b. Derden Beding janji pihak ketiga berdasarkan asas pribadi suatu
perjanjian berlaku bagi pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri dan para pihak tidak dapat mengadakan perjanjian yang mengikat pihak ketiga,
kecuali dalam apa yang disebut janji guna pihak ketiga. 9.
Perjanjian menurut sifatnya dibedakan menjadi : a.
Perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang utama. b.
Perjanjian accessoir adalah perjanjian tambahan yang mengikuti perjanjian utamapokok, misalnya perjanjian pembebanan hak tanggungan atau
fidusia.
D. Asas – Asas Perjanjian
Dalam hukum perjanjian dikenal 5 lima asas penting, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas kepastian hukum pacta sunt
servanda, asas itikad baik, dan asas kepribadian. Penjelasan mengenai kelima asas tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Asas Kebebasan Berkontrak Beginsel der Contracts Vrijheid
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang – undang, maupun
yang belum diatur dalam undang – undang. Tapi kebebasan ini tetap ada batasnya, yaitu selama kebebasan itu tetap berada di dalam batas – batas persyaratannya,
serta tidak melanggar hukum, sesusilaan dan ketertiban umum. Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat
1 KUHPerdata, yang berbunyi : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi mereka yang membuatnya.”
Universitas Sumatera Utara
Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk :
39
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian
b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya
d. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
2. Asas Konsensualisme Concensualism
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata. Dalam pasal itu ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya
perjanjian yaitu adanya kesepakatan kedua belah pihak.
40
Asas konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan
persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Pada dasarnya perjanjian sudah lahir sejak detik tercapainya kata sepakat.
Perjanjian telah mengikat ketika kata sepakat dinyatakan dan diucapkan.
41
3. Asas Kepastian Hukum Pacta Sunt Servanda
Namun terdapat pengecualian dalam hal undang – undang memberikan syarat formalitas tertentu terhadap suatu perjanjian,
misalnya syarat harus tertulis, contohnya jual beli tanah yang merupakan kesepakatan yang harus dibuat secara tertulis dengan akta otentik Notaris.
Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian hukum. Asas ini berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda
39
Salim HS II, Op.Cit., hal. 9.
40
Ibid., hal. 10.
41
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang –
undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak.
42
4. Asas Iktikad Baik Goede Trouw
Setiap orang yang membuat kontrak, dia terikat untuk memenuhi kontrak tersebut karena kontrak tersebut mengandung janji – janji yang harus dipenuhi dan
janji tersebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang – undang. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat 1
KUPerdata, yang berbunyi : “Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang”.
Asas iktikad baik dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata, yang berbunyi : “Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.” Asas iktikad
merupakan asas bahwa para pihak harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para
pihak. Asas iktikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu iktikad baik nisbi dan
iktikad baik mutlak. Pada iktikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada iktikad baik mutlak, penilaiannya
terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan penilaian tidak memihak menurut norma – norma yang objektif.
43
42
Ibid.
43
Ibid., hal 11.
Universitas Sumatera Utara
5. Asas Kepribadian Personalitas
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan
perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPerdata berbunyi : “Pada umumnya seseorang
tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Inti ketentuan ini bahwa seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk
kepentingan dirinya sendiri. Pasal 1340 KUHPerdata berbunyi : “Perjanjian hanya berlaku antara pihak yang membuatnya.” Ini berarti bahwa perjanjian yang dibuat
oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun, ketentuan itu ada pengecualiannya, sebagaimana yang diintrodusir dalam Pasal 1317
KUHPerdata, yang berbunyi : “Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu
pemberian kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.” Pasal ini mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk
kepentingan pihak ketiga dengan suatu syarat yang ditentukan. Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUHPerdata, tidak hanya mengatur perjanjian untuk diri
sendiri, tetapi juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang – orang yang memperoleh hak dari padanya.
44
Jika dibandingkan kedua pasal itu maka dalam Pasal 1317 KUHPerdata mengatur tentang perjanjian untuk pihak ketiga. Sedangkan dalam Pasal 1318
KUHPerdata untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli warisnya, dan orang – orang
44
Ibid., hal. 12 – 13.
Universitas Sumatera Utara
yang memperoleh hak dari padanya. Pasal 1317 KUHPerdata mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan Pasal 1318 KUHPerdata, ruang lingkupnya yang
luas. Disamping kelima asas yang di atas, di dalam Lokakarya Hukum Perikatan
yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman dari tanggal 17 sampai dengan tanggal 19 Desember 1985 telah
berhasil dirumuskan delapan asas hukum perikatan nasional, yaitu :
45
1. Asas Kepercayaan
Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan
diantara mereka di belakang hari. 2.
Asas Persamaan Hukum Yang dimaksud dengan asas persamaan hukum adalah bahwa subjek
hukum yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak dibeda – bedakan antara
satu sama lain, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
3. Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan
untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan
45
Ibid., hal 13 – 14.
Universitas Sumatera Utara
prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan iktikad baik.
4. Asas Kepastian Hukum
Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian, yaitu
sebagai undang – undang bagi yang membuatnya. 5.
Asas Moral Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan
sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi dari pihak debitur.
6. Asas Kepatutan
Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Asas ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.
7. Asas Kebiasaan
Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal –
hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti. 8.
Asas Perlindungan Asas perlindungan mengandung pengertian bahwa antara debitur dan
kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu adalah pihak debitur, karena pihak debitur berada pada
pihak yang lemah.
Universitas Sumatera Utara
E. Berakhirnya Perjanjian