2.2.1. Etiologi Dermatofitosis Dermatofitosis dikenal juga sebagai ringworm, athlete’s foot, atau
jock itch adalah suatu infeksi superfisial yang disebabkan oleh dermatofita. Dermatofita merupakan sekumpulan jamur yang saling berhubungan dalam
taksonomi, yakni spesies dari genera Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Kelompok jamur ini memiliki kemampuan untuk
melakukan perlekatan molekular dengan keratin dan menggunakannya sebagai sumber nutrisi, memungkinkan jamur-jamur tersebut untuk
berkolonisasi. Secara umum, ada dua bentuk pertumbuhan jamur pada tubuh, yaitu
mould dan yeast. Pada infeksi dermatofita, bentuk yang tumbuh adalah mould yang menghasilkan hifa seperti benang yang terdiri atas untaian sel. Bentuk
ini akan tumbuh menginvasi keratin pada kulit, rambut, dan kuku, sehingga dapat dilihat langsung dilihat pada pemeriksaan mikroskop. Spora vegetatif
konidia akan tumbuh pada kultur, dan bentuknya yang khas akan mempermudah identifikasi dari kelompok jamur lain Hay RJ, 2004.
2.2.2. Mikologi Jamur Penyebab Dermatofitosis
Dermatofita harfiah: tanaman kulit merupakan jamur yang diklasifikasikan sebagai deuteromycetes fungi imperfekta. Tiga genera yang
penting secara
medis adalah Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermophyton, yang terpisah berdasarkan morfologi makrokonidia dan kehadiran mikrokonidia. Bentuk-bentuk seksual telah banyak ditemukan
untuk spesies Microsporum dan Trichophyton dan dimasukkan ke dalam genera ascomycete Arthroderma, Nannizzia. Dermatofita membutuhkan
beberapa hari hingga minggu untuk memulai pertumbuhan pada media agar. Temperatur terbaik untuk tumbuh adalah 25ºC pada medium Saboraud’s agar
yang biasanyanya digunakan sebagai kultur. Hifa yang tumbuh memiliki septa dan konidia, akan terlihat langsung pada hifa ataupun konidiofor.
Mikrokonidia kecil mungkin terlihat ataupun tidak, akan tetapi makrokonidia biasanya terlihat pada identifikasi jamur di bawah mikroskop Gambar 2.3.;
Gambar 2.4..
Universitas Sumatera Utara
2.2.3. Epidemiologi dan Faktor Resiko Dermatofitosis
Perbedaan ekologi dan geografi mempengaruhi tingkat kejadian dermatofitosis dan jenis jamur penyebabnya yang dapat beradaptasi pada kulit
manusia, hewan, ataupun lingkungan. Walaupun demikian, keseluruhan jamur ini dapat berperan sebagai sumber terjadinya infeksi pada manusia.
Banyak hewan liar dan ternak, termasuk anjing dan kucing, terinfeksi oleh spesies jamur tertentu dan berperan besar sebagai reservoar yang potensial
dalam menyebabkan infeksi terhadap manusia. Antara iklim lembab dan
Gambar 2.4. Hifa Jamur pada Pemeriksaan PAS dari biopsi Kulit
Sumber: Roxburgh’s Common Skin Diseases, 17
th
Edition, 2013
Gambar 2.3. Gambaran Dermatofita pada Pemeriksaan Mikroskop A Penampang Hasil Kerokan Lesi Kulit Kepala dengan KOH yang Menunjukkan Hifa, B Hasil Kultur yang
Memperlihatkan Hifa, Makrokonidia, dan Mikrokonidia Sumber: Sherris Medical Microbiology, 4
th
Edition, 2004 A
B
Universitas Sumatera Utara
tropis, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap frekuensi kasus dan isolasi spesies jamur yang sumbernya bukanlah manusia. Banyak perbedaan
tersebut berubah berdasarkan perubahan populasi. Transmisi manusia ke manusia biasanya membutuhkan kontak yang
dekat dengan subjek yang terinfeksi dikarenakan virulensi dan infektivitas dermatofita yang rendah. Biasanya transmisi ini terjadi di dalam lingkungan
keluarga ataupun pada situasi yang memungkinkan kontak langsung dengan kulit ataupun rambut yang terinfeksi.
Anak-anak di bawah usia pubertas rentan terhadap terjadinya ringworm pada kulit kepala. Infeksi jamur zoofilik, terutama ternak, anjing,
dan kucing cattle ringworm dapat menyebabkan respon inflamasi berupa lesi pustular yang disebut sebagai kerion. Pada usia dewasa, infeksi pada
bagian selangkangan merupakan infeksi yang paling sering terjadi tinea cruris. Hay RJ, 2004
2.2.4. Imunitas dan Patogenesis Dermatofitosis