D. Peserta dalam Perjanjian Pemborongan
Dalam perjanjian pemborongan selain dikenal pihak – pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan atau pihak – pihak dalam perjanjian pemborongan
yaitu pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong, dikenal juga pihak – pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan.
82
Adapun pihak – pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan dibedakan antara pihak – pihak yang langsung terkait dalam perjanjian
pemborongan dan pihak – pihak yang tidak langsung terkait dalam perjanjian pemborongan seperti buruhtenaga kerja, leveransir dan sebagainya.
83
Mengenai pihak – pihak yang langsung terkait dalam perjanjian pemborongan itu disebut peserta dalam perjanjian pemborongan yang terdiri
dari:
84
1. Yang memborongkanprinsipilbouwheeraanbestederpemberi tugas.
2. Pemborongkontraktorrekananaannemerpelaksana.
3. Perencanaarsitek.
4. Direksipengawas.
Mengenai pihak – pihak dalam perjanjian pemborongan tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1. Yang memborongkanprinsipilbouwheeraanbestederpemberi tugas
Pemberi tugas dapat berupa perorangan maupun badan hukum baik pemerintah maupun swasta. Bagi proyek – proyek pemerintahan sebagai pihak
yang memborongkan adalah Departemen atau lembaga pemegang mata anggaran.
82
Djumialdji I, Op.Cit., hal. 23.
83
Ibid.
84
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Yang memborongkan yang mempunyai rencanaprakarsa memborongkan proyek sesuai dengan Surat Perjanjian PemboronganKontrak dan apa yang tercantum
dalam bestek dan syarat – syarat.
85
Pemberi tugas dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan akan menunjuk seorang wakil yang memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin
proyekpemimpin bagian proyekkepala kantorkepala satuan kerja.
86
2. Pemborongkontraktorrekananaannemerpelaksana
Dalam penelitian ini, pemberi tugas adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal, yang bertindak sebagai wakil pemerintah untuk mengadakan
kontrak dengan pemborong dalam pembangunan ruang kelas baru dan meubelair SMP Negeri 1 Hutabargot.
Pihak pemborong adalah pihak yang bertindak sebagai pelaksana pembangunan sesuai dengan isi perjanjian. Pemborong ini bisa perseorangan,
badan hukum, tidak berbentuk badan hukum, baik swasta atau pemerintah. Penunjukan sebagai pelaksana bangunan oleh pemberi tugas dapat terjadi
karena pemborong menang dalam pelelangan atau memang ditetapkan sebagai pelaksana oleh pemberi tugas.
Hubungan hukum antara pihak pemborong dengan pihak yang memborongkan diatur sebagai berikut :
87
a. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pemerintah,
maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan. b.
Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pemborongnya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan
85
Ibid., hal. 24.
86
Ibid.
87
Ibid., hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perintah Kerja SPK, Surat Perjanjian KerjaKontrak
c. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak swasta,
maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta di bawah tangan, Surat Perjanjian Kerja SPK, Surat
Perjanjian PemboronganKontrak.
Dalam penelitian ini, yang menjadi pihak pemborong adalah CV. Bersama Kontraktor yang beralamat di Jalan Syekh Abdul Kadir Mandili No.48 A
Kelurahan Panyabungan III Kabupaten Mandailing Natal. CV. Bersama Kontraktor didirikan dengan Akte PendirianAkte Perubahan Nomor : 15 tanggal
13 Februari 2006 oleh Notaris Fitrisna, SH. 3.
Perencanaarsitek Perencana dapat perorangan atau badan hukum baik pemerintah maupun
swasta konsultan perencana. Perencana merupakan peserta namun bukan merupakan pihak dalam perjanjian pemborongan. Perencana hanya mempunyai
hubungan hukum dengan si pemberi kerja yang ditentukan atas dasar perjanjian sendiri, diluar perjanjian pemborongan.
Mengenai hubungan hukum antara yang memborongkan dengan perencana diatur sebagai berikut :
88
a. Apabila yang memborongkan maupun perencana keduanya pihak
pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan. b.
Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan perencana pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut dengan perjanjian melakukan
jasa di mana dalam praktek dituangkan dalam surat perjanjian pekerjaan perencanaan.
c. Apabila yang memborongkan maupun perencana maupun keduanya adalah
pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian melakukan jasa Pasal 1601 KUHPerdata yang dalam prakteknya dituangkan dalam surat
perjanjian pekerjaan perencanaan.
88
Ibid., hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu perencana juga memiliki tugas, yaitu :
89
a. Sebagai penasehat
Disini perencana mempunyai tugas membuat rencana biaya dan gambar bangunan sesuai dengan pesanan pemberi tugas. Hubungan pemberi tugas
dengan perencana sebagai penasehat dituangkan dalam perjanjian melakukan jasa – jasa tunggal. Dalam praktek perjanjian melakukan jasa –
jasa tunggal disebut dengan istilah seperti perjanjian perencana, perjanjian pekerjaan berencana.
b. Sebagai wakil
Disini perencana bertindak sebagai pengawas, dengan tugas mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Hubungan antara pemberi tugas dengan perencana
sebagai wakil dituangkan dalam perjanjian pemberian kuasa.
4. Direksipengawas
Direksi bertugas untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan pemborongan mulai dari penyiapan, penggunaan dan mutu bahan, pelaksanaan pekerjaan serta
pelaksana akhir atas hasil pekerjaan sebelum penyerahan. Disini direksi bertindak mewakili yang memborongkan dalam segala hal yang menyangkut pelaksanaan
yaitu memberi pimpinan dan mengadakan pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Hubungan hukum antara direksipengawas dengan yang memborongkan diatur sebagai berikut :
90
a. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak
pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan. b.
Apabila direksi pihak swasta sedangkan yang memborongkan pihak pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian
kuasa, di mana yang memberi kuasa pihak yang memborongkan pemerintah sedangkan yang diberi kuasa adalah pihak direksi swasta.
c. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak swasta
maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa.
89
Djumialdji II, Perjanjian Pemborongan, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal. 11.
90
Djumialdji I, Op.Cit., hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu untuk proyek pekerjaan untuk pemerintah, Pasal 7 sampai dengan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2010 mengatur secara
khusus mengenai para pihak dalam pengadaan barangjasa, yaitu terdiri dari : 1.
Pengguna Anggaran 2.
Kuasa Pengguna Anggaran 3.
Pejabat Pembuat Komitmen 4.
Unit Layanan PengadaanPejabat pengadaan 5.
Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan 6.
Penyedia BarangJasa Ketentuan pada Pasal 7 dan Pasal 21 tersebut pada dasarnya mengatur :
1. Penanggungjawaban utama terhadap anggaran yang diberikan kepada
KLDI adalah PA atau KPA yang diberikan kewenangan oleh PA. 2.
Fungsi – fungsi yang ada dalam proses pengadaan terdiri dari : a
Fungsi pembuat komitmen dengan pihak penyedia, dalam hal ini dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
b Fungsi yang bertugas memilih penyedia barangjasa, dalam hal ini
dilaksanakan oleh ULPPejabat Pengadaan. c
Fungsi yang bertugas memeriksa barangjasa apakah barang yang diserahkan oleh penyedia sudah sesuai dengan yang diperjanjikan,
dalam hal ini dilaksanakan oleh Pejabat Penerima Pekerjaan. Mengenai penyedia barangjasa, adalah badan usaha atau orang
perorangan yang menyediakan barangpekerjaan konstruksijasa konsultasijasa lainnya. Dalam pelaksanaan pengadaan barangjasa, penyedia barangjasa wajib
Universitas Sumatera Utara
memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2012 sebagai berikut :
a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang – undangan untuk menjalankan
kegiatanusaha. b.
Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barangjasa.
c. Memperoleh paling kurang 1 satu pekerjaan sebagai penyedia barangjasa
dalam kurun waktu 4 empat tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak.
d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi penyedia
barangjasa yang baru berdiri kurang dari 3 tiga tahun. e.
Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan barangjasa.
f. Dalam hal penyedia barangjasa akan melakukan kemitraan, penyedia
barangjasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasikemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan
tersebut. g.
Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan
yang sesuai untuk usaha non kecil. h.
Memiliki Kemampuan Dasar KD untuk usaha non-kecil kecuali untuk pengadaan barang dan jasa konsultansi.
Universitas Sumatera Utara
i. Khusus untuk pelelangan dan pemilihan langsung pengadaan pekerjaan
konstruksi memiliki dukungan keuangan dari bank. j.
Khusus untuk pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya harus memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket SKP.
k. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak
sedang dihentikan danatau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan
dengan surat pernyataan yang ditandatangani penyedia barangjasa. l.
Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir SPT tahunan serta
memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPH Pasal 23bila ada transaksi, PPh Pasal 25Pasal 29 dan PPN bagi pengusaha kena pajak paling kurang 3 tiga
bulan terakhir dalam tahun berjalan. m.
Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak. n.
Tidak masuk dalam daftar hitam. o.
Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman.
p.
Menandatangani pakta integritas.
E. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan