Sewa Tanah PBB Pajak Bumi dan Bangunan

105 uang sewa dan uang PBB terhadap pihak developer. Sedangkan bagi masyarakat yang menyewa ataupun menempati rumah milik tuan tanah harus membayar uang sewa dan uang PBB tiap tahunnya kepada pihak tuan tanah.

4.3.3 Sewa Tanah PBB Pajak Bumi dan Bangunan

Sewa tanah dapat diartikan sebagai balas jasa terhadap penggunaan sebidang lahan. Besarnya sewa tanah tersebut bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa untuk daerah perkotaan, biasanyha sewa tanah akan tinggi bila berlokasi dekat dengan pusat kota atau yang biasa kita kenal dengan CBD Central Business District. Sebaliknya sewa tanah akan cenderung semakin rendah bila lahan tersebut berlokasi jauh dari pusat kota. Tentunya kondisi topografi juga ikut mempengaruhi tinggi rendahnya sewa tanah tersebut. Disamping itu juga, sewa tanah tersebut juga bervariasi menurut ketersediaan prasarana jalan dan kondisi aksesibilitasnya. Sewa tanah akan cenderung tinggi bila berlokasi di pinggir jalan raya, karena aksesibilitas menjadi lebih mudah. Sebaliknya bila berlokasi jauh dari jalan raya dan tidak memiliki eksesibilitas, maka sewa tanah akan cenderung rendah. Bahkan lebar jalan raya dimana lahan tersebut terletak juga ikut mempengaruhi harga dan sewa lahan. Bilamana jalan raya tersebut lebih luas, maka sewa tanah akan cenderung lebih tinggi. Sebaliknya bilamana luas jalan raya tersebut relatif kecil, maka sewa tanah pada lokasi tersebut juga akan cenderung lebih rendah. Jika kita lihat disini bahwa masyarakat yang menyewa rumah harus membayar uang sewanya kepada pemilik rumah sewa tersebut. Uang sewa 106 masyarakat di lingkungan XI Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun ini tidaklah sama jumlahnya dengan masyarakat yang menyewa rumah lainnya. Semuanya tergantung dengan bentuk rumah. Jika bentuk rumahnya besar, maka jumlah uang sewa yang akan dibayar agak lebih mahal. Sedangkan jika rumah yang ditempati dengan bentuk kecil, maka jumlah uang sewa yang harus dibayar agak lebih murah. Semua uang sewa itu harus dibayar pada setiap tahunnya. Uang sewa yang biasanya dibayar pada masyarakat di Kelurahan Sei Mati ini berjumlah dari Rp 100.000 sd Rp 300.000 tahunnya. Begitu juga dengan adanya pembayaran PBB Pajak Bumi dan Bangunan, yaitu suatu pajak yang harus dibayar pada setiap masyarakat yang menempati sebuah rumah. Pembayaran PBB ini dilakukan pada setiap tahun. Dimana besar jumlah PBB yang harus dibayar masyarakat tidaklah sama, dikarenakan tergantung besarnya ukuran rumah yang mereka tempati. Jika ukuran rumahnya besar, maka jumlah yang harus dibayarkan mahal. Sedangkan jika ukuran rumahnya kecil, maka jumlah yang harus dibayarkan murah. PBB ini akan dibayar oleh masyarakat yang tinggal di rumah miliknya sendiri, serta rumah sewa yang dia tempati. Tetapi pada masyarakat yang menempati rumah milik pihak developer, maka masyarakat tidak membayar PBB dikarenakan pihak developernya sajalah yang akan membayar PBB tanah tersebut. Jadi pada masyarakat yang menempati tanah developer ini sama sekali tidak adanya pembayaran yang dilakukan masyarakat tersbeut kepada pihak developer seperti uang sewa maupun PBB, karena pihak developernyalah yang akan membayar semua itu. 107 Sama seperti Ibu Yeli ini dia tinggal dengan tipe rumah “tidak memiliki tanah tetapi rumah sendiri. Dia membayar kontribusi ataupun uang sewanya serta PBB setiap tahun. Berikut penuturan dari Ibu Yeli “Saya membayar uang kontribusi sebesar Rp 100.000tahun kepada tuan tanah yaitu Ibu Asia dan membayar uang PBB sebesar Rp 20.000 tahun”. Hal ini juga sama dilakukan oleh Bapak Muhardi, yang juga memiliki tipe rumah “tidak memiliki tanah tetapi memiliki rumah sendiri”. Dia juga membayar uang sewa serta PBB kepada tuan tanah tersebut. Berikut pernyataan dari Bapak Muhardi “Saya juga membayar uang sewa sebesar Rp 100.000tahun serta juga membayar uang PBB sebesar Rp 20.000tahun yang kemudian saya bayarkan kepada tuan tanah yaitu Ibu Asia”. Beda dengan Ibu Yeli dan Bapak Muhardi yang tiap tahunnya harus membayar uang sewa dan uang PBB kepada tuan tanah. Sedangkan Ibu Eli ini yang memiliki tipe rumah “ rumah sendiri tetapi tanah developer” sama sekali tidak adanya pembayaran yang dilakukan baik uang sewa maupun uang PBB pada tiap tahunnya. Berikut penuturan dari Ibu Eli “Saya tidak ada disuruh dari pihak developer untuk membayar uang sewa ataupun uang PBB untuk setiap tahunnya dan tidak adanya surat perjanjian untuk saya menempati rumah ini. Saya dibolehkan untuk memakai tanah ini, tetapi jika suatu nanti kalau mau digunakan tidak adanya ganti rugi dari pihak developer”. Begitu juga dengan Ibu Cinta Wati ini yang memiliki tipe rumah “rumah sendiri tetapi tanah developer” yang juga sama sekali tidak membayar uang sewa ataupun uang PBB tiap tahunnya. 108 Berikut pernyataan Ibu Cinta Wati “Dari pihak developer tidak ada menyuruh saya untuk membayar uang sewa dan uang PBB kepada mereka. Saya hanya dibolehkan untuk menempati rumah ini, dan jika suatu waktu mereka akan memakai tanah ini maka dari mereka tidak adanya ganti rugi yang diberikan kepada saya”. Sama hal lainnya juga dirasakan oleh Ibu Normayani yang memiliki tipe rumah “rumah sendiri tetapi tanah developer”. Dia juga tidak membayar uang sewa serta PBB setiap tahunnya kepada pihak developer. Berikut Pernyataannya “Saya tidak membayar uang sewa dan uang PBB kepada pihak developer, tetapi saya memiliki surat perjanjian dengan pihak developer. Tetapi saya tidak mengetahui isi surat perjanjian tersebut, karena yang mengetahui lebih jelas mengenai surat tersebut adalah suami saya sendiri”. Begitu pun yang dilakukan oleh Ibu Emi ini yang juga memiliki tipe rumah “rumah sendiri tetapi tanah developer” yang tiap tahunnya tidak membayar uang sewa ataupun uang PBB kepada pihak developer. Berikut penuturannya “Saya tidak membayar uang sewa dan uang PBB, tetapi adanya surat perjanjian dengan pihak developer yang mana jika suatu waktu tanah ini akan digunakan oleh pihak developer, maka tidak adanya ganti rugi yang diberikan oleh pihak developer”. Beda lagi dengan Ibu Ermawati ini yang memiliki tipe rumah “rumah sewa”. Dia harus membayar uang sewa kepada pemilik sewa pada satiap tahunnya. Tetapi PBB pemilik sewa itu sendiri yang membayarnya. Berikut penuturannya “Saya hanya membayar uang sewa yaitu sebesar Rp 2.500.000tahun yang dibayar dengan memakai kuitansi dan dibayarkan kepada pemilik sewa. PBB akan dibayar oleh pemilik sewa itu sendiri.” 109 Beda juga dengan Ibu Endang Susanti yang memiliki satu rumah sewa yang telah ditempati oleh Ibu Ermawati. Yang membayar PBB adalah neneknya sendiri tiap tahunnya Berikut pernyataannya “Saya tidak membayar uang PBB tetapi nenek sayalah yang membayar PBB sebesar Rp 65.000tahunnya.” Sama dengan Ibu Yeli dengan Bapak Muhardi tadi, Ibu Dani ini membayar uang sewa serta PBB tiap tahun kepada tuan tanah yang memiliki tanah yang ditempatinya sekarang. Berikut penuturannya “Saya membayar uang sewa tiap tahunnya sebesar Rp 300.000tahunnya, dan juga membayar PBB sebesar Rp 42.000tahunnya. Kemudian membayarnya kepada tuan tanah tersebut.” Begitu juga dengan Ibu Asia ini. Dia pun membayar PBB saja tiap tahunnya. Dia menerima uang sewa dari rumah yang disewakannya. Berikut pernyataannya “Saya menerima uang sewa dari masyarakat yang menyewa rumah saya dan saya hanya membayar PBB saja”. Lain juga dengan Bapak Budi Pohan ini, karena dia menempati tanah developer, maka dia sama sekali tidak membayar uang sewa dan PBB pada tiap tahunnya. Berikut penuturannya “Saya tidak membayar uang sewa dan uang PBB. Hanya saja pihak developer memberikan surat perjanjian kepada saya untuk jika suatu waktu tanah ini akan digunakan, maka saya harus siap untuk pindah dari tanah ini”. 110 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan