5.4 Residu Pestisida Pada Beras
Pemeriksaan residu pestisida pada beras di Kelurahan Sidoarjo Dua Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang seharusnya memenuhi
standar Rf residu yang ditetapkan melalui metode Gas Kromotografi.Hasil pemeriksaan Rf residu pestisida yang dilaksanakan di Laboratorium Pengujian
Mutu dan Residu Pestisida, jenis residu yang ditemukan dalam beras adalah jenis golongan organofosfat dengan bahan aktif asefat.
Dalam penelitian Harahap 2009, yang dilakukan di Kecamatan Portibi Kabupaten Padang Lawas Utara untuk mengetahui kadar residu pestisida
golongan organofofat dalam beras, diperoleh hasil untuk beras jenis Ciherang mengandung fenitrotion 0,065 mgkg, jenis IR 64 mengandung diazinon 0,045
mgkg. Kandungan residu pestisida ini masih di bawah Batas Maksimum Residu pestisida.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat dijelaskan bahwa dari 6 sampel yang diperiksa terdapat 1 sampel yang positif mengandung residu
pestisida. Hasil pemeriksaan dari 6 sampel tersebut terdapat perbedaan cara aplikasi yang dilakukan masing-masing responden yang pada akhirnya akan
mempengaruhi nilai Rf residu pestisida pada beras. Dua varietas beras jenis Ciherang yang diperiksa, varietas beras Ciherang A positif mengandung nilai Rf
residu pestisida, sementara varietas beras Ciherang B tidak ditemukan adanya residu. Sementara itu dari 2 varietas beras jenis IR 64 yang diperiksa diperoleh
hasil negatif kandungan residu pestisida. Untuk 2 varietas beras jenis Mekongga juga tidak ditemukan kandungan residu pestisida.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Adanya perbedaan nilai residu pada masing-masing jenis varietas beras tidak terlepas dari perbedaan cara aplikasi pestisida dari masing-masing petani
bukan karena faktor jenis varietas beras tertentu. Hal ini dapat dijelaskan melalui hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan dimana dari 2 jenis varietas
beras Ciherang, beras Ciherang A positif mengandung residu pestisida sementara beras Ciherang B tidak mengandung residu. Jenis varietas beras Ciherang A yang
mengandung residu pestisida tersebut mempunyai cara aplikasi pestisida yang berbeda, yang dapat kita lihat dari frekuensi penyemprotan, penentuan dosis, dan
penyemprotan terakhir sebelum masa panen. Responden petani sebagai pemilik sampel Ciherang A adalah seorang
petani laki-laki berumur 49 tahun berpendidikan SMA dengan lama bertani 23 tahun,luas areal pertanian 0,8 Ha. Ciherang A mempunyai cara aplikasi dengan
frekuensi penyemprotan selama masa tanam sebanyak lebih dari 7 kali penyemprotan, penentuan dosis sesuai dengan anjuran pada label merek dagang
pestisida, dan melakukan penyemprotan 1 minggu sebelum panen, mempunyai kandungan residu sebesar 0,556 mgkg. Beras Ciherang B mempunyai frekuensi
penyemprotan 4-6 kali, penentuan dosis sesuai dengan anjuran pada label merk dagang pestisida, dan penyemprotan terakhir sebelum masa panen 2 minggu,
residu tidak terdeteksi. Beras IR 64 A mempunyai cara aplikasi pestisida dengan frekuensi penyemprotan 4-6 kali, penentuan dosis sesuai dengan anjuran pada
label merk dagang pestisida, dan penyemprotan terakhir sebelum panen 4 minggu, residu tidak terdeteksi. Beras IR 64 B mempunyai cara aplikasi pestisida dengan
frekuensi penyemprotan 4-6 kali, penentuan dosis sesuai dengan anjuran pada
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
label merk dagang pestisida, dan penyemprotan terakhir sebelum panen 2 minggu , kandungan residu juga tidak terdeteksi. Beras Mekongga A mempunyai cara
aplikasi pestisida dengan frekuensi penyemprotan 4-6 kali, penentuan dosis sesuai dengan anjuran pada label merk dagang pestisida, dan penyemprotan terakhir
sebelum panen 2 minggu , nilai Rf residu tidak terdeteksi. Beras Mekongga B mempunyai cara aplikasi pestisida dengan frekuensi penyemprotan 1-3 kali,
penentuan dosis sesuai dengan anjuran pada label merek dagang pestisida, dan penyemprotan terakhir sebelum panen 4 minggu , kandungan residu juga tidak
terdeteksi.
Beras varietas Ciherang A, penentuan dosisnya sudah sesuai dengan anjuran yang ditetapkan tetapi frekuensi penyemprotan yang dilakukan cukup
sering sehingga melebihi frekuensi penyemprotan yang ditetapkan dan waktu penyemprotan terakhir sebelum panen yang lebih singkat yaitu 1 minggu sebelum
panen membuat pestisida yang disemprotkan tidak mengalami penguraian ke lingkungan sehingga membuat keberadaan residu pestisida 0,556 mgkg apabila
dibandingkan dengan BMR maka nilai tersebut sudah melebihi Batas Maksimum Residu yang sebesar 0,5 mgkg. Sementara untuk kelima sampel yang negatif
residu pestisida penentuan dosis masih sesuai anjuran, frekuensi penyemprotan yang dilakukan lebih rendah dan waktu penyemprotan terakhir pestisida sebelum
panen lebih lama sehingga ada kemungkinan pestisida yang disemprotkan mempunyai waktu yang cukup untuk terurai di lingkungan .
Residu pestisida dalam beras dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis pestisida, persistentidak persisten, teknik aplikasi pestisida, iklim dan cuaca.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pencucian oleh hujan bisa mengakibatkan berkurangnya residu pestisida pada tanaman. Selain itu kemungkinan yang terjadi setelah pestisida disemprotkan
yaitu adanya penguapan, fotodekomposisi dan reaksi kimia Musfiandi, 2013. Menurut Untung 2004, residu pestisida mengakibatkan timbulnya reaksi
alergi pada individu, memicu timbulnya reaksi karsinogenik dan mutasi gen pada beberapa sel tertentu apabila di konsumsi dalam waktu yang panjang
Menurut Weir 2001, Apabila insektisida golongan organofosfat masuk kedalam tubuh, insektisida organofosfat akan berikatan dengan enzim
kolinesterase yang terdapat dalam darah yang berfungsi mengatur kerja syaraf. Apabila enzim kolinesterase terikat, maka enzim tersebut tidak dapat
melaksanakan tugasnya sehingga syaraf dalam tubuh terus menerus mengirimkan perintah kepada otot-otot tertentu. Dalam keadaan demikian, otot-otot tersebut
senantiasa bergerak-gerak tanpa dapat dikendalikan mengakibatkan perangsangan terus menerus oleh saraf muskarinik dan nikotinik.
Berdasarkan pernyataan Fiananda 2014 yang mengutip hasil penelitian Heide, proses nekrosis ditandai dengan adanya inhibisi kolinesterase yang akan
menyebabkan asetilkolin tertimbun di sinaps sehingga terjadi stimulasi yang terus-menerus pada reseptor postsinaptik. OPICN Organophosphorus Ester-
Induced Chronic Neurotoxicity adalah salah satu gangguan degenerasi pada sel saraf otak yang disebabkan oleh organofosfat. Keracunan organofosfat dapat
menyebabkan terjadinya
kerusakan mitokondria
yang mengakibatkan
penumpukan radikal bebas dan timbulnya stress oksidatif. Adanya radikal bebas tersebut memicu deplesi ATP, menginduksi pengeluaran enzim proteolitik,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan fragmentasi DNA, yang akhirnya mengakibatkan terjadinya kematian sel.
Berdasarkan latar belakang sebagai salah satu daerah pemasok beras terbesar di Sumatera Utara, Dinas pertanian mengusahakan semaksimal mungkin
agar produksi beras dipertahankan sehingga segala upaya dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian salah satuya adalah penyuluhan pertanian.
Masyarakat petani di Desa Sidoarjo Dua Ramunia selalu mengikuti sosialisasi dari penyuluh pertanian sehingga cara ini dapat meningkatkan pengetahuan petani
dalam berusaha tani termasuk dalam pengaplikasian pestisida di lahan pertanian.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN