penting dalam upaya pengendalian OPT Organisme Pengganggu Tanaman secara kimiawi karena teknik aplikasi merupakan “jembatan penghubung” antara
produk perlindungan tanaman pestisida pertanian dan OPT sasarannya. Pestisida merupakan sarana produksi pertanian yang mahal dan merusak
lingkungan. Oleh karena itu, penggunaannya harus secara rasional dengan mempertimbangkan sifat fisik pestisida, biologi, ekologi zat pengganggu, serta
musuh alami. Penggunaan pestisida yang tidak tepat tentu dapat menimbulkan hal-hal
yang tidak diinginkan, seperti organisme pengganggu tidak akan mati karena salah jenis pestisida yang digunakan. Keberhasilan penggunaan pestisida sangat
ditentukan oleh aplikasi yang tepat, untuk menjamin pestisida tersebut mencapai jasad sasaran yang dimaksud, selain juga oleh faktor jenis dosis, dan saat aplikasi
yang tepat. Dengan kata lain tidak ada pestisida yang dapat berfungsi dengan baik kecuali bila diaplikasikan dengan tepat Wudianto, 1999.
2.4.1 Cara Pemakaian Pestisida
Menurut Djojosumarto 2009, cara pengaplikasian pestisida yang sering dilakukan oleh petani adalah sebagai berikut.
1. Penyemprotan Spraying : merupakan metode yang paling banyak digunakan.
Biasanya digunakan 100-200 liter eceran insektisida per ha. Paling banyak adalah 1000 liter per ha sedangkan yang paling kecil 1 liter per ha seperti
dalam ULV. Menurut TTG Budidaya Pertanian 2000, penyemprotan pestisida pada padi dilakukan 1-2 minggu sekali tergantung dari intensitas serangan
hama.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Pengasapan Fogging : Penyemprotan pestisida dengan volume ultra rendah
dengan menggunakan ukuran droplet yang sangat halus merupakan campuran pestisida dan solvent dipanaskan sehingga menjadi semacam kabut asap fog .
3. Dusting : Aplikasi produk pestisida yang diformulasikan sebagai tepung
hembus dengan menggunakan alat penghembus duster. 4.
Penaburan pestisida butiran : Cara khas untuk mengaplikasikan pestisida berbentuk butiran granule. Penaburan dapat dilakukan dengan tangan atau
dengan mesin penabur. 5.
Perawatan Benih Seed Treatment : cara aplikasi pestisida untuk melindungi benih sebelum benih ditanam agar kecambah dan tanaman muda tidak diserang
oleh hama atau penyakit. 6.
Injeksi injection : Penggunaan pestisida dengan cara dimasukkan kedalam batang tanaman, baik dengan alat khusus injektor atau infus maupun dengan
membor batang tanaman tersebut. 7.
Dipping Pencelupan : penggunaan pestisida untuk melindungi bahan tanaman bibit,cangkok,stek agar terhindar dari penyakit dan hama tanaman.Dilakukan
dengan mencelupkan bibit,cangkok atau stek kedalam larutan pestisida. 8.
Fumigasi : penguapan, misalnya untuk melindungi hasil panen yang dimasukkan kedalam gudang.
9. Pengumpanan : diterapkan untuk pengendalian tikus, ulat tanah, siput dan
bekicot.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Dosis Pestisida
Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang
dilakukan dalam satu aplikasi atau lebih. Sementara dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau
satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida tergantung dalam label pestisida. Sebagai contoh dosis insektisida Diazinon 60 EC adalah satu liter per ha
untuk sekali aplikasi, atau misal 400 liter larutan jadi Diazinon 60 EC per ha untuk satu kali aplikasi sedangkan untuk dosis bahan aktif contohnya Sumibas 75
SP dengan dosis 0,75 kgha Djojosumarto, 2008. Contoh perhitungan dosis pestisida dalam pengendalian serangga hama
diperlukan dosis bahan aktif 0,12 kgha dari insektisida Diazinon 60 EC dalam 900 liter larutan jadi. Dengan melihat angka dibelakang nama dagang insektisida
tersebut dapat diketahui bahwa satu liter Diazinon 60 EC berarti bahan aktifnya 0,6 kgha.
Dosis pestisida untuk sekali aplikasi adalah = 2 kgha Diazinon 60 EC.
2.4.3 Konsentrasi Pestisida