110
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan hasil analisis data pada bab-bab di atas, maka dalam penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa spekulasi tanah adalah
sebagai suatu teknik investasi membeli tanah unimproved tidak berkembang dengan harapan pertumbuhan cepat dalam harga. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, maka spekulasi tanah juga dapat diartikan sebagai suatu resiko pembelian suatu harta yang harganya diperkirakan naik pada saat yang akan
datang dan dapat dijual kembali untuk memperoleh laba, dan sebaliknya penjualan suatu barang yang diperkirakan harganya akan turun pada saat yang akan datang
dan dapat dibeli kembali dengan harga yang lebih murah untuk memperoleh keuntungan, biasanya hal ini digunakan dalam pasar uang, saham, komoditas, dan
lain sebagainya. Dalam proses spekulasi tanah ini, suatu elit kota pemilik tanah akan
berusaha menjangkau daerah pinggiran kota dan bahkan akan lebih jauh lagi. Tetapi tidak hanya terdapat peningkatan pemilikan tanah dan bertambahnya
penguasaan kota atas pedalaman saja, tetapi sementara itu berlangsung pula suatu perubahan budaya di bidang norma-norma hukum yang mengatur soal pemilikan
tanah. Proses perluasan kota dan meluasnya secara fisik wilayah-wilayah yang dibangun, selama ini telah dianalisa dalam pengertian meningkatnya pembagian
tanah di daerah pinggiran kota dan perluasan wilayah kekuasaan elit kota pemilik tanah.
111
Di sini juga dapat dilihat bahwa adanya suatu relasi antara mayarakat, negara, dan pasar. Yaitu maksudnya disini adalah adanya suatu hubungan yang
saling berkaitan satu sama lain dalam hal mengenai tanah ataupun lahan tersebut. Dimana pada masyarakat yang senantiasa memberanikan diri untuk membangun
rumah di tanah tersebut, tanpa memikirkan terlebih dahulu resiko yang akan terjadi kepadanya. Juga adanya faktor desakan akan kebutuhan serta adanya
desakan dikarenakan rumah sewa yang sebelumnya sudah habis, sehingga memberanikan diri untuk membangun rumah di tanah yang dimiliki oleh pihak
developer. Lalu adanya negara, dimana negara yang kita ketahui diwakili oleh
pemerintah, yang juga sebagai selaku aparat penyelenggara negara, mereka berperan penting di dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan negara.
Kemudian adanya pasar, yang biasanya diwakili oleh korporasi sebagai pelaku pasar, dalam hal kegiatan spekulasi tanah yang diwakili oleh aktor-aktor seperti
developer pemilik tanah maupun investor-investor tanah pemilik modal lainnya
yang ikut serta dalam hal kegiatan tersebut.
Tetapi sebenarnya aktor utama di dalam relasi antara masyarakat, negara, dan pasar ini ada pada negara. Karena negara merupakan suatu lembaga yang
memiliki kewenangan. Akan tetapi jika kita lihat di dalam era industrialisasi dan kapitalisme global ini, maka peranan negara di dalam proyek-proyek dalam
pembangunan ini terkadang digantikan oleh peran pasar itu sendiri atau yang biasa kita kenal dengan modal yang diwakili oleh para pelaku investor-investor tanah.
Terlebih lagi apabila peran negara yang lemah dalam hal ini, biasanya modal dalam hal pembebasan tanah. Biasanya modal dalam hal pembebasan tanah harus
112
berasal dari anggaran dalam pemerintahan itu sendiri. Maka disinilah letak potensi pasar itu sendiri untuk bisa ikut terlibat di dalam penentuan harga tanah misalnya,
karena tanah-tanah tersebut sudah dikuasai oleh pemilik modal yaitu spekulan atau investor tanah yang mana pada akhirnya membuat mereka memiliki posisi
tawar yang lebih baik, daripada kebanyakan warga masyarakat pemilik tanah yang mungkin saja memiliki aset tanah dan beserta rumah tempat tinggal dan untuk
kegiatan usaha satu-satunya di tempat pelaksanaan kegiatan pembangunan proyek infrastruktur tersebut.
Melihat kondisi masyarakat yang seperti itu maka akan terancam kesejahteraannya apabila kemudian satu-satunya aset berharga yang mereka miliki
seperti tanah atau bangunan harus dibebaskan dari adanya pembangunan pembangunan untuk pusat bisnis kota atau yang biasa kita kenal dengan CBD
Central Business District, dan terlebih lagi dengan apabila biaya kompensasi atau biaya ganti rugi yang diberikan tidak memadai untuk dapat mempertahankan
tingkat kesejahteraan warga masyarakat minimal akan sama dengan kondisi dimana sebelum akan dilaksanakannya kegiatan pembangunan tersebut.
Adanya aneksasi yang dapat kita artikan sebagai suatu pengambilalihan suatu tanah ataupun lahan yang dilakukan oleh suatu instansi atau perusahaan
yang dilakukan dengan cara paksa atau dengan cara tindak kekerasan, sehingga akan terjadi pencamplokan dan juga pengkamplingan. Sehingga terjadi adanya
kekuasaan penguasaan perusahaan PT Kastil Kencana Medan pada lahan di Sei Mati. Hal ini juga dikarenakan adanya modal ataupun dana yang kuat dari pihak
developer serta adanya relasi hubungan yang kuat terhadap pemerintah setempat. Sehingga mereka berani dalam melakukan proyek tersebut.
113
5.2 Saran