75
untuk mengelola lahan tersebut. jadi dikarenakan dia yang mengelola tanah tersebut, maka dialah yang direkomendasikan untuk mengelola tanah tersebut.
Begitulah menurut sejarah yang diketahui oleh Ibu Dani ini. Biaya kontribusi yang harus dibayar oleh Ibu Dani ini adalah sebesar Rp 300.000 tahun.
Tiap bulannya dia harus membayar uang lampu, sewa tanah, dan juga PBB. Biaya PBB ynag harus dibayarnya adalah sebesar Rp 42.000tahun. Ibu Dani ini sudah
pernah beberapa kali bertemu dengan pihak developer. Mereka akan bertemu jika ada masalah yang terjadi antara warga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut
dengan pihak developer mengenai masalah tanah yang ada di daerah tersebut.
4.2.10 Informan Kesepuluh
Tuan Tanah Pemilik Rumah Sewa Nama
: Ibu Asia Usia
: 65 Tahun Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga Pendidikan Terakhir : SMP
Ibu Asia ini adalah salah satu warga masyarakat yang tinggal di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun. Ibu Asia ini adalah salah satu tuan tanah
atau pemilik rumah sewa yang ada di lingkungan rumah tersebut. Dia mendapatkan tanah tersebut dari Kesultanan Deli. Dimana dari ayahnya yang
merupakan orang terdekat dengan Kesultanan Deli dan kemudian sepupunya membeli tanah tersebut yang bernama Zainal Abidin Arsyad, yang kemudian
dibeli oleh pihak developer dengan harga 1 milyar rupiah. Dibayar kepada Bank Mestika. Sudah 8 tahun lamanya. Ibu Asia ini memiliki ± 50 rumah yang
76
disewakannya. Masyarakat yang menyewa rumahnya tersebut harus membayar kontribusi kepadanya 1 tahun hanya Rp 100.000.
Tetapi dengan berjalannya waktu, masyarakat yang menyewa rumahnya tersebut ada yang membayar uang sewa, tetapi ada juga yang tidak membayar
uang sewa. Tetapi Ibu Asia ini hanya mendiamkan saja masyarakat yang tidak membayar uang sewanya tiap tahun. Dia tidak begitu tahu lebih jelas mengenai
tanah yang dibeli oleh developer tersebut. Dikarenakan saudaranya yang lain yang lebih mengerti dan memahami masalah yang terjadi mengenai tanah tersebut.
Tetapi tidak semuanya tanah yang dibeli developer itu adalah tanahnya, tetapi tanah milik masyarakat lainnya yang dibeli oleh pihak developer.
4.2.11 Informan Kesebelas
Kepala Lingkungan XI Memiliki Tipe Rumah “Rumah Sendiri Tetapi Tanah Developer”
Nama : Bapak Budi Pohan
Usia : 45 Tahun
Pekerjaan : Kepala Lingkungan XI
Pendidikan Terakhir : SMA Bapak Budi Pohan ini adalah salah satu warga masyarakat yang tinggal di
Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun dan sekaligus menjabat sebagai kepala lingkungan XI atau yang biasa kita kenal dengan sebutan kepling. Dia
memiliki 2 orang anak. Dia sudah lama tinggal di Kelurahan Sei Mati. Dia juga menempati tanah milik pihak developer. Sebelumnya dia sudah mengetahui
bahwa tanah yang dia tempati adalah tanah developer. Tetapi karena dilihatnyalah
77
tanah tersebut sudah kosong bertahun-tahun, maka dia pun membangun rumahnya. Dia sudah mengetahui bahwa tanah ini akan dibangun CBD. Dia sudah
sering sekali bertemu dengan pihak developer tersebut. Sama juga dengan masyarakat lain yang tinggal di tanah milik developer juga tidak adanya
pembayaran kontribusi dan pembayaran PBB kepada pihak developer. Dia dan juga masyarakat yang lainnya merasa siap jika sewaktu waktu pihak developer
menggusur rumah mereka. Menurutnya, sejarah tanah di Kelurahan Sei Mati tersebut yaitu
pertamanya tanah ini dinamakan gang becek. Dikarenakan jalannya yang sangat becek jika terjadinya hujan. Jumlah penduduk di Kelurahan Sei Mati ini adalah
sebanyak 8.271 jiwa. Menurutnya, luas tanah yang ada di Kelurahan Sei Mati ini adalah sebesar 7 Ha. Menurutnya juga tanah tersebut sudah ada berkisar 15 tahun.
Setiap masyarakat yang tinggal di tanah tersebut ada yang melapor kepadanya, dan ada juga yang tidak melapor kepadanya. Di lingkungannya terdapat beberapa
tipe tanah. Yaitu seperti tidak ada tanah tetapi mempunyai rumah sendiri, adanya rumah sewa, adanya rumah sendiri tetapi tanah wakaf, adanya rumah sendiri tetapi
tanah developer, adanya mendirikan tanah developer tetapi disewakan dan adanya rumah pribadi dan tanah pribadi. Bapak Budi Pohan ini sudah mengetahui bahwa
tanah tersebut adalah milik pihak developer. Menurutnya, pihak developer membeli tanah tersebut dari tanah-tanah
milik warga masyarakat yang tinggal disitu juga. Menurut Pak Budi Pohan dari pihak developer mengatakan tanah tersebut akan digunakan untuk pelurusan dan
penimbunan pada Sungai Deli. Tetapi menurutnya hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Yang kemudian didengarnya adalah akan dibangunnya CBD di tanah
78
tersebut. Menurut Bapak Budi Pohan ini juga bahwa pada pihak developer ini memiliki surat-surat tanah. Dia kurang mengetahui kalau dari pihak developer
tersebut memiliki surat IMB Izin Mendirikan Bangunan. Pihak developer ini berasal dari PT Kastil Kencana yang atas nama Bapak Sudarto dan memiliki kerja
sama dengan Mega Grup dengan atas nama Bapak Martin. Sudah sering sekali pihak developer melakukan cara-cara untuk melakukan penggusuran kepada
masyarakat yang tinggal di tanah tersebut. Seperti dengan cara melakukan penawaran dengan harga yang murah
kepada masyarakat yang memiliki tanah disitu dan mengancam memberikan surat kepada Bapak Budi Pohan ini untuk melakukan penggusuran dengan tempo waktu
dua minggu ataupun sebulan. Jika hal itu terjadi kepada mereka, mereka siap untuk pindah dari tanah tersebut. Bagi masyarakat yang menempati tanahnya
tersebut, tidak adanya ganti rugi yang diberikan oleh pihak developer. Pernah juga pada 10 tahun yang lalu, dimana pihak developer melakukan pemindahan-
pemindahan terhadap makam perkuburan Minang dan Jawa di lingkungan 11 tersebut.
Melihat hal tersebut, masyarakat sering mengeluh kepada Bapak Budi Pohan ini mengenai akan dibangunnya CBD di daerah tersebut. mereka mengeluh,
dikarenakan pihak developer tersebut akan memberikan harga yang murah kepada masyarakat yang tinggal disitu. Juga adanya perlawanan dari masyarakat
dikarenakan bertentangan dengan memaksa masyarakat untuk menjual tanahnya dengan harga yang murah dari pihak developer. Yang ikut terlibat dalam
perlawanan tersebut adalah tokoh-tokoh masyarakat yang ada di tanah ini. Masalah tersebut sampai saat ini tidak ada terjadi pembelian tanah lagi. Hal ini
79
dikarenakan banyaknya kendala-kendala yang terjadi pada pihak developer seperti adanya makam perkuburan di sekitar lingkungan tersebut, serta saat ini pihak
developer sedang mengalami kekurangan dana untuk melanjutkan pembangunan di tanah tersebut.
4.2.12 Informan Keduabelas