tubuh. Sel Merkel menerima stimulus, mengubah bentuk keratinosit untuk memberikan respon berupa sekresi transmiter kimia. Sel ini
dapat ditemukan pada kulit yang berambut dan kulit pada jari, bibir, area kavitas mulut, dan sarung akar luar folikel rambut. Seperti
melanosit, sitoplasma sel Merkel memiliki penampilan yang pucat dengan nukleus yang berlobul dan memiliki batas sel yang mengarah
ke keratinosit membentuk spina. Chu et al., 2003 •
Sel Langerhans Sel Langerhans berasal dari sumsum tulang dan bertugas
sebagai sel yang yang memproses dan memperkenalkan antigen yang terlibat dalam proses respons sel T. Sel ini tidak hanya
ditemukan di epidermis, tetapi dapat juga ditemukan pada epitelium skuamous, termasuk kavitas mulut, esophagus, dan vagina, pada
organ limfoid seperti limpa, timus, dan nodus limfatikus, dan pada dermis dalam keadaan normal. Sitoplasma sel ini seperti terlihat di
bawah mikroskop menunjukkan filamen intermediat vimentin dan struktur sel yang berbentuk oval ataupun batang pendek. Chu et al.,
2003
2.1.3. Reaksi Patologis Lapisan Superfisial Kulit
• Gangguan kinetik sel epidermis
Kecepatan mitosis sel germinal, kecepatan deskuamasi korneosit, dan waktu regenerasi sel epidermal menentukan homeostasis epidermis pada
keadaan fisiologis. Proliferasi sel yang berlebihan dan peningkatan kecepatan mitosis akan menyebabkan peningkatan jumlah sel epidermis
yang berlebihan yang dinamakan sebagai acanthosis. Penyebab hal ini dilaporkan berasal dari sel epidermis itu sendiri yaitu oleh kedaan yang
disebabkan oleh virus epidermotropik atau sinyal yang berasal dari dermis ataupun pembuluh darah. Sedangkan kinetik sel epidermis yang lambat
dapat menyebabkan penipisan epidermis yang berdampak terhadap atrofi. Gangguan pada kinetik sel epidermis juga dapat terlihat pada arsitektur dan
komposisi stratum korneum, misalnya hiperkeratosis, di mana penebalan
Universitas Sumatera Utara
stratum korneum terjadi oleh karena peningkatan produksi sel ataupun penurunan deskuamasi korneosit. Pada kasus ortohiperkeratosis, stratum
korneum mungkin terlihat seperti sel normal, akan tetapi memiliki sel keratin yang kohesi dan penyusunan yang berbeda.
• Gangguan diferensiasi sel epidermis
Parakeratosis merupakan salah satu gangguan diferensiasi sel epidermis di mana kesalahan dan proses kornifikasi yang dipercepat
menyebabkan retensi nukleus piknotik sel epidermis. •
Gangguan koherensi epidermis Keseimbangan dinamis pada pembentukan dan pemutusan kontak
interselular berdampak terhadap koherensi sel-sel epidermis. Desmosom dan substansi interselular berperan penting dalam pembentukan kohesi
antar-sel. Desmosom akan memutuskan dan membentuk kembali hubungan antar-sel ketika sel tersebut bermigrasi ke lapisan epidermis. Masalah yang
paling sering timbul pada gangguan koherensi epidermis adalah pembentukan vesikula intraepidermal. Selain itu, akantolisis dapat terjadi
sebagai gangguan pada kohesi antar-sel, yang dikarkteristikkan dengan pemisahan regio interdesmosom membran sel keratinosit, diikuti dengan
pemecahan dan kehilangan epidermis. •
Gangguan kohesi epidermis-dermis Kerusakan pada hubungan kohesis epidermis-dermis pada umumnya
akan menyebabkan pembentukan blíster. Blíster ini muncul pada bagian subepidermal pada pemeriksaan mikroskop yang berasal dari proses
patogenisitas yang heterogen. Chu et al., 2003
2.2. Dermatofitosis
Infeksi jamur pada kulit merupakan salah satu penyakit kulit yang umum dijumpai. Pada infeksi kulit, infeksi superfisial yang disebabkan oleh dermatofita
disebut sebagai dermatofitosis. Istilah ini harus dapat dibedakan dari dermatomikosis yang lebih mengarah kepada infeksi jamur pada kulit bagian dalam dan sistemik.
Universitas Sumatera Utara