113
5.2 Saran
Adapun yang menjadi saran berdasarkan pada analisis data di atas adalah bahwa dengan adanya spekulasi tanah yang terjadi di lingkungan Sei Mati
tersebut,
•
Maka diharapkan kepada pemilik lahan atau pun developer lebih mengetahui bagaimana keadaan yang terjadi pada kehidupan masyarakat,
sehingga dapat meringankan beban kepada masyarakat tersebut.
•
Kepada masyarakat untuk sebelumnya seharusnya meminta izin terlebih dahulu kepada pihak developer untuk membangun rumah di tanah milik
developer tersebut. Sehingga tidak ada lagi permasalahan yang terjadi diantara keduanya.
•
Untuk pemerintah atau negara, untuk lebih mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan negara itu sendiri. Berupaya untuk
membangun pembangunan lahan tempat tinggal yang lebih layak untuk masyarakat yang tinggal di lingkungan Sei Mati Kecamatan Medan
Maimun tersebut.
•
Dengan begitu, permasalahan tidak akan terjadi lagi, dan hubungan yang terjadi akan terjalin dengan baik. Juga berharap semoga permasalahan ini
akan cepat terselesaikan tanpa adanya pihak yang dirugikan.
22
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Kekuasaan
Dahrendorf menyatakan bahwa ada dasar baru bagi pembentukan kelas, sebagai pengganti konsepsi pemilikan sarana produksi Marx sebagai dasar
perbedaan kelas itu. Menurut Dahrendorf, hubungan-hubungan kekuasaan yang menyangkut bawahan dan atasan menyediakan unsur-unsur bagi kelahiran kelas.
Terdapat dikotomi antara mereka yang berkuasa dan yang dikuasai. Maka dengan kata lain, beberapa orang turut serta dalam struktur kekuasaan yang ada dalam
kelompok, sedang yang lain tidak, atau beberapa beberapa orang memiliki kekuasaan sedang yang lain tidak. Dahrendorf 1959: 173, mengakui terdapat
perbedaan di antara mereka yang memiliki sedikit dan banyak kekuasaan. Perbedaan dalam tingkat dominasi itu dapat dan selalu sangat besar. Tetapi pada
dasarnya, tetap terdapat dua sistem kelas sosial dalam perkumpulan khusus yaitu, mereka yang berperan serta dalam struktur kekuasaan melalui penguasaan
dan mereka yang tidak berpartisipasi melalui penundukan. Perjuangan kelas yang dibahas oleh Dahrendorf lebih berdasarkan kepada kekuasaan daripada pemilikan
sarana-sarana produksi. Dahrendorf menyatakan bahwa di dalam setiap asosiasi yang ditandai oleh
pertentangan terdapat ketegangan di antara mereka yang ikut dalam struktur kekuasaan, dan yang tunduk pada struktur itu. Maka kepentingan yang dimaksud
oleh Dahrendorf mungkin bersifat manifes disadari atau bersifat laten kepentingan potensial. Kepentingan laten disini adalah tingkah laku potensil
23
undercurrents behavior, yang telah ditentukan bagi seseorang karena dia menduduki peranan tertentu, tetapi masih belum disadari. Menurut Dahrendorf
1959: 206, pertentangan kelas harus dilihat sebagai kelompok-kelompok pertentangan yang berasal dari struktur kekuasaan asosiasi-asosiasi yang
terkoordinir secara pasti. Kelompok-kelompok yang bertentangan itu, sekali mereka ditetapkan sebagai kelompok kepentingan, maka akan terlibat dalam
pertentangan yang niscaya akan menimbulkan perubahan struktur sosial. Begitu juga Dahrendorf menjelaskan bahwa teori konfliknya, merupakan
model pluralistis yang berbeda dengan model dua kelas yang sederhana dari Marx. Marx menggunakan seluruh masyarakat sebagai unit analisa, dengan orang-
orang yang mengendalikan sarana produksi lewat pemilikan sarana tersebut atau orang yang tidak ikut dalam pemilikan yang demikian. Manusia dibagi ke dalam
kelompok yang punya dan yang tidak. Dalam menggantikan hubungan-hubungan kekayaan dengan hubungan kekuasaan sebagai inti dari teori kelas, maka
Dahrendorf 1959: 213 menyatakan bahwa model dua kelas ini tidak dapat diterapkan pada masyarakat secara keseluruhan tetapi hanya pada asosiasi-asosiasi
tertentu yang ada dalam masyarakat. Dahrendorf mengakui bahwa penyebaran kelompok-kelompok yang
ekstrim serta pertentangan-pertentangan tersebut jarang sekali terjadi dalam kenyataan. Biasanya dalam masyarakat historis tertentu pertentangan yang
berbeda saling tumpang tindih, jadi dalam kenyataannya medan pertentangan itu berada di beberapa area yang dominan saja. Dahrendorf juga berpendapat bahwa
kekayaan, status ekonomi, dan status sosial, walau bukan merupakan determinan kelas, demikian menurut istilah yang ia pergunakan benar-benar dapat
24
mempengaruhi intensitas pertentangan. Ia mengetengahkan proposisi yang mengatakan bahwa semakin rendah korelasi antara kedudukan kekuasaan dan
aspek-aspek status sosial ekonomi lainnya, maka semakin rendah intensitas pertentangan kelas dan sebaliknya 1959: 218. Dengan kata lain, kelompok-
kelompok yang menikmati status ekonomi relatif tinggi memiliki kemungkinan yang rendah untuk terlibat dalam konflik yang keras dengan struktur kekuasaan
daripada mereka yang terbuang dari status sosial ekonomi dan kekuasaan. Selain itu, adanya gagasan dari Foucault tentang kekuasaan lebih orisinal
dan realistis. Dengan latar belakang sebagai seorang sejarawan, Foucault sama sekali tidak mendefenisikan secara konseptual apa itu kekuasaan tetapi lebih
menekankan bagaimana kekuasaan itu dipraktikan, diterima dan dilihat sebagai kebenaran dan berfungsi dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam arti inilah,
kekuasaan tidak hanya disempitkan dalam ruang lingkup tertentu atau menjadi milik orang atau intitusi tertentu seperti pandangan umum bahwa kekuasan itu
selalu dikaitkan dengan negara atau institusi pemerintah tertentu. Atau dalam konteks Indonesia, kekuasaan tidak hanya menjadi milik institusi pemerintahan
saja dan sebagainya tetapi kekuasaan menyangkut relasi antara subyek dan peran dari lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi tertentu dalam masyarakat.
Sumbangan kekuatan dari setiap subyek dan lembaga-lembaga yang menjalankan peran sebaik-baiknya, itulah yang menunjukan arti kekuasaan.
Pemahaman kekuasaan diatas, jelas bertolak belakang dengan pemahaman Karl Marx yang melihat kekuasaan hanya menjadi milik masyakat kelas atas saja.
Dominasi dan monopoli kaum borjuis menentukan kehidupan seluruh masyarakat. Atau juga bertentangan dengan gagasan Thomas Hobbes yang mengartikan
25
kekuasaan hanya menjadi milik lembaga yang disebut negara dan negara memiliki kuasa mutlak untuk menentukan kehidupan masyarakat. Berdasarkan kedua
gagasan ini, apa yang dikatakan Foucault dimana kekuasaan tidak hanya menjadi milik pemimpin atau entitas yang berpengaruh dalam masyarakat tetapi kekuasaan
berawal dari kekuatan dan sumbangan pemikiran setiap subjek. Di dalamnya ada saling percaya dan menopang satu terhadap yang lain, ada pengakuan kekuatan
dan kecerdasaan setiap pribadi sebagai sumbangan untuk hidup bersama. Bahwa pemahaman Foucault tentang kekuasaan memberi inspirasi yang kuat bagi
munculnya paham demokrasi. Karena dilihat dari gagasan umum demokrasi yang menjunjung tinggi kreatifitas dan sikap kritis setiap subyek atau dengan kata lain
adanya pengakuan kekuasaan setiap pribadi. Konsekuensi dari paham kekuasaan Marxian yakni tidak adanya relasi
kekuasaan antara subyek, yang ada hanya monopoli kaum kelas atas dan perampasan segala hak milik kaum kecil. Akibat dari paham kekuasaan Thomas
Hobbes ialah adanya tindakan represif yang tiada hentinya, kekerasaan, otoriter dan sebagainya. Kondisi seperti ini yang menodai makna kekuasaan itu sendiri.
Mungkin berangkat dari keprihatinan seperti ini, Foucault akhirnya mengkritisi makna kekuasaan. Bagi Foucault kekuasaan lebih menunjuk pada mekanisme dan
strategi dalam mengatur hidup bersama. Dalam arti ini kekuasan mengasalkan diri dari berbagai sumber dan memiliki keterkaitan satu terhadap yang lain. Adanya
pengakuan struktur-struktur yang menjalankan fungsi tertentu dan dalam struktur itulah kekuasaan mengasalkan dirinya. Dari gagasan kekuasaan sebagai suatu
strategi dan mekanisme; ada beberapa metodologis kekuasaan yang menjadi fokus perhatian Foucault.
26
Pertama; peran hukum dan aturan-aturan. Foucault mengatakan “kuasa tidak selalu bekerja melalui represif dan intimidasi melainkan pertama-tapa
bekerja melalui aturan-aturan dan normalisasi”. Segala aturan dan hukum pertama tidak dilihat sebagai hasil dari ketentuan pemimpin atau institusi tertentu tetapi
sebagai sintesis dari kekuasaan setiap orang yang lahir karena perjanjian. Segala aturan yang lahir karena konsensus bersama memiliki kekuatan yang lebih dalam
hidup bersama. Kedua, tujuan kekuasaaan. Tujuan dari adanya mekanisme kekuasaan ialah membentuk setiap individu untuk memiliki dedikasi dan disiplin
diri agar menjadi pribadi yang produktif. Setiap orang diberi ruang untuk berpikir, berkembang dan dengan bebas menyampaikan aspirasinya demi kemajuan
bersama. Ketiga, Kekuaaan itu tidak dilokalisasi tetapi terdapat di mana-mana.
Kesadaran akan kekuatan dari suatu negara dan masyarakat tidak dibatasi hanya dari para pemimpin tetapi atas kerjasama setiap pribadi dan lembaga yang
memiliki orientasi produktif. Misalnya, dengan adanya ruang komunikasi antara pemimpin dan warganya, kesatuan tercipta dalam suasana dialogis dan mengarah
kepada cita-cita bersama. Keempat, kekuasaan yang mengarah ke atas. Dalam arti ini, kekuasaan setiap orang dan lembaga dikomunikasikan sedemikian rupa
sehingga membentuk konsensus bersama. Atau dengan kata lain hasil dari proses komunikasi kekuasaan bersama akan menghasilkan kekuasaan bersama atau
dalam bahasa, Thomas Kuhn, adanya paradigma bersama. Kelima, kombinasi antara kekuasaan dan Ideologi. Setiap anggota dalam masyarakat kurang lebih
memiliki impian yang sama yaitu adanya pengakuan hal setiap orang yang terarah pada kesejahteraan bersama. Harapan ini harus berjalan bersama dengan
27
kekuasaan bersama. Segala hukum dan aturan diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dari kelima point di atas, kita melihat dengan jelas adanya perbedaan yang sangat jelas antara gagasan Foucault dengan para pemikir abad modern. Misalnya,
Machiavelli yang melihat kesejahteraan bersama tidak ditentukan oleh konsensus bersama tetapi oleh penguasa. Machievelli mengatakan “Orientasi kekuasaan
tertuju kepada apa yang dinamakan penguasa artinya merujuk pada pemimpin negara. Dimana dikatakan bahwa seorang penguasa harus bisa membentuk opini
umum dalam mengendalikan tingkah laku warganya. Dalam arti ini, penguasa memiliki kuasa mutlak untuk mengatur negara. Tidak ada aturan dan hukun yang
muncul sebagai akibat perjanjian setiap subyek. Dengan membandingkan kedua gagasan ini, kita dapat melihat bahwa arti kekuasaan dan jiwa yang menggerakan
hidup bersama memiliki titik tolak yang berbeda. Bagi Foucault menjunjung tinggi pada proses kreatif dan kritis setiap orang dalam membangun ideologi
bersama. http:id.wikipedia.orgwikiMichel_Foucault, 9 mei 2010. Pemikiran Foucault memberi sumbangan besar dalam alam pemikiran
filsafat khususnya dalam menelitik gagasan tentang kekuasaan. Kekuasaan pertama-tama bukan merujuk pada kepemilikan tetapi lebih dilihat sebagai
mekanisme dan strategi kekuasaan. Itu berarti Foucault melihat kekuasaan bukan semata konsep tetapi kekuasaan itu ada di mana-mana dan dipraktikan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan menunjukkan keterkaitan antara pengetahuan dan kekuasaan, pemikiran Foucault memberikan pengaruh bagi pemikir-pemikir
sejamannya seperti Roland Barthes, Louis Althusser. Karena ketajamannya berpikir, Foucault kemudian digolongkan sebagai filosof strukturalisme. Tetapi
28
Foucault sendiri menepis tuduhan tersebut, dia ingin terus mengalami proses kreatif dan kritis dalam berpikir sehingga pemikirannya bisa berubah sesuai
dengan fakta dan kebenaran yang berkata-kata. Dengan gagasan-gagasannya, Foucault telah memberi sumbangan besar bagi dunia dalam memahami pengertian
kekuasaan yang lebih orisinal. http:id.wikipedia.orgwikiMichel_Foucault, 9 mei 2010.
Menurut Foucault bahwa kekuasaan itu harus dipraktekkan seperti pada kasus di atas, tetapi harus disadari bahwa tidak semua kekuasaan bisa dipraktikan
dalam kehidupan bersama yang heterogen. Selain itu, terminologi kekuasaan sebagai kepemilikan tetapi di aktualkan kepada pemimpin, konstitusi dan aparatur
negara hanya saja kepemilikan semacam itu di lihat sebagai sintesis dari kekuasaan setiap subyek atau lembaga yang ada dalam negara tersebut. Paham
demokrasi lebih memilih gagasan demikian untuk menghindari penyelewengan yang terjadi oleh karena ulah para koruptor, pemberontak yang mensalahartikan
kekuasaan. Gagasan tentang kekuasaan sebagai mekanisme dan strategis serentak
menguburkan sistem pemerintahan negara tirani dan otoriter karena di dalam kekuasaan sebagai mekanisme, kekuasaan pertama-tama ada dalam diri setiap
subyek dan lembaga-lembaga yang terbentuk. Kekuasaan negara dilihat sebagai sintesis dari kekuasaan setiap subyek tersebut. Ada slogan terkenal, pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam arti negara hak, kreatifitas, tuntutan kesejahteraan hidup setiap subyek dijunjung tinggi.
Bangsa Indonesia sendiri sedang dalam proses menata strategi dan mekanisme kekuasaan yang lebih solid setelah sekian lama secara tidak sadar
29
dimanipulasi oleh kekuasaan dalam arti “milik”. Kasus korupsi, terorisme, perdagangan perempuan perlahan-lahan mulai dibasmi. Sistem pemerintah dan
perundang-undangan mulai dibenah, otonimitas dan kreatifitas setiap lembaga pemerintahan baik sosial, ekonomi mapun politik mulai digalakkan. Inilah tanda-
tanda kesadaran akan penting kekuasaan sebagai suatu strategi dan mekanisme. Akhirnya, tema tentang kekuasaan menurut Foucault tidak pernah selesai
untuk dikatakan karena aktualisasi pemahaman ini sedemikian efektif dan membawa setiap masyarakat kepada kemajuan yang tiada hentinya. Sistem
pemerintahan akan berjalan dengan baik apabila adanya saling percaya dan kerjasama antara subyek dalam masyarakat.
• Cara-Cara Mempertahankan Kekuasaan adalah sebagai berikut :
- Dengan jalan menghilangkan segenap peraturan-peraturan lama,
terutama dalam bidang politik, yang merugikan kedudukan penguasa, dimana peraturan-peraturan tersebut akan digantikan dengan
peraturan-peraturan baru yang akan menguntungkan penguasa, keadaan tersebut biasanya terjadi pada waktu ada pergantian
kekuasaan dari seseorang penguasa kepada penguasa lain yang baru. -
Mengada kan sistem-sistem kepercayaan yang akan dapat memperkokoh kedudukan penguasa atau golongannya, yang meliputi
agama, ideologi, dan seterusnya. -
Pelaksanaan administrasi konsolidasi horizontal dan vertikal.
30
• Sifat dan Hakikat Kekuasaan
1. Simetris
- Hubungan persahabatan
- Hubungan sehari-hari
- Hubungan yang bersifat ambivalen
- Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya.
2. Asimetris
- Popularitas
- Peniruan
- Mengikuti Perintah
- Tunduk pada pemimpin formal atau informal
- Tunduk pada seorang ahli
- Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya.
- Hubungan sehari-hari
2.2 Konsep dan Fungsi Nilai Tanah