Syarat – Syarat Sahnya Perjanjian

B. Syarat – Syarat Sahnya Perjanjian

Suatu perjanjian agar dapat dikatakan mempunyai kekuatan yang mengikat sebagai undang – undang bagi mereka yang membuatnya, harus dibuat berdasarkan syarat – syarat sahnya perjanjian. Menurut ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata ada 4 empat syarat yang harus ada pada setiap perjanjian agar perjanjian tersebut dapat berlaku secara sah. Adapun keempat syarat yang ditentukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata adalah : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu sebab yang halal Penjelasan mengenai syarat – syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPerdata tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Sepakat Mereka yang Mengikatkan Dirinya Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu kontrak. kesepakatan ini dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya unsur penawaran offer oleh salah satu pihak, kemudian diikuti oleh penerimaan penawaran acceptance dari pihak lain. 23 23 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal. 14. Jadi, yang dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara Universitas Sumatera Utara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah pernyataannya, karena kehendak itu tidak dapat dilihatdiketahuai orang lain. 24 Untuk mengetahui kapan kesepakatan itu terjadi ada beberapa macam teoriajaran, yaitu : 25 a. Teori Pernyataan verklarings theorie, mengajarkan bahwa sepakat terjadi saat kehendak pihak yang menerima tawaran menyatakan bahwa ia menerima penawaran itu. b. Teori Pengiriman verzendings theorie, mengajarkan bahwa sepakat terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran. c. Teori Pengetahuan vernemings theorie, mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima walaupun penerimaan itu belum diterimannya dan tidak diketahui secara langsung. d. Teori Penerimaan ontvangs theorie, mengajarkan kesepakatan terjadi pada saat pihak yang menawarkan menerima langsung jawaban dari pihak lawan. Sehubungan dengan adanya persesuaian antara pernyataan dengan kehendak seperti yang telah disebutkan diatas, adakalanya pernyataan yang timbul tidak sesuai dengan kehendak yang ada dalam batin. Mengenai hal ini terdapat beberapa teori yang dijadikan pemecahannya, yaitu : 26 a. Teori Kehendak wils theorie, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi perjanjian atau belum adalah adanya kehendak para pihak. b. Teori Pernyataan verklarings theorie, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi perjanjian atau belum adalah pernyataan. Jika terjadi perbedaan antara kehendak dengan pernyataan maka perjanjian tetap terjadi. c. Teori Kepercayaan vertouwens theorie, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi perjanjian atau belum adalah pernyataan seseorang yang secara objektif dapat dipercaya. 24 Salim H.S II, Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hal. 33. 25 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hal. 47 – 48. 26 Ibid., hal. 49. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan syarat sahnya perjanjian tersebut di atas, khususnya syarat kesepakatan yang merupakan penentu terjadinya atau lahirnya perjanjian, berarti bahwa tidak adanya kesepakatan para pihak, tidak terjadi kontrak. Akan tetapi, walaupun terjadi kesepakatan para pihak yang melahirkan perjanjian, terdapat kemungkinan bahwa kesepakatan yang telah dicapai tersebut mengalami kecacatan atau yang biasa disebut cacat kehendak atau cacat kesepakatan sehingga memungkinkan perjanjian tersebut dimintakan pembatalan oleh pihak yang merasa dirugikan oleh perjanjian tersebut. 27 a. Kekhilafankekeliruankesesatandwaling Pasal 1322 KUHPerdata Berdasarkan Pasal 1321 KUHPerdata ada terdapat 3 tiga unsur cacat kehendak, yaitu : Seseorang dikatakan telah membuat kontrak secara silap manakala dia ketika membuat kontak tersebut dipengaruhi oleh pandangan atau kesan yang ternyata tidak benar. Jadi, kekhilafan terjadi jika salah satu pihak keliru tentang apa yang diperjanjikan, namun pihak lain membiarkan pihak tersebut dalam keadaan keliru. Yang merupakan objek dari kesilapan, sehingga kontrak tersebut dapat dibatalkan, adalah sebagai berikut : 28 1 Kesilapan terhadap hakikat barang error in subtansia, dalam hal ini yang menjadi objek dari kesilapan adalah hakikat barangnya yang diperjanjikan dalam kontrak. Misalnya kontrak jual beli suatu lukisan yang disangka lukisan ciptaan pelukis Affandi, ternyata lukisan tersebut bukan lukisan dari pelukis Affandi. 27 Ahmadi Miru, OpCit., hal. 17. 28 Munir Fuady I, Op.Cit., hal. 42. Universitas Sumatera Utara 2 Kesilapan terhadap diri orang error in persona, objek kesilapan dapat juga terhadap diri orang yang melakukan kontrak. Terhadap kesilapan mengenai orang tersebut tidaklah dapat membatalkan kontrak, kecuali jika kontrak yang bersangkutan semata – mata dibuat mengingat tentang diri orang tersebut. Misalnya kontrak pertunjukan penyanyi terkenal yang disangka Madonna ternyata kemudian bukan Madonna. b. Paksaandwang Pasal 1323 – 1327 KUHPerdata Yang dimaksud dengan paksaan menurut KUHPerdata adalah suatu perbuatan yang menakutkan seseorang yang berpikiran sehat, di mana terhadap orang yang terancam karena paksaan tersebut timbul ketakutan baik terhadap dirinya maupun terhadap kekayaannya dengan suatu kerugian yang terang dan nyata. 29 Jadi, suatu paksaan dapat menyebabkan dibatalkannya suatu kontrak dalam hal paksaan tersebut menimbulkan ketakutan terhadap diri orang tersebut dan ketakutan terhadap kerugian yang nyata dan terang terhadap harta kekayaan orang yang bersangkutan. Menurut KUHPerdata, agar suatu paksaan dapat mengakibatkan pembatalan suatu kontrak, paksaan tersebut haruslah memenuhi syarat – syarat sebagai berikut : 30 1 Paksaan dilakukan terhadap orang yang membuat kontrak, atau suami atau istri dari orang yang membuat kontrak, atau sanak keluarga dalam dalam garis ke atas atau ke bawah. 29 Ibid., hal. 36. 30 Ibid., hal 36 – 37. Universitas Sumatera Utara 2 Paksaan dilakukan oleh salah satu pihak dalam kontrak, atau pihak ketiga untuk kepentingan siapa kontrak tersebut dibuat. 3 Paksaan tersebut menakutkan seseorang. 4 Orang yang takut tersebut harus berpikiran sehat. 5 Ketakutan karena paksaan tersebut berupa ketakutan terhadap diri orang tersebut, atau ketakutan terhadap kerugian yang nyata dan terang terhadap harta kekayaan orang yang bersangkutan. 6 Timbulnya ketakutan karena paksaan haruslah dengan mempertimbangkan keadaan dari yang dipaksakan berupa usia, kelamin, kedudukan. 7 Ketakutan bukan karena hormat dan patuh kepada orang tua atau sanak keluarga tanpa paksaan. 8 Setelah terjadi paksaan kontrak tersebut tidak telah dikuatkan dengan tegas atau diam - diam. 9 Tidak telah lewat waktu kadaluarsa setelah dilakukan paksaan. c. Penipuanbedraq Pasal 1328 KUHPerdata Yang dimaksud dengan penipuan suatu kontrak adalah suatu tipu muslihat yang dipakai oleh salah satu pihak sehingga menyebabkan pihak lain dalam kontrak tersebut telah menandatangani kontrak tersebut, padahal tanpa tipu muslihat tersebut pihak lain tidak akan menandatangani kontrak yang bersangkutan. 31 31 Ibid., hal. 38. Universitas Sumatera Utara Dalam perkembangannya muncul unsur cacat kehendak yang keempat yaitu penyalahgunaan keadaanundue influence KUHPerdata tidak mengenal. Pada hakikatnya ajaran penyalahgunaan keadaan bertumpu pada dua hal, yaitu penyalahgunaan keunggulan ekonomi dan penyalahgunaan keunggulan kejiwaan termasuk tentang psikologi, pengetahuan, dan pengalaman. 32 Jadi, penyalahgunaan keadaan terjadi jika pihak yang memiliki posisi yang kuat posisi tawarannya dari segi ekonomi maupun psikologi menyalahgunakan keadaan sehingga pihak lemah menyepakati hal – hal yang memberatkan baginya. 33 2. Kecakapan Untuk Membuat Suatu Perikatan Kecakapan adalah kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbutan hukum adalah perbuatan yang menimbulkan akibat hukum. Orang – orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang – orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang ditentukan oleh undang – undang. Orang yang cakap mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa. Ukuran dewasa adalah telah berumur 21 tahun dan atau sudah kawin. Sementara itu Pasal 1329 KUHPerdata menyebutkan “setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan – perikatan, jika ia oleh undang – undang tidak dinyatakan tak cakap”. Mengenai orang yang dianggap tidak cakap diatur dalam Pasal 1330 KUHPerdata, di dalamnya ditentukan bahwa tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah : a. Orang – orang yang belum dewasa 32 Handri Raharjo, Op.Cit., hal. 51 33 Ahmadi Miru, Op.Cit., hal. 18. Universitas Sumatera Utara b. Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan c. Orang – orang perempuan dalam hal – hal yang ditetapkan oleh undang – undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang – undang telah melarang membuat perjanjian – perjanjian tertentu. Khusus huruf c di atas mengenai perempuan dalam hal yang ditetapkan dalam undang – undang sekarang ini tidak dipatuhi lagi karena hak perempuan dan laki – laki telah disamakan dalam hal membuat perjanjian sedangkan untuk orang – orang yang dilarang oleh perjanjian untuk membuat perjanjian tertentu sebenarnya tidak tergolong sebagai orang yang tidak cakap, tetapi hanya tidak berwenang membuat perjanjian tertentu. 34 3. Suatu Hal Tertentu Dalam suatu kontrak objek perjanjian harus jelas dan ditentukan oleh para pihak, objek perjanjian tersebut dapat berupa barang maupun jasa, namun dapat juga berupa tidak berbuat sesuatu. Hal tertentu ini dalam kontrak disebut prestasi yang dapat berwujud barang, keahlian atau tenaga, dan tidak berbuat sesuatu. 35 Beberapa dari hal di atas, dalam KUHPerdata dan pada umumnya sarjana hukum berpendapat bahwa prestasi itu dapat berupa : 36 a. Menyerahkanmemberikan sesuatu b. Berbuat sesuatu c. Tidak berbuat sesuatu Untuk menentukan barang yang menjadi objek perjanjian, dapat dipergunakan berbagai cara seperti : menghitung, menimbang, mengukur, dan 34 Ibid., hal. 29 – 30. 35 Ibid., hal. 30. 36 Ibid. Universitas Sumatera Utara menakar. Sementara itu, untuk menentukan jasa, harus ditentukan apa yang harus dilakukan oleh salah satu pihak. Untuk menentukan tentang hal tertentu yang berupa tidak berbuat sesuatu juga harus dijelaskan dalam kontrak seperti “berjanji untuk tidak saling membuat pagar pembatas antara dua rumah yang bertetangga.” 37 4. Suatu Sebab Yang Halal Sebab yang dimaksud adalah isi dari perjanjian itu sendiri atau tujuan dari para pihak mengadakan perjanjian. Halal adalah tidak bertentangan dengan Undang – Undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Jadi, yang dimaksud dengan sebab yang halal adalah bahwa isi dari perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang – undangan, ketertiban umum dan kesusilaan. Syarat sahnya perjanjian yang pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjian. Sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena mengenai objek dari perjanjian. Jika syarat subjektif dari perjanjian tidak terpenuhi maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan, artinya salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian tersebut dibatalkan, sehingga perjanjian yang telah dibuat tetap mengikat selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan. Sedangkan tidak terpenuhinya syarat objektif dari perjanjian maka perjanjian tersebut batal demi hukum, karenanya tujuan dari para pihak untuk membuat suatu perjanjian menjadi batal. 37 Ibid. Universitas Sumatera Utara

C. Jenis – Jenis Perjanjian

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Pekerjaan/Konstruksi Antara Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Dengan Perusahaan Rekanan ( Studi Di Balai Sumber Daya Air Sumatera II Propinsi Sumatera Utara)

1 67 98

Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Pembangunan Saluran Drainase Antara Dinas Bina Marga Kota Medan Dengan Cv.Teratai 26

8 122 120

Wanprestasi Dalam Perjanjian Pemborongan Kerja Milik Pemerintah Antara CV. Dina Utama Dengan Dinas Penataan Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

2 55 134

Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan Antara Dinas Pekerjaan Umum KIMPRASWIL Kabupaten Toba Samosir Dengan CV. Bagas Belantara (Studi Kasus Pada CV. Bagas Belantara)

3 106 112

Perlindungan Terhadap Pihak Kontraktor Dalam Perjanjian Pemborongan (Studi Kasus Perjanjian Antara..

1 61 5

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

0 0 9

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

0 0 30

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal dengan CV. Bersama Kontraktor (Studi Pada CV. Bersama Kontraktor)

0 0 3