Konsep dan Fungsi Nilai Tanah

30 • Sifat dan Hakikat Kekuasaan 1. Simetris - Hubungan persahabatan - Hubungan sehari-hari - Hubungan yang bersifat ambivalen - Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya. 2. Asimetris - Popularitas - Peniruan - Mengikuti Perintah - Tunduk pada pemimpin formal atau informal - Tunduk pada seorang ahli - Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya. - Hubungan sehari-hari

2.2 Konsep dan Fungsi Nilai Tanah

Tanah dapat diartikan sebagai benda milik umum maupun pribadi , tanah merupakan persediaan yang permanen dan kurang lebih bersifat baku. Nilai harganya lebih bergantung pada ketentuan bersama atau ketentuan sosial daripada ketentuan tindakan dan kebiasaan seseorang. Tanah juga dapat diartikan bisa berarti investasi, sumber keuntungan ekonomis, dan lain sebagainya. Tanah dapat memberikan warna tersendiri bagi struktur masyarakat di kebanyakan negara dunia ketiga, termasuk pada negara Indonesia yang merupakan negara agraris. Tanah juga merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia yang 31 telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak manusia dalam kelangsungan kehidupan sehari-hari. Tanah sangat erat hubungannya dengan manusia, karena tanah mempunyai nilai ekonomis bagi segala aspek kehidupan manusia dalam rangka menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Tanah dapat diartikan dalam beberapa pengertian, diantaranya adalah sebagai berikut Dalam Rizky : 2004 : • Tanah mempunyai hubungan erat dengan rumah, bangunan, atau tanaman yang berdiri di atasnya, sehingga pada hakekatnya benda-benda yang berdiri di atasnya merupakan kesatuan dari tanah tersebut. Menurut Kurdinanto 2004. • Tanah tidak bergerak sehingga secara fisik tidak dapat diserahkandipindah atau dibawa. Selain itu, tanah juga bersifat abadi. Tanah tidak dapat dirubah dalam tingkatnya sebagai bagian dari bumi itu sendiri, juga tidak dapat ditambahdikurangi sebagaimana halnya dengan bentuk-bentuk kekayaan yang lainnya. S. Rowton Simpson. • Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi atas sekali, keadaan bumi di suatu tempat, permukaan bumi yang diberi batas, bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu pasir, cadas, napal, dan sebagainya. • Dalam hukum, tanah dalam arti yuridis adalah sebagai suatu pengertian yang telah diberikan batasan resmi oleh Undang-Undang Pokok Agraria 32 UUPA, dengan demikian pengertian tanah dalam arti yuridis adalah permukaan bumi. • Tanah merupakan sumber daya alam yang memiliki peranan dalam berbagai segi kehidupan manusia, yaitu sebagai tempat dan ruang untuk hidup dan berusaha, untuk mendukung vegetasi alam yang manfaatnya sangat diperlukan oleh manusia dan sebagai wadah bahan mineral, logam, bahan bakar fosil dan sebagainya untuk keperluan manusia Soemadi 1994 dalam Ely 2006. Manusia selalu berlomba-lomba untuk menguasai dan memiliki bidang tanah yang diinginkan, oleh karena itu tidak mengherankan kalau setiap manusia yang ingin memiliki dan menguasainya menimbulkan masalah-masalah tanah, seperti dalam pendayagunaan tanah. Manusia dalam mendayagunakan tanah tidak seimbang dengan keadaan tanah, hal ini dapat memicu terjadinya perselisihan antara sesama manusia seperti perebutan hak, timbulnya masalah kerusakan- kerusakan tanah dan gangguan terhadap kelestariannya. Dalam rangka mengatur dan menertibkan masalah pertanahan telah dikeluarkan berbagai peraturan hukum pertanahan yang merupakan pelaksanaan dari UUPA Undang-Undang Pokok Agraria sebagai Hukum Tanah Nasional. Maka secara umum UUPA Undang-Undang Pokok Agraria dapat membedakan tanah menjadi: 33 1. Tanah Hak Tanah hak adalah tanah yang telah dibebani sesuatu hak diatasnya, tanah hak juga dikuasai oleh negara tetapi penggunaannya tidak langsung sebab ada hak pihak tertentu diatasnya. 2. Tanah Negara Tanah negara adalah tanah yang langsung dikuasai negara. Langsung dikuasai artinya tidak ada pihak lain diatas tanah itu, tanah itu disebut juga tanah negara bebas. Landasan dasar bagi pemerintah dan rakyat Indonesia untuk menyusun politik hukum serta kebijaksanaan dibidang pertanahan telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 makna dikuasai oleh negara bukan berarti bahwa tanah tersebut harus dimiliki secara keseluruhan oleh negara, tetapi pengertian dikuasai itu memberi wewenang kepada negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia untuk tingkatan yang tertinggi untuk: a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut. b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa. c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa. 34 Hal-hal yang berhubungan dengan kepemilikan hak-hak atas tanah seperti Hak Milik dan Hak Guna Bangunan diatur dalam Bagian III dan Bagian V UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA. Dalam kaitan ini, Sertifikat Hak Guna Bangunan SHGB hanya memberikan hak kepada pemegangnya memanfaatkan tanah untuk mendirikan bangunan di atas tanah yang bukan miliknya, karena kepemilikan tanah tersebut dipegang oleh Negara, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Setelah jangka waktu tersebut berakhir, SHGB dapat diperpanjang paling lama 20 tahun. Bila lewat dari waktu yang ditentukan maka hak atas tanah tersebut hapus karena hukum dan tanahnya sepenuhnya dikuasai langsung oleh negara. Berbeda dengan Sertifikat Hak Milik SHM, pemegang haknya mempunyai kepemilikan yang penuh atas tanah dan merupakan hak turun temurun yang terkuat dari hak-hak atas tanah lainnya yang dikenal dalam UUPA. Hanya warga Negara Indonesia yang dapat mempunyai Hak Milik. Sedangkan, perusahaan-perusahaan swasta, seperti misalnya developer atau perusahaan pengembang perumahan tidak dapat mempunyai tanah dengan status Hak Milik. Mereka hanya diperbolehkan sebagai pemegang SHGB. Dalam hal developer membeli tanah penduduk yang semula berstatus tanah-tanah hak milik, maka dalam penerbitan sertifikat hak atas tanah, Badan Pertanahan Nasional BPN akan menurunkan status tanah-tanah yang dimiliki developer tersebut dari penduduk, menjadi berstatus Hak Guna Bangunan, yaitu hanya bangunan– bangunan yang dapat dimiliki oleh developer. Sedangkan, tanahnya menjadi milik negara, sehingga sertifikat yang dikeluarkan adalah dalam bentuk SHGB. Hal ini diatur secara tegas dalam Pasal 36 UUPA. 35 Namun, pemegang SHGB tidak perlu khawatir karena berdasarkan Keputusan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No. 6 Tahun 1998 tentang Pemberian Hak Milik atas Tanah untuk Rumah Tinggal, tanah dengan status SHGB dapat diubah menjadi tanah bersertifikat Hak Milik, dengan cara melakukan pengurusan pada kantor BPN setempat di wilayah tanah tersebut berada. Pengurusan dapat dilakukan oleh si pemegang SHGB yang berkewarganegaraan Indonesia ataupun menggunakan jasa NotarisPPAT. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut, yaitu: 1. SHGB asli 2. copy IMB 3. copy SPPT PBB tahun terakhir 4. identitas diri 5. Surat Pernyataan tidak memiliki tanah lebih dari 5 lima bidang yang luasnya kurang dari 5000 lima ribu meter persegi, 6. membayar uang pemasukan kepada Negara http:www.hukumonline.comklinikdetailcl1322prosedur-mengurus-hak- milik-atas-tanah-untuk-rumah-tinggal 36

2.3 Spekulasi Tanah