tanggungan si kreditor.
52
Agar penawaran pembayaran yang dilakukan oleh debitur tersebut sah, maka harus memenuhi syarat antara lain :
53
a. dilakukan kepada kreditor atau kuasanya.
b. dilakukan oleh debitur atau yang berkuasa membayar.
c. yang ditawarkan adalah utang pokok, bunga, biaya yang telah ditetapkan
maupun yang belum ditetapkan, tetapi ditetapkan kemudian.
50
Ibid., hal. 90.
51
Ibid., hal. 96.
52
Ibid.
53
Ibid., hal. 96 – 97.
Universitas Sumatera Utara
d. telah jatuh tempo kalau dibuat untuk kepentingan kreditor.
e. syarat dengan nama utang dibuat telah terpenuhi.
f. dilakukan di tempat yang diperjanjikan, kalau tidak diperjanjikan, kepada
kreditor pribadi atau di tempat tinggal sesungguhnya atau tempat tinggal yang dipilihnya.
g. dilakukan oleh seorang notaris atau jurusita, yang disertai dua orang saksi.
Untuk sahnya suatu penyimpanan atau penitipan, tidak harus barang yang dititipkan tersebut betul – betul dikuasai oleh hakim, tetapi sudah cukup jika
sebagai berikut :
54
a. Peyimpanan itu didahului oleh keterangan yang diberitahukan kepada
kreditor tentang penentuan hari, jam, dan tempat di mana barang yang ditawarkan tersebut akan disimpan.
b. Debitur telah melepaskan barang yang ditawarkan dengan menitipkannya
pada kas penyimpanan atau penitipan di kepaniteraan pengadilan, yang disertai bunga sampai pada hari penitipan.
c. Oleh notaris atau juru sita yang disertai dua orang saksi dibuat suatu berita
acara yang menerangkan wujud mata uang yang ditawarkan, penolakan kreditor atau bahwa kreditor tidak datang menerimanya, dan tentang
dilakukannya penyimpanan itu sendiri.
d. Jika kreditor tidak datang menerimanya, berita acara penitipan tersebut
disampaikan kepadanya dengan peringatan untuk mengambil apa yang telah dititipkan itu.
3. Pembaharuan Hutang Novasi
Novasi diatur dalam Pasal 1413 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1424 KUHPerdata. Novasi adalah suatu perjanjian antara debitur dengan kreditur, di
mana perjanjian lama dan subjeknya yang ada dihapuskan dan timbul sebuah objek dan subjek perjanjian yang baru.
Di dalam Pasal 1413 KUHPerdata, novasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
55
54
Ibid., hal. 97.
55
Salim HS II, Op.Cit., hal 169.
Universitas Sumatera Utara
a. Novasi Objektif
Novasi objektif yaitu suatu perjanjian yang dibuat antara debitur dan kreditur, di mana perjanjian lama dihapuskan. Ini berkaitan dengan objek
perjanjian.
b. Novasi Subjektif yang Pasif
Novasi subjektif yang pasif yaitu perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur, namun debiturnya diganti oleh debitur yang baru, sehingga
debitur lama dibebaskan. Inti dari novasi subjektif yang pasif adalah penggantian debitur lama dengan debitur baru.
c. Novasi Subjektif yang Aktif
Novasi subjektif yang aktif yaitu penggantian kreditur, di mana kreditur lama dibebaskan dari kontrak, dan kemudian muncul kreditur baru dengan
debitur lama. Inti novasi ini adalah penggantian kreditur.
4. Perjumpaan Utang atau Kompensasi
Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1435 KUHPerdata. Yang diartikan dengan kompensasi,
adalah penghapusan masing – masing utang dengan jalan saling memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih antara kreditur dan debitur. Tujuan utama
kompensasi adalah penyederhanaan pembayaran yang simpang siur antara pihak kreditur dan debitur, dimungkinkan terjadinya pembayaran sebagian, memberikan
kepastian pembayaran dalam keadaan pailit.
56
Adapun syarat terjadinya kompensasi adalah sebagai berikut :
57
a. kedua – duanya berpokok pada sejumlah uang; atau
b. berpokok pada jumlah barang yang dapat dihabiskan dari jenis yang sama;
atau c.
kedua – duanya dapat ditetapkan dan ditagih seketika.
56
Ibid., hal. 170.
57
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
5. Percampuran Utang
Percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1437 KUHPerdata. Percampuran utang adalah percampuran kedudukan
sebagai orang yang berutang dengan kedudukan sebagai kreditur menjadi satu. 6.
Pembebasan Utang Pembebasan utang diatur dalam Pasal 1438 KUHPerdata sampai dengan
1443 KUHPerdata. Pembebasan utang adalah suatu pernyataan sepihak dari kreditur kepada debitur, bahwa debitur dibebaskan dari perutangan.
58
Namun pembebasan utang bagi kreditur tidak dapat dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan karena jangan sampai utang tersebut sudah cukup lama tidak
ditagih, debitur menyangka bahwa terjadi pembebasan utang. Hanya saja pengembalian sepucuk tanda piutang asli secara sukarela oleh kreditur. Maka, hal
itu sudah merupakan suatu bukti tentang pembebasan utangnya bahkan terhadap orang lain yang turut berutang secara tanggung menanggung.
Jika debitur menerima pernyataan kreditur tersebut maka berakhirlah perjanjian utang piutang
diantara mereka.
59
7. Musnahnya Barang yang Terutang
Jika suatu barang tertentu yang dijadikan objek perjanjian musnah, tidak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang, hapuslah perikatannya, kecuali kalau hal
tersebut terjadi karena kesalahan debitur atau debitur telah lalai menyerahkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
60
58
Ibid., hal. 172.
59
Ahmadi Miru, Op.Cit., hal. 104.
60
Ibid., hal. 105.
Universitas Sumatera Utara
8. Kebatalan atau Pembatalan
Kebatalan atau batal demi hukum suatu kontrak terjadi jika perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat objektif dari syarat sahnya kontrak yaitu “suatu
hal tertentu” dan “sebab yang halal.” Jadi kalau kontrak itu objeknya tidak jelas atau bertentangan dengan undang – undang, ketertiban umum atau kesusilaan,
kontrak tersebut batal demi hukum.
61
Pembatalan kontrak sangat terkait dengan pihak yang melakukan kontrak, dalam arti apabila pihak yang melakukan kontrak tersebut tidak cakap menurut
hukum, baik itu karena belum cukup umur 21 tahun atau karena di bawah pengampuan, kontrak tersebut dapat dimintakan pembatalan oleh pihak yang tidak
cakap tersebut apakah diwakili oleh wali atau pengampunya atau setelah dia sudah berumur 21 tahun atau sudah tidak di bawah pengampuan.
62
Disamping karena belum dewasa atau karena di bawah pengampuan, pihak yang melakukan perjanjian juga dapat meminta pembatalan perjanjian atau
kontraknya jika kontrak tersebut dibuat karena adanya paksaan, kekhilafan, atau penipuan.
63
9. Berlakunya Syarat Batal
Hapusnya perjanjian yang diakibatkan oleh berlakunya syarat batal terjadi jika kontrak yang dibuat oleh para pihak adalah kontrak dengan syarat batal, dan
apabila syarat itu terpenuhi, maka kontrak dengan sendirinya batal, yang berarti mengakibatkan hapusnya kontrak tersebut.
64
61
Ibid., hal. 107.
62
Ibid.
63
Ibid., hal. 108.
64
Ibid., hal. 109.
Universitas Sumatera Utara
10. Daluarsa atau Lewat waktu
Lewatnya waktu adalah suatu upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas
syarat – syarat yang ditentukan oleh undang – undang Pasal 1946 KUHPerdata.
65
65
Abdul Kadir Muhammad, Op.Cit., hal. 73.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang