Langerhans, dan sel Merkel tersebar dengan komposisi yang berbeda pada setiap tingkat lapisan epidermis Gambar 2.2.
2.1.2. Struktur dan Perkembangan Lapisan Superfisial Kulit
Epidermis merupakan epitelium skuamous yang secara berkelanjutan diperbaharui dan berperan sebagai cikal-bakal pembentukan adneksa kulit
seperti unit pilosebaseous PSU, kuku, dan kelenjar keringat. Epidermis memiliki ketebalan sekitar 0,4 hingga 1,5 mm yang mayoritasnya terdiri atas
sel-sel keratin yang terbagi atas 5 lapisan stratum. Sel yang matang akan berpindah ke permukaan kulit dari lapisan basal ke stratum korneum untuk
membentuk sel-sel keratin. Selain itu, terdapat beberapa kelompok sel yang merupakan sel imigran. Sel Langerhans dan melanosit bermigrasi ke dalam
epidermis pada masa embriologi, sedangkan sel Merkel berdiferensiasi secara in-situ pada epidermis. Sel-sel lain seperti limfosit merupakan inhabitan
transien pada epidermis dan jarang ditemukan pada kulit yang normal. Epidermis berlekatan dengan basal lamina yang memisahkan epidermis
dengan dermis. Sadler, 2011
2.1.2.1. Sel Keratin
Sel keratin merupakan sel yang berkembang dari lapisan ektoderm yang menyusun setidaknya 80 persen sel-sel epidermis.
Gambar 2.2. Struktur Histologi Lapisan Epidermis Kulit Sumber: Dermatology, An Illustrated Colour Text, 3
rd
Edition, 2003
Universitas Sumatera Utara
Semua keratinosit mengandung filamen intermediat keratin di dalam sitoplasma dan membentuk desmosom dan modifikasinya dengan sel
lain. Filamen keratin merupakan bagian yang penting pada sel keratin dan sel epitel lainnya oleh karena perannya sebagai sitoskeleton pada
sel tersebut. Ross et al., 2003 Ada sekitar 30 keratin berbeda yang telah ditemukan, yang
terdiri atas 20 keratin epitel dan 10 keratin rambut, yang semuanya memiliki massa molekul berkisar antara 40-70 kDa. Keratin-keratin
ini tersusun satu sama lain membentuk filamen yang ditemukan di dalam sel dan dapat ditemukan pada rekonstruksi in-vitro sebagai
‘heteropolimer obligat’ yang didasarkan pada tipe sel, tipe jaringan, stadium perkembangan, stadium diferensiasi, dan kondisi penyakit.
Sehingga, pengetahuan bagaimana keratin terbentuk sangat penting untuk menngetahui bagaimana proses diferensiasi lapisan epidermis.
Chu et al., 2003
2.1.2.2. Lapisan-lapisan Epidermis
Diferensiasi epidermis menentukan karakteristik lapisan- lapisan epidermis yang digambarkan dari aktivitas mitosis dan sintesis
sel keratin dan tahap diferensiasinya. Proses keratinisasi merupakan rangkaian kompleks peristiwa metabolik dan perubahan morfologi
terprogram secara genetik dan regulasi secara teratur yang terjadi secara progresif pada keratosit postmitosis dan melibatkan 1
peningkatan ukuran sel dan pemipihan bentuk sel; 2 pembentukan organel-organel baru dan reorganisasi struktur-struktur yang telah ada;
3 perubahan metabolisme selular yang general menjadi metabolisme yang lebih ‘fokus’ terhadap síntesis dan modifikasi molekul yang
terlibat dalam keratinisasi; 4 perubahan properti membran plasma antigen permukaan sel dan receptor; 5 degradasi organel seluler
termasuk karakteristik fragmentasi kromatin internukleosom apoptosis; dan 6 dehidrasi. Chu et al., 2003
Universitas Sumatera Utara
Setiap tahap diferensiasi menjadikan sel berfungsi dan memiliki struktur yang lebih spesifik. Akhir dari keratinisasi adalah
sel keratin mati yang berdiferensiasi korneosit yang mengandung filamen keratin, protein matriks, dan membran plasma yang
permukaannya memiliki lipid. Diferensiasi merupakan rangkaian peristiwa terkontrol yang diregulasi baik dari faktor ekstrinsik
lingkungan dan faktor intrinsik sistemik dan genetik, sehingga rentan terhadap perubahan-perubahan pada setiap level proses
keratinisasi. Berikut ini adalah lapisan-lapisan epidermis kulit:
• Stratum germinativum
Stratum germinativum atau basalis mengandung sel keratin kolumnar yang aktif bermitosis, yang melekat pada membran basal
dan menghasilkan sel yang akan kemudian berpindah ke permukaan kulit. Sel basal mengandung nukleus besar dengan nukleolus
prominen dan heterokromatin yang berkumpul di periper sel. Ross et al., 2003
• Stratum spinosum
Bentuk, struktur, dan propertis subselular sel-sel spinosum berhubungan dengan posisinya yang terlatak di tengah epidermis. Sel
spinosum suprabasal berbentuk polihedral dan memiliki nukleus yang bulat. Sel yang terletak lebih atas lebih besar, lebih pipih, dan
mengandung organel yang dinamakan sebagai granul lamelar. Sel- sel pada stratum spinosum memiliki filamen karatin yang besar dan
jelas yang disebut sebagai tonofilamen. Eroschenko, 2008 •
Stratum granulosum Lapisan ini dikarakteristikkan dengan penumpukan
komponen yang penting terhadap apoptosis dan pembentukan barier superfisial yang impermeabel terhadap air. Tipikal organel
sitoplasmanya dikaitkan dengan aktivitas síntesis metabolisme yang aktif, akan tetapi kebanyakan struktur yang terlihat pada lapisan ini
Universitas Sumatera Utara
bersifat basofilik dan keratohialin. Granul keratohialin utamanya terdiri atas protein padat elektron, profilaggrin, dan filamen
intermediat keratin. Eroschenko, 2008 •
Stratum lusidium Sel granul tidak hanya mensintesis, modifikasi, dan
menghubungkan secara crosslinking protein-protein yang dibutuhkan dalam proses keratinisasi, tetapi juga memiliki peranan dalam
penghancuran yang terpogram. Hal ini terjadi pada lapisan transisi dari lapisan granular menjadi sel cornified yang terdiferensiasi dan
lapisan tersebut dinamakan sebagai stratum lusidium. Perubahan ini melibatkan hilangnya nukleus semua konten sitoplasma kecuali
filamen keratin dan matriks filaggrin. DNAase, RNAase, asam hidrolase, esterase, fosfatase, protease, dan plasminogen aktivator
telah diidentifikasi pada lapisan ini dan diimplikasikan mengalami degradasi. Stadium morfologi pada penghancuran nukleus telah
dideskripsikan sebagai gambaran aktivitas mitosis. Chu et al., 2003 •
Stratum korneum Transisi yang sempurna dari granular menjadi sel cornified
terjadi dengan pengurangan berat kering dry weight sebesar 45 hingga 86 persen. Lapisan sel ini memberikan proteksi mekanik
terhadap kulit dan bertindak sebagai barier terhadap water loss dan masuknya zat-zat terlarut dari lingkungan luar tubuh. Barier stratum
korneum terdiri atas dua sistem kompartemen yang korneositnya dikelilingi oleh matriks yang kaya akan lipid. Sel terbesar pada
lapisan ini adalah sel yang pipih, berbentuk polihedral, dan keras yang bentuknya ini telah beradaptasi terhadap lingkungan eksternal
untuk mempertahankan integritas starutum korneum. Nukleus telah menghilang pada sel di lapisan ini, tetapi nukleus masih ada
dijumpai pada sel yang belum sempurna sebagai keratin paraketosis, seperti pada psoriasis misalnya. Chu et al., 2003
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.3. Regulasi Proliferasi dan Diferensiasi Epidermis